22.

1.9K 107 3
                                    

Deva menggeliatkan badannya,mengusap matanya pelan,ia membuka sedikit pandangannya.lama berlamun,akhirnya ia beranjak dan berjalan menuju kamar mandi.

Selesai mandi,ia berjalan menuju lemari,melihat seisi lemari ia bingung akan memakai baju yang mana.

Pandangannya jatuh pada kaos putih lengan pendek dibalut kemeja biru muda dan jeans hitam.

Setelah itu,ia menyemprotkan parfum,tak banyak hanya sedikit.

Melangkahkan kakinya keluar kamar,sebelum turun ia menengok pintu kamar biru yang sedikit terbuka.

Tak ingin mengganggu tidur pulas mereka,lagi pula ia sudah izin pada Al nya.

Dika menatap deva yang tengah berjalan kearahnya,sesampainya didepan deva,ia menyerahkan helm yang diterima baik oleh sang empu.

"Kemana dulu?''tanya dika sembari menatap deva dari spion motor.

"Beli yang gampang dulu,sisanya biar nanti dianter ke sekolah"

Dika mengangguk,ia mulai menjalankan kendaraannya dengan kecepatan sedang.

"Selamat,ya!"ucap dika tiba².

"Buat?"tanya deva bingung.

"Lo udah nikah,gue ngucapin selamat buat lo"dika tersenyum tipis dibalik helmnya.

"Lo tau?"tanya deva dengan alis. mengkerut.

"Maaf ya,enggak  bisa dateng"

"Awalnya gue kaget,apalagi lo masih sekolah.tapi bukan itu masalah nya--

G-gue,suka sama lo,dev"

Deva terdiam,ia tak terkejut sama sekali.sudah dari lama ia menyadari hal itu.tapi ia lebih memilih untuk pura² tal tahu agar tak ada canggung diantara mereka berdua.

"Maaf"deva berucap sambil menunduk.

"Gak papa,lagian ini salah gue,kan?gue terlalu pengecut untuk sekedar ngomong sama lo.tapi gue mohon jangan menghindar dari gue,untuk saat ini gue coba dikit demi sedikit buat lupain lo,"

Deva diam,ia tak tahu harus menjawab apa.tapi deva juga merasa bersalah,apakah ia sudah menyakitkan hati dika.

"Awalnya gue marah pas tau lo nikah sama biru,apalagi kalian yang udah nikah tapi biru masih sama nesya.gue sempat mikir padahal masih ganteng gue dari biru juga.iya,kan?"

Deva tersenyum tipis,dika memang tampan,lelaki kuning langsat dengan dimple di pipi kirinya,rahang tegas alis tebal dan hidung mancung,apalagi bibirnya yang tebal berwarna merah,apalagi ia tak merokok.

Menggelengkan kepalanya pelan,ingat deva sekarang sudah punya suami.

"Dika,maaf ya"deva menatap wajah dika yang berada di spion.

"Gak papa,gak usah dilanjutin obrolannya.bikin gak enak,yang penting itu sekarang  lo harus bahagia.kalau ada masalah bilang sama gue,kalau lo disakitin dateng ke gue,ya?.jangan sungkan"

"Makasih dan juga maaf"

Deva juga tak tahu harus berbicara apa,lidahnya sangat kelu hanya untuk berbicara ini itu.mereka memang dekat tapi tetap saja deva yang introvet  selalu sungkan.

"Ahh udah nyampe"dika membantu deva turun dan melepaskan helmnya.

Lama memerhatikan wajah itu dengan lamat,dalam hati ia sungguh sedih karna deva yang sudah menjadi milik orang lain,tapi mau bagaimana lagi,ini sudah takdir.untuk saat ini ia hanya berdoa agar lelaki didepannya ini selalu bahagia.

Dika sudah meyakinkan dirinya dan hatinya agar melupakan deva.

Tersenyum canggung,deva berjalan lebih dahulu dari dika.Menyusuri tempat peralatan dan perlengkapan sekolah.sedangkan dika hanya menatap dari belakang.ingin rasanya ia memeluk tubuh itu.

ALBIRU [bllokal][ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang