02; Crushing News

232 37 3
                                    

"Kau akan tetap diam atau pergi sekarang?"

Draco sudah cukup frustasi menghadapi Pansy yang semakin histeris karena ucapan yang keluar dari mulut Draco. Dirinya sudah ingin pergi, tetapi Pansy terus menerus menahan Draco agar pemuda itu menjelaskan semuanya.

"Ceritakan semuanya padaku, Drake. Aku ingin tahu semuanya dari awal kau bisa menyukai Luna. Semuanya!" desak Pansy yang langsung mendapat gelengan kepala dari Draco.

"Akan aku ceritakan semuanya kepadamu, tapi tidak sekarang, Pans. Cepatlah, aku tak ingin mendengar semua ocehan anak-anak yang lain saat kita datang nantinya," ajak Draco yang sedikit memaksa Pansy berdiri dan langsung ber-apparated ke bar di mana tempat mereka biasa berkumpul.

Membayangkan betapa berisiknya Daphne dan juga Theo jika dirinya dan Pansy datang terlambat membuat Draco bergidik ngeri. Memang kata-kata tajam dan kasar dari teman-temannya sudah biasa didengar olehnya, tetapi ia tetap tidak ingin menjadi sasaran kekesalan teman-temannya yang sudah menunggu lama.

"Akhirnya yang ditunggu datang juga." Suara Theo yang nyaring terdengar saat Draco dan Pansy masuk ke dalam ruang VIP yang sudah dipesan sebelumnya. "Ngomong-ngomong apa yang membuat kalian datang bersamaan seperti ini?" tanya Theo yang tidak dijawab oleh Draco maupun Pansy.

Draco sendiri begitu datang langsung mendekati Daphne dan duduk di samping gadis itu. Tatapan mata Pansy tidak hentinya melihat ke arah Draco apalagi ketika Daphne memberikan suatu bingkisan yang langsung dibuka Draco saat itu juga.

"Apa itu?" tanya Pansy yang penasaran sampai pindah tempat duduk di samping Draco. "Rambut Bicorn? Apa yang ingin kau lakukan dengan rambut Bicorn?" Pansy kembali bertanya ketika melihat apa yang diberikan Daphne kepada Draco.

"Untuk penelitianku," jawab Draco seadanya yang mana langsung menyimpan pemberian Daphne.

"Kau masih membantu Prof Snape dan penelitiannya, Draco?" tanya Blaise yang tiba-tiba bersuara.

"Hanya sesekali. Aku cukup sibuk dengan pekerjaanku saat ini," jawab Draco sembari mengambil firewishky di atas meja dan langsung menegaknya.

"Dengar, Draco. Aku tidak tahu apa yang akan kau lakukan dengan rambut Bicorn itu dan aku tidak peduli dengan yang kau lakukan, tapi jika terjadi sesuatu yang merugikan, jangan pernah kau menyebarkan jika aku yang memberimu rambut Bicorn itu," ucap Daphne memperingatkan Draco dan juga yang lainnya agar mereka tutup mulut.

"Kau tak perlu khawatir tentang itu karena aku akan menggunakannya untuk membuat ramuan yang dapat membantu orang lain," jawab Draco yang membuat Daphne lega ketika mendengarnya.

"Kalau begitu semoga berhasil."

Di saat yang lain kembali fokus dengan perbincangan seputar hidup mereka, Pansy terlihat tidak nyaman dan terus menerus mendesak Draco untuk buka suara tentang apa yang diinginkannya. Dimulai dari perihal bagaimana Draco bisa menyukai Luna, sampai ingin mengetahui apa yang akan Draco gunakan dengan rambut Bicorn pemberian Daphne.

"Aku mengirimkan surat ke keluarga Weasley," gumam Blaise yang tiba-tiba membuat semua pasang mata di ruangan tersebut menatap ke arahnya sekarang.

"Kau serius?" tanya Daphne tidak percaya ketika mendengar ucapan Blaise.

"Aku serius," jawab Blaise yang memang terlihat tidak sedang berbohong saat ini.

"Mengirim surat ke keluarga Weasley artinya kau mengirimkan lamaran ke salah satu dari mereka? Dan satu-satunya gadis di keluarga itu, Ginny Weasley?" tanya Pansy yang sekaligus memastikan dugaannya. Blaise yang selalu terlihat tenang pun menganggukkan kepalanya.

"Wow aku tidak pernah tahu kau menaruh perhatian padanya." Draco ikut merespon terkait berita tentang lamaran Blaise.

"Sebenarnya aku sudah memperhatikannya sejak di Hogwarts dulu, tapi kau tahu betul kan bagaimana kondisi kita saat itu," jawab Blaise yang mendapat anggukan paham dari Draco.

"Aku pikir si bungsu Weasley menjalin hubungan dengan Potter. Bukankah mereka pernah berkencan?" tanya Theo yang juga ikut bersuara.

"Mereka sudah lama putus ketika Potter dilatih menjadi auror. Lagi pula kabarnya Potter baru-baru ini mengirimkan lamarannya pada Lovegood."

Pernyataan dari Blaise barusan membuat Draco tersedak firewhisky yang tengah diminumnya hingga dirinya terbatuk-batuk. Rasa panas dari firewhisky tidak hanya membakar tenggorokan dan hidungnya, tetapi seolah membakar seluruh tubuhnya. Entah itu akibat dari firewhisky yang baru saja diminumnya atau karena ucapan Blaise barusan.

"Kau yakin Potter mengirimkan lamaran untuk Luna?" tanya Pansy yang menggantikan Draco mencari tahu yang sebenarnya.

"Aku dengar begitu. Bukankah mereka juga cocok karena keduanya sudah saling mengenal sejak kecil," sahut Blaise yang berhasil membuat suasana hati Draco mendadak kacau.

"Menurutku justru sebaliknya, mereka tidak cocok satu sama lain," gumam Daphne tiba-tiba yang entah kenapa membuat Draco seolah mendapatkan dukungan. "Kau tahu pekerjaan Lovegood yang lebih sering berpetualang akan sangat berisiko jika dirinya menikah dengan seorang auror." Pendapat Daphne langsung mendapatkan anggukan setuju dari Draco.

"Daphne ada benarnya. Luna pasti menjadi incaran musuh jika menikah dengan Potter." Draco ikut berpendapat.

"Betul, kan. Aku dengar dari Astoria, cucu Newt Scamander juga tengah dekat dengan Lovegood. Mereka lebih cocok bersama dibandingkan dengan Potter," lanjut Daphne yang hampir membuat Draco menjerit.

"Rolf Scamander? Hm, cukup menarik mengingat mereka bekerja bersama," respon Theo yang membuat Draco semakin sakit kepala mendengarnya.

"Aku pikir Draco sedang tidak enak badan. Lebih baik kau pulang dan istirahat," saran Pansy yang bisa dilihat dengan jelas oleh Draco tengah menahan tawanya.

"Apanya yang lucu, Pans?" tanya Theo yang seolah mengetahui ada yang coba disembunyikan oleh kedua temannya itu.

"Pansy benar. Sebenarnya aku sudah sejak awal merasa tidak enak badan, tapi aku membutuhkan rambut Bicorn dari Daphne itu sebabnya aku datang. Sebaiknya aku pulang duluan, kita bertemu lagi di lain waktu," jelas Draco yang langsung ber-apparated meninggalkan ruangan di bar itu sebelum mendapatkan izin dari yang lainnya.

Begitu sampai di manor, Draco langsung menghampiri kedua orang tuanya yang kebetulan saat itu belum tidur. Diketuknya ruang kerja milik sang ayah yang mana Lucius dan Narcissa saat ini tengah berada.

"Father, Mother?" panggil Draco yang langsung mendapatkan izin keduanya untuk masuk ke dalam ruang kerja Lucius.

"Kau sudah pulang, Draco? Ini baru pukul sembilan malam," gumam Narcissa yang kebingungan melihat Draco pulang lebih cepat setelah berkumpul bersama yang lainnya.

"Aku sedang tidak enak badan, tapi tak perlu khawatir karena aku hanya kelelahan saja, Mother," jelas Draco cepat sebelum Narcissa khawatir dengan dirinya.

"Lalu kenapa kau ke sini bukannya langsung istirahat," tukas Lucius yang memperhatikan gerak-gerik aneh Draco.

Terlihat Draco berpikir cepat sebelum bertanya. Ia berusaha mencari ide agar dirinya tidak langsung ketahuan jika bertanya terkait lamaran Luna dan Potter.

"Blaise mengirimkan lamaran untuk Ginny Weasley. Kalian sudah mendengarnya?" tanya Draco ragu yang mendapatkan anggukan dari Narcissa. "Lalu bagaimana dengan Luna dan Potter. Apa itu juga benar?"

Anggukan kepala Lucius membuat dunia Draco seketika hancur. Dirinya terlambat karena terlalu lama berdiam diri dan fokus meyakinkan dirinya sendiri. Harry Potter, rival Draco sejak di Hogwarts yang kini menjadi seorang auror muda mengirimkan lamaran pada Luna, gadis yang Draco sukai.

"Apa yang akan terjadi jika seseorang mengacaukan lamaran pureblood yang lain?" tanya Draco dengan suara yang sudah sangat putus asa.

***

Embracing ContrastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang