"Bentala Arunika"
Panggil seorang perawat disana. Dihyan dan Tala menoleh ke sumber suara. Tala berdiri dari duduknya.
"Saya masuk dulu dok, terimakasih bantuan nya" kata Tala yang mengakhirinya dengan senyuman. Dihyan mengangguk mengiyakan ucapan terimakasih itu dan membalas senyuman manis dari Tala. Tala masuk mengikuti perawat itu, punggungnya menjauh dari pandangan Dihyan.
Dihyan beranjak dari tempatnya, dia baru ingat belum mengambil kopi pesanannya. Buru-buru dia pergi mengambil kopi itu dicafe rumah sakit. Kopi favoritnya, es kopi pahit berwarna hitam pekat yang membuatnya selalu terjaga.
Dia menghentikan langkahnya tiba-tiba. Berbalik melihat cafe itu. Ragu-ragu ia kembali ke tempat ia mengambil kopi tadi.
"Sania, hmm pesan 1 lagi" ucapnya tidak yakin pada barista yang sudah ia kenal lama.
Melihat kopi yang ada di tangan Dihyan masih sangat penuh, Sania si barista itu heran. Karena biasanya Dihyan akan memesan kopi itu 2 atau 3 jam lagi.
"Untuk dokter?" tanya Sania heran.
"Bukan, punya saya kan masih ada" jawabnya santai sambil memperlihatkan kopi yang ada ditangannya.
Sania memicingkan mata nya melihat keanehan itu, tak biasanya ia memesan kopi untuk orang lain, dan.. Apalagi rumor telah beredar sangat cepat bahwa dokter Dihyan membantu seorang gadis hari ini yang ia bilang 'hanya teman'. Sontak itu membuat penghuni rumah sakit heboh, karena selama ini Dihyan tidak punya teman seorang wanita.
"Memang orang nya suka kopi pahit dok?" tanya Sania, yang membuat Dihyan berpikir.
Dihyan menggelengkan kepalanya tanpa sadar, sebenarnya Dihyan juga tidak tau gadis itu suka kopi atau tidak.
"Kayaknya dokter ngga tau ya wanita itu sukanya apa" kata Sania meledek. Tanpa sadar Dihyan menganggukkan kepala nya karena Sania berkata benar.
Sania tertawa melihat tingkah konyol dokter itu. Mereka memang sudah lama kenal, tapi hanya berbincang dan bercanda soal kopi dan sejenisnya.
Sadar dirinya tengah diejek Sania, Dihyan langsung memasang ekspresi serius yang lucu. Malu sebenarnya dalam hati.
"Yang biasa di pesan disini apa?"
"Yang best seller sih coffee latte, tapi saya saranin lemon tea aja dok"
"Kenapa?"
"Ya kalau nanti dia ngga suka kopi gimana? Mending yang netral aja kan?"
"Kalau dia ngga suka teh atau lemon gimana?" kata Dihyan bertanya balik.
--
"Jadi maksud anda, anda sering merasa kelelahan?" tanya dokter itu.
Tala mengangguk. "Bahkan untuk hal kecil atau pekerjaan kecil udah membuat saya lelah dok. Saya udah pergi ke dokter umum untuk menanyakan ini tapi hasilnya saya ini baik-baik saja, tapi saya ngga ngerasa gitu. Saya juga lebih suka tidur akhir-akhir ini, seharusnya saya sedang giat mencari pekerjaan tapi.. Sejujurnya saya ngga mau kerja dok, seengganya hanya untuk waktu dekat ini. Saya mau tapi rasanya juga ngga mau, tapi karna tuntutan saya tetap harus memaksakan diri saya untuk terus berusaha walaupun saya sebenernya udah ngga mampu lagi. Rasanya juga saya udah muak hadapin kekacauan yang dateng setiap hari, entah itu karna uang, salah paham, apapun itu saya udah muak dok"
"Hmm.. Lalu apa yang membuat kamu akhirnya datang kesini?"
"Dari semua hal yang terjadi itu, saya ngerasa kalo mungkin saya sedikit stres karena skripsi kemarin dan sekarang belum menemukan pekerjaan tetap, saya pikir itu hanya stres sementara karena tekanan tertentu dan mungkin akan hilang, tapi.. Ada hal yang bikin saya bingung.."
"Apa itu?"
"Saya ngerasa kalo saya hampir bunuh diri.." kata Tala sambil mengingat kejadian hari itu, saat ia bekerja sebagai Tour Leader. Dokter itu dengan tenang mendengarkan Tala dengan seksama. Sambil sesekali mencatat hal-hal yang mungkin berkaitan dengan cerita Tala.
"Kejadian nya beberapa minggu lalu..Saya ngerasa badan saya ngga enak waktu itu, kepala saya pusing, perut saya sakit sekali, badan saya lemas dari pagi hari, kebetulan saya menjadi pekerja lepas saat itu, saya bekerja sebagai tour leader untuk karyawisata anak sekolah. Ada anak laki-laki yang hendak tertabrak saat ingin menyebrang jalan, ia menggunakan headphone sampai tidak sadar bahwa mobil besar melaju kearahnya, melihat seperti itu saya reflek menolongnya, saya mendorong anak itu agar ia selamat, tapi anehnya.. Bukan nya menyelamatkan diri saya malah diam ditempat, saya terjatuh dan mematung. Saya merasakan sakit disekujur tubuh saat itu, seharusnya saya bisa saja memaksakan diri untuk menyelamatkan diri sebelum mobil itu menabrak saya, tapi tidak.. Saya malah menutup mata saya dan berpikir hal-hal aneh "
"Apa yang anda pikirkan saat itu?"
"Saya membiarkan mobil itu menabrak saya, mungkin lebih baik mati. Dengan begitu, semua akan berakhir." kata Tala pelan sambil mengingat kejadian itu. "Bukannya itu hal yang aneh dok? Saya ngga pernah seperti itu sebelumnya, tapi kenapa tiba-tiba saya bisa berpikir begitu?" tanya Tala sembari mengusap tangisnya, bahkan ia sendiri tidak mengerti kenapa dia menteskan air mata.
"Oke, dari beberapa cerita anda saya mendapatkan beberapa hal, untuk lebih lanjut saya akan berikan beberapa pertanyaan berupa kuesioner yang akan anda isi nanti sesuai instruksi yang diberikan, anda bisa mengisi sesuai dengan apa yang anda alami nanti ya.."
Tala mengangguk, mengikuti arahan dari dokter psikiatri itu.
"Sebentar saya ambilkan dulu yaa" kata dokter itu dengan senyuman.
--
"Dokter Dihyan?" tanya seorang perawat.
Dihyan membalasnya dengan senyuman.
"Dokter ngapain disini dok?" tanya perawat itu heran.
"Hmm duduk aja sih sus? Kenapa?" Dihyan justru bertanya balik dengan santai.
"Iyaa maksudnya.. Lagi nunggu orang dok? Disini?" tanya perawat itu hati-hati.
"Hmm ngga ada sih, kalo suster lagi sibuk lanjut kerja aja sus, ngga usah hiraukan saya, saya lagi observasi aja kok" kata Dihyan dengan ramah dan sopan.
"Oh.. Oke dok, saya masuk dulu"
"Iya silahkan.."
Perawat itu pergi dengan penuh tanda tanya. Tidak biasanya dokter Dihyan berkeliaran di rumah sakit ini, apalagi di kawasan psikitri?. Fyi, semua penghuni rumah sakit mengenal dokter Dihyan, tentunya karena wajahnya terpampang jelas di lobby rumah sakit sebagai salah satu dokter terbaik di rumah sakit itu.
Selain itu, karna sebenarnya ia cukup ramah pada orang sekelilingnya dan orang-orang menyukai pribadinya, tapi ia lebih memilih mengurung dirinya di meja kerja, dan ruang operasi untuk bekerja. Dan yang terakhir, karna dia cukup tampan dan manis menurut kaum hawa. Apalagi orang-orang tau bahwa dia masih melajang dan pastinya menjadi incaran dan topik hangat wanita-wanita dirumah sakit.
Dihyan duduk sambil menyantap kopi dinginnya, disebelahnya ada sebotol air mineral yang ia beli di cafe rumah sakit.
Yorobunnnn----- i'm come backkk.... Maaf yahh lama💜💛💜💛 btw sebenernya banyak tulisab gaje tapi yodahlahyaaaaaa,, enjoyyyyy
KAMU SEDANG MEMBACA
Ruang Cerita
Fiksi UmumBentala, biasa dipanggil Tala. Gadis yang mengalami krisis di usia 20an, harus berkelahi dengan kenyataan bahwa mencari pekerjaan tidak semudah membalikan telapak tangan. Dihyan, atau Iyan. Seorang dokter yang gila bekerja. Seluruh waktu nya ia habi...