08

3.2K 130 0
                                    

Awas typo...

Malam ini begitu dingin,suara hujan terdengar sangat deras.

Biru baru saja mandi,ia berjalan menuju lemarinya dan mencari baju untuknya tidur.

Memakai piyama hitam berbahan satin,biru berjalan keluar menuju sofa tv.

Menghidupkan televisi dan mencari saluran yang ia minat.

Dibalkon kamar.

Deva termenung menatap langit yang menurunkan hujan.

Ia memikirkan kejadian dikantin tadi siang,saat nesya mendatangi biru dikantin tadi.

Dan menariknya entah kemana,yang jelas saat deva berpapasan dikoridor,wajah cowok itu menyiratkan kemarahan.

Ia jadi memikirkan nasib pernikahannya ini.apakah cukup ia berpura pura kuat dan tak peduli.sebenarnya Deva sudah lelah tapi ia sedikit memikirkan bundanya dan--surat wasiat ayahnya.lagipula,bukankah terlalu dini umur mereka untuk menikah?.

Mengehela nafas lelah,Deva memejamkan matanya menikmati suarahujan yang memenuhi indra pendengarannya.

"Dev."

Suara itu membuat deva mau tak mau menoleh.menatap biru dengan pandangan bertanya.

"Gue mau ngomong--

--didalem."

Mengangguk singkat,Deva beranjak mengikuti biru menuju sofa.mematikan saluran itu,biru duduk bersila menghadap deva.

"Maaf."

Deva mengernyitkan alisnya bingung.

"Untuk?"

"Semuanya,untuk semuanya yang udah gue perbuat selama ini"

"Gue baru sadar,gue salah.gue masih berhubungan di waktu bersamaan saat gue udah menikah"

"Gue paham ini cuma perjodohan,tapi gue juga sadar pernikahan itu bukan mainan,gue mau serius.gue udah putusin cewek itu.gue mau kita ulang dari awal,tolong ajarin gue buat cinta sama lo,gue mau berusaha tolong terima sampah kaya gue,gue mohon"

"Lo kesambet apa"

"Gue gak bercanda,dev."

"Gue sadar,gue salah.jadi tolong maafin gue,ayo kita ulang semuanya dari awal,untuk masa lalu,tolong lupain.gue mau berubah tapi kasih gue waktu"

"Mau mencoba"

Biru menatap lembut deva,ia meraih tangan deva dan mengusapnya dengan ibu jarinya.

Sebenarnya biru juga aneh dengan dirinya sendiri.kenapa ia tak ingin melepaskan deva saat hatinya juga belum cinta sama sekali,tapi ia akan mencoba sebisa mungkin.

Sebut saja biru brengsek,saat masih ada seseorang dihatinya,tapi ia menjanjikan sesuatu yang mungkin masih mustahil untuknya.

Apalagi diusia ia yang masih dibilang masih labil,dimana masa remaja yang masih kecil untuk memahami kata cinta bahkan pernikahan.

"Lo tau sesabar apa gue nunggu lo sadar"

"Kalau bukan karna bunda dan perjanjiannya dimasa lalu yang uat gue terjebak dipernikahan yang cukup konyol ini"

"Gue gak mau,gue masih mau nikmatin masa muda gue dengan bersenang-senang.gak punya pikiran kesana kemari.tapi gue inget,gue gak bisa sebebas lo,Al."

"Banyak ketakutan yang gue sendiri gak ngerti,gue takut yang namanya kehilangan,"

"Disetiap harinya,gue selalu nguatin diri gue sendiri,bahwa akan ada kebahagiaan dikemudian hari,tapi tenang aja,gue gak berharap lebih itu lo--

"Tapi sekarang lo harus berharap itu gue,sekarang kita sama² belajar buat ngehargai satu sma lain"

"gue coba"

Biru tersenyum,ia menarik tubuh deva agar masuk kedalam dekapannya,mengecup pucuk kepala itu dengan sayang,dan mengucapkan terimaksih.

Biru sadar,ia sangat beruntung memiliki Deva didekatnya,manusia paling baik dalam bentuk paling sempurna yang menerima manusia dengan masa lalu kelam sepertinya.

Malam itu menjadi malam yang membuat keduanya dekat.

_________________________________

Deva bersidekap dada menatap tiga orang didepannya yang saling melempar pandang.

Saat patroli tadi,Deva menemukan tiga murid yang sedang asyik merokok digudang sekolah.

Menghela nafas sabar,Deva berjalan mendekat kearah mereka dengan buku hitam ditangannya.

"Mau dicatat atau bersihin toilet sekolah semuanya"

"Dev,bisa dikurangin gak?"

"Pilih yang mana."

Biru menatap memohon kearah deva uang sama sekali tak digubris oleh sang empu.

"Kalian boleh ngerokok,boleh apa aja asal jangan disekolah.gue udha keberapa kalinya liat kalian ngulangin hal yang sama."

"Jangan dilingkungan sekolah kalau kalian gak mau kena pelanggaran,udah mau ujian,harusnya kalian berusaha ngubah diri,gak malu apa."

Deva mencatat poin itu,dan pergi meninggalkan tiga orang yang masih berdiam diri.

"Terus gimana?"

"Apanya"

"Kita tetep bersihin."biru berjalan menuju toilet sekolah.

Bel pulang sudah berbunyi tujuh menit yang lalu.

Gema membuang nafasnya lelah,ia mengusap keringat yang membanjiri pelipisnya.

Menatap kedua sahabatnya yang tak jauh berbeda.

"Gila,jorok banget anjir.mana bau lagi"keluh ikal.

"Tau,pada gak disiram kali"

"Biru mau kekantin dulu gak?"

"Langsung pulang aja,nanti sore main"

______________________________

Disinilah mereka sebuah cafe yang baru buka.

Duduk dikursi dekat kaca yang mengahadap langsung dengan jalan raya.

Sore ini cukup sejuk jalan juga tak terlalu ramai.

"Lo mau apa?"

"Gue americano"jawab biru.

"Hidup lo udah pait,gak usah minum yang pait juga"

"Gak usah bacot."

"Lo apa?"tanya gema pada ikal.

"Milktea"

Sesudah memesan,sambil menunggu mereka mengobrol dengan asik.

"Deva gak diajak?"

"Dia lagi ada tugas,gak mau ditinggal"

"Gue kasian sama deva,anak sepinter dia punya suami yang tolol,bego lagi."ucap ikal santai.

Biru menatap tajam ikal yang dibalas santai oleh sang empu.

Saat pesanan tiba,mereka

ALBIRU [bllokal][ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang