01 : yang tanpa sengaja hadir

56 6 8
                                    

Happy reading
TANDAI JIKA ADA TYPO!

Kalimat Cinta - BIANCADIMAS🎶

I Love You!

"Ada satu nama yang selalu di nanti

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ada satu nama yang selalu di nanti. Bersamanya atau tidak, bahagianya adalah salah satu dari semua mimpi."

🦋💗

Semua manusia punya rasa khawatirnya sendiri pada orang-orang sekitarnya entah itu karna empati sesama manusia atau karna orang tersebut sudah di simpan di tempat paling berharga dalam hidupnya.

Dari dua jawaban atas apa yang tengah Pitaloka pikirkan mungkin jawaban pertama yang lebih tepat, dia hanya empati pada Sabiru. Mengenal laki-laki itu hanya sekilas selama dua tahun sudah cukup membuatnya memberikan alasan bahwa Sabiru bukan laki-laki yang tepat untuk di ajak bersama di satu buku cerita. Desas-desus remaja yang menjadi penggemar fanatik Sabiru terlalu membuat Pitaloka enggan berurusan dengan Sabiru. Disaat yang lainnya meng agung-agungkan nama laki-laki itu justru Pitaloka akan jadi orang pertama yang menjauhi semua tentang Sabiru.

Terlalu berbahaya.

"Supirnya kurang tidur bukan mabuk. Rumah gue cuma baret di bagian pagernya aja sih alhamdulillah."

Pagi ini saat biasanya siswa erlangga memilih menghabiskan kegiatannya masing-masing justru mereka sekarang berkumpul di satu tempat yang sama. Sayangnya hal tersebut dilakukan di bangku kedua milik Pitaloka yang dijadikan tempat wawancara dadakan oleh teman-temannya.

Berita yang cukup menggemparkan tempo hari membuat mereka menyerbu Sabiru saat laki-laki itu tiba di depan kelas.

"Jadi lo ga papa Ru?" Arunika salah satu teman Sabiru yang paling dekat bertanya dengan khawatir ke arahnya.

Sabir tersenyum lantas menganggukan kepalanya, "Gue gak papa. Hati gue yang kenapa-kenapa," lalu pada akhir kalimatnya tanpa di sadari oleh siswa lainnya mata Sabiru bergerak menatap Pitaloka yang ikut mendengarkan obrolan hangat pagi itu.

Remaja yang masih menggunakan jaket merah kebanggannya itu menatap lekat Pitaloka dengan senyum tipisnya, hal tersebut membuat Loka berdehem ringan.

"Bentar lagi bel, lebih baik ke bangku masing-masing. Gue juga sama Jingga mau duduk"

Demi menghindari obrolan yang nantinya akan merembes kemana-mana Pitaloka mengingatkan saat jam hampir menunjukan pukul tujuh pagi, para siswa mengeluh dan memilih kembali pada bangkunya masing-masing dengan perasan belum puas.

Pitaloka membuka tasnya lantas mengeluarkan beberapa buku dan alat tulis lainnya yang akan digunakan di jam pelajaran pertama. Namun, tanpa sengaja matanya bersitatap dengan netra coklat teduh milik seseorang yang jaraknya tidak jauh dari bangkunya.

Sabiru memandangnya lekat dan tersenyum tipis.

Untuk pertama kalinya Pitaloka melihat secara gamblang senyum buaya yang sering di kagumi banyak siswa, sialnya itu memang tertuju padanya. Pitaloka bergegas membalikan badannya dan menenangkan jantungnya yang berhasil berdetak tak karuan.

I Love You! (On-going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang