04 : Satu kelompok

22 4 6
                                    

Hai, apa kabar hari ini?

Selamat membaca, tandai jika ada typo, dan taburkan bintang berupa vote sebanyak mungkin🤩🥳💗.

-

"Pada dasarnya perempuan akan takluk pada seseorang yang katanya tepat. Tapi, apa benar memang tepat?" – Sabiru

Kejadian pagi tadi berhasil membuat Loka banyak bungkam hari ini, rasanya ada sesuatu yang aneh pada dirinya, sesuatu yang tak wajar menurutnya.

Rasa yang tidak sesuai pada posisinya. Sabiru, genggamannya, dan detak jantung Loka yang berdetak kencang.

Ini perasaan apa sebenarnya?

Hanya saja diamnya yang kebingungan ini hanya dirasakan oleh dirinya sendiri, orang yang membuatnya seperti ini masih asyik berbincang ringan bersama teman-teman kelasnya. Sabiru itu, terlalu banyak tiba-tiba dalam bersikap, sialnya tidak dapat di tampik cepat-cepat. Selalu ada keinginan berlama-lama, terjerat pada rasa senang sementara.

Setelah kelas di buatkan kelompok beberapa jam lalu, Loka malah semakin bisu. Namanya berada di deretan yang tidak ia mau, namanya bersanding dengan Sabiru Cakrawala. Mereka satu kelompok. Ironisnya, Biru memintanya untuk mengurus segala keuangan pada kelompok ini, bendahara namanya, tapi kata Biru namanya Bundahara–mirip panggilan film Dilan di film terkenal itu.

Deretan bangku yang semula berjajar normal telah disulap sedemikian rupa terbagi menjadi enam posisi, dan Loka berada pada posisi ke enam. Kelompok enam bersama si cowo tukang cari perhatian, Sabiru Cakrawala.

"Si biru ngobrol terus ih, kita kapan bahas kerkom nya?" Fia menggerutu, perempuan yang paling berani menyuarakan pendapatnya tanpa takut di cerca meskipun kalimat pedas sekalipun yang keluar dari mulutnya, dia Fia.

"Yaudah sana samperin Biru, suruh dia kerja kelompok dulu." sahut Jena, perempuan heboh yang sayangnya selalu berpikir terlalu dangkal.

Kilatan malas menjadi balasan jitu dari Fia, seberani apapun dia jika berhadapan dengan Biru dia tidak mau, ribet! Sabiru memang berhasil menarik perempuan dengan pesonanya tapi Sabiru juga berhasil menarik sebagian perempuan benci dengan tingkahnya. Fia salah satu orang yang berada di opsi kedua, sama seperti Loka.

"Kaya yang gak tau aja, bisa perang dunia kalo Fia yang ngajak ngobrol Sabiru," Erin menyahut, perempuan paling netral dengan segudang otak usilnya dan jiwa menyelesaikan masalahnya, si paling seleb Facebook dengan beribu foto alay. Sayangnya, malah tampak manis sekali jika melihatnya secara langsung.

"Kata gue udah lo aja Loka, lo yang paling aman buat ngobrol sama Sabiru, gih sana samperin!" bahu perempuan yang sedari tadi menyimak itu di dorong cukup keras, terlempar sedikit membentur kursi milik orang lain, kursi Surya. Remaja paling menyebalkan selain Biru di kelas ini.

"Apa neneng Loka? Ada perlu apa sama Aa Surya?" ucapnya jahil, meskipun sebenarnya Surya tahu betul bukan dirinya lah yang jadi tujuan perempuan dengan rambut panjang tergerai ini.

Loka terkekeh ringan, lantas berbalik menatap ketiga teman kelompoknya, memohon agar jangan ia yang di tumbalkan, sayangnya pelototan tajam malah menjadi balasannya.

"Cepet!" Erin berucap tanpa suara di imbangi dengan gerakan peringatan seolah akan menggorok leher Loka hidup-hidup.

Hari ini sial sekali, Loka tidak suka berurusan pada manusia buaya premium seperti Biru. Takut terjerat pesonanya dan takut khilaf membencinya lebih lagi. Hatinya bimbang tapi pada akhirnya ancaman ketiga perempuan tadi berhasil membuat Loka maju langkah demi langkah menghampiri pentolan SMA Erlangga yang tengah asyik bernyanyi bersama beberapa siswa laki-laki.

I Love You! (On-going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang