Episode 11

18 3 0
                                    

Sepi.

Sudah beberapa hari sejak keberangkatan pasangan pasutri Kudo ke Amerika untuk urusan pekerjaan mereka. Di rumah besar nan luas ini hanya ada dua makhluk, oh jangan lupakan robot pembersih ciptaan Professor Agasa. 

'Bosan...' Keluh (Y/n) dalam hati. Benar juga. Dia 'kan tidak ada kerjaan selama liburan musim panas ini. Tugas rumahnya sendiri sudah ia selesaikan lebih awal. Sebenarnya (Y/n) ada janji bermain dengan Misaki, tapi itu masih 2 jam lagi. 

'Enaknya ngapain ya?' Sembari tetap melamun, (Y/n) memainkan rambutnya sendiri di atas kasur. Gabut banget emang. 

Kebosanannya terjeda sejenak ketika seseorang menekan bel rumah. Entah siapa yang membuat jiwa Na Ji Kyung berusaha menahan diri untuk tidak mengumpat. 'Aku ingin tidur saja....' Batin (Y/n) lemas. 

Mendengar bel rumah yang ditekan sampai kedua kalinya, pasti Shinichi malas membuka pintu juga. (Y/n) segera menghela nafas frustasi dan beranjak. "Oh, ternyata Ran-nee." Gumamnya lalu membuka pintu. 

"Hm? (Y/n)? Apakah Shinichi ada?" 

(Y/n) mengangguk. "Dia di kamar. Entahlah, mungkin sedang tidur atau menyelesaikan misteri lainnya." 

Ran tertawa kecil. "Baiklah kalau begitu. Aku ada urusan sebentar dengan Shinichi. Oh, iya. Aku bawa permen!" Ucapnya memberi (Y/n) sebuah lolipop kecil lalu berlalu ke kamar Shinichi.

(Y/n) sih senang-senang saja. Dia menutup pintu lalu segera membuka bungkus permennya. "Hm... Yasa Jeyuk." Ucapnya kurang jelas. Kayak orangnya--

Karena bosan, (Y/n) beralih ke ruang tengah dan menyalakan TV. Karena takut dikira aneh lagi, (Y/n) mencari saluran yang sering menampilkan serial kartun anak-anak. Biasanya dijam segini, kartun "Hachi, si lebah yang mencari ibunya", akan tayang.

Bukannya kartun, hanya sekilas berita yang tertampil di saluran itu. "Hm... Misteri pembunuhan lagi, ya. Memang boleh menampilkan ini di saluran tv khusus anak-anak? Ck, aku takut titisan seperti Shinichi-nii akan terlahir lagi nantinya."

Lagi-lagi bosan mendengar 'sekilas' berita yang tiada habisnya, (Y/n) kembali mengganti salurannya secara acak. Sampai yang muncul tampilan lapangan sepak bola. Sepertinya saluran khusus cabang olahraga. Sambil mengemut lolipopnya, (Y/n) memperhatikan suara komentator yang terus berteriak ketika bola mendekati area gawang.

'Apa aku ikut bidang analisis talenta aja ya? Setidaknya aku bisa membuat Tsubasa sedikit berkembang.' ucapnya berpikir sejenak sambil memainkan gagang lolipop bundarnya. "Gatau, ah. Males." Ucapnya random.

Beberapa saat kemudian, terdengar suara 'DEBUM' keras dari lantai dua. Bersamaan dengan itu terdengar suara Shinichi menjerit dan debuman kecil susulan.

(Y/n) melepas lolipop dari mulutnya sejenak. Menengok ke arah tangga dengan heran sambil mengistirahatkan mulutnya yang penuh daritadi. "Ah... Ran-neesan mengeluarkan Tsunade Power." Gumamnya lalu menatap layar TV lagi.

Karena berisik, (Y/n) sedikit mengeraskan volume TV dan menontonnya dengan serius. Sepertinya (Y/n) benar-benar serius soal menganalisis sepak bola demi Tsubasa. Bahkan saking fokusnya, suara debuman kecil yang belum berhenti itu kian memelan di telinga (Y/n).

"Oh! (Y/n)-chan!" Ran berseru senang sambil menyeret Shinichi yang lunglai. Namun, bukannya menjawab, (Y/n) tetap fokus dengan televisinya. Bingung, Ran bersitatap dengan Shinichi yang mukanya teler--sama bingungnya. Biasanya telinga anak satu itu akan mendengar sesibuk apapun dia, bahkan ketika tidur. Penasaran, Ran dan Shinichi mendekati sofa; memperhatikan apa yang sebenarnya ditonton siluman satu ini sampai tidak memperhatikan sekitar.

Sepak bola. Indonesia melawan Korea. 

Shinichi pun melepaskan genggaman Ran dari bajunya, lalu beranjak bersandar pada sofa tepat di belakang (Y/n); menepuk kepalanya lembut. Membuat siempu menoleh karena kaget. Untung kali ini dia gak keselek. Bahaya beneran kalo ini, ada gagangnya ini permennya. 'Kan gak lucu permen segagangnya ketelen. 

"...Shinichi-san?" 

Seketika Shinichi mengernyit bingung. "Kau mulai menggunakan panggilan yang tidak masuk akal lagi." Ucapnya dengan raut malas lalu mencubit telinga (Y/n). Tentu saja membuat siempu meringis sakit. Tidak terima dengan kejadian di depannya, Ran segera beraksi. Tangannya balik mencubit telinga Shinichi dengan lebih keras. "ITTE!"

"APA YANG KAU LAKUKAN?! (Y/N) BARU SAJA SEMBUH DAN KAU SUDAH MENGANIAYANYA?!" Ucap Ran dengan jeweran mautnya. Oh, jangan lupakan wajah garangnya yang.... kalian pasti tahu bagaimana wajah Ran ketika menghajar seseorang. (^^)

'Ran-neesan, kau yang lebih terlihat menganiaya Shinichi-nii.' (Y/n) hanya mampu mengeluarkan keringat dingin di belakang kepalanya. 

"ITTE TTE!! Aku hanya menegurnya karena memanggil dengan panggilan formal. Kenapa kau brutal sekali, sih?" Shinichi mengelus telinganya yang memerah padam. 

'Gitu itu kamu juga suka dia, 'kan? Dasar masokis.' Sudahlah, (Y/n) lelah dengan dua hooman ini. 

"MESKI BEGITU 'KAN KAU TIDAK HARUS SAMPAI MENYAKITINYA!" Bagus, serang terus Ran-neesan. Dia memang terlalu banyak menyakiti hati moengil readers. Betul, tidak? 

"Ck, hei, bocah kecil. Ayo keluar."

"Hei, Shinichi!"

"Kau ada janji untuk bermain dengan temanmu, 'kan?" Seketika (Y/n) tertegun; segera menoleh ke jam dinding dan beranjak ke kamarnya untuk berganti baju. 

Pandangan Ran tertuju kepada rambut (Y/n) yang bergoyang imut setiap (Y/n) melangkah. 'Aww... Imutnya.' Lalu sedetik kemudian ia menoleh kepada Shinichi. "Tunggu! Teman?!"

Shinichi yang sudah beralih duduk di sofa, mengangguk. "Iya, sepertinya dia berkenalan dengan anak-anak yang sering bermain di lapangan sebelah tempat biasanya aku bermain." 

"Hee!? Hontou?!" 

...

1st POV.

"Misaki-san!!" Kulambaikan tanganku dengan bersemangat; tanganku yang lain memeluk sebuah bingkisan untuk Misaki. Segera saja aku berlari dengan semangat meskipun pada akhirnya aku ngos-ngosan sampai sesak. Dengan panik, Misaki segera mendudukkanku dan mengipasiku. "Daijobu?"

Dengan nafas terengah, langsung kujawab; "Da-daijobu...desu." 

"Ya ampun, lain kali jangan berlari ya." Ya ampun, bahkan ketika mengomel suara Misaki begitu sopan masuk telinga. Makhluk manapun pasti meleleh dibuatnya. Pesonanya gak kalah sama si Misugi Jun Jun siapalah itu. 

"Hehehe!" Emang siapa, sih, yang nggak seneng diperhatiin crush?

Kras krus kras krus, masih bocil kau dek. -penulis

Ssstt! Jomblo diem, deh. Jangan rusak 'The Fourth Wall' cuma karena iri. Iri, 'kan~? Jujur aja, deh. 

Misaki yang mendengarku hanya tersenyum pasrah. "Kalau begitu, mau melihatku bermain? Aku punya trik baru hari ini!" Ucapnya mengalihkan topik dengan semangat. 

"Tentu!" 

...

3rd POV. 

"Aww~ imutnya~" Ran memegang permen kapas milik (Y/n) dengan penuh senyum di wajahnya. Ekspresi itu membuat Shinichi diam-diam terkekeh pelan. "Bagaimana kau tidak bisa memberitahuku soal ini?! Aku 'kan jadi baru tahu wajah (Y/n) ketika bermain dengan teman sebayanya!"

"Kalau semua orang diberitahu'kan juga jadinya tidak spesial."

Seketika Ran berpikir. "Benar juga, ya. Jadikan ini rahasia kita saja, hehe. Imutnya merekaa~" Sial, modusmu berhasil kali ini, Shinichi. 

"Heh..."

.....

Pengen lebih panjang lagi, tapi udah hiat 3/4 minggu(?) perkara ujian.

Jadi langsung up aja, deh. Alurnya yang slow-slow aja lah... Wkwkwk. 
Btw, sekolah kalian ada classmeet?

Skip Class (Acceleration!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang