06; Silent Struggles

104 15 0
                                    

Kabar tentang Luna yang tengah menderita suatu penyakit serius pun mulai menjadi topik hangat. Kediaman Lovegood sejak pagi sudah dipenuhi beberapa media yang ingin mendapatkan informasi tentang penyakit apa yang diderita. Walaupun sudah berulang kali sang kepala keluarga Lovegood mengusir para media, mereka tetap saja berkumpul menanti berita yang mereka harapkan datang.

"Apa terjadi sesuatu di luar?" tanya Luna yang mendadak mengalami penurunan kondisi kesehatannya sejak tadi malam.

Wajar saja Luna tiba-tiba menanyakan apa yang terjadi di luar kediaman Lovegood. Pasalnya, sejak pagi banyak media yang datang hingga menimbulkan suara yang sangat berisik terdengar hingga ke dalam rumah. Namun, entah kenapa tiba-tiba suara tersebut mendadak hilang.

"Biar Mom yang lihat," ucap Pandora yang baru saja hendak bangkit berdiri dari duduknya, tetapi pintu kamar Luna tiba-tiba dibuka dari luar.

"Snape dan Malfoy datang," ucap Xenophilius yang membuka pintu kamar Luna semakin lebar.

Luna bisa melihat kedatangan Narcissa dan Lucius Malfoy yang berdiri di balik pintu kamarnya. Saat Narcissa masuk dan menghampiri ranjang Luna, ia bisa melihat profesornya dahulu segera mendekati ibunya.

"Oh Luna, aku tidak tahu jika kau selama ini sakit parah," seru Narcissa yang terlihat sangat khawatir saat melihat keadaan Luna. "Kenapa kalian tega menyembunyikan ini dari kami."

"Aku baik-baik saja Mrs Malfoy, kau tak perlu khawatir."

"Bagaimana aku tidak khawatir ketika mengetahui kau ternyata mendapat luka parah karena hewan buas itu. Oh Luna, sebaiknya kau berhenti bekerja sebagai magizoologist dan fokus saja bekerja di kementerian. Aku tidak rela jika melihatmu terluka seperti ini."

Melihat teman dekat ibunya itu sangat khawatir padanya membuat Luna merasa tidak enak hati. Walaupun dirinya berusaha menenangkan Narcissa, wanita itu tidak akan bisa berhenti khawatir. Rasa khawatir yang berlebihan padanya sudah menjadi sifat Narcissa sejak dulu. Padahal, baik Pandora maupun Xenophilius saja tidak terlalu khawatir dengan pilihan apa pun yang diambil Luna.

"Luna baik-baik saja, kau tak perlu khawatir, Cissy. Kami sudah menemukan obat penawar untuk menyembuhkan luka Luna. Sayangnya, kondisi Luna pagi ini mendadak mengalami penurunan, jadi aku dan Severus belum bisa memberikan penawarnya," gumam Pandora yang berusaha menenangkan Narcissa.

"Kau juga keterlaluan, Dora. Kau menyembunyikan penyakit Luna selama ini. Jika aku tahu, aku dan Lucius bisa ikut membantu dalam membuatkan ramuan penawar untuk Luna," sahut Narcissa yang mendapat gelengan kepala dari Pandora.

"Tenang saja, bantuanmu dan Lucius sudah diwakilkan oleh Draco."

Ucapan Pandora barusan membuat Narcissa dan Lucius terkejut, terutama Lucius yang tiba-tiba bersuara. "Draco tahu?"

"Justru berkat bantuan Draco ramuan penawar bisa cepat selesai," jelas Pandora.

Baik Narcissa maupun Lucius hanya bisa mengembuskan napasnya lega ketika tahu putranya ikut andil dalam pengobatan Luna. Para orang tua di sana pun memilih keluar dari kamar, meninggalkan Luna yang tengah beristirahat seorang diri.

"Luna?"

Mendengar seseorang memanggil namanya membuat Luna perlahan membuka matanya. Ia cukup terkejut melihat kedatangan seorang pemuda yang masuk ke kamarnya, tetapi setelahnya seulas senyum terlihat di wajah Luna.

"Maaf aku tidak bisa menyambutmu, Harry. Aku masih belum boleh banyak bergerak," ujar Luna yang mana membuat pemuda yang berdiri tak jauh dari ranjangnya menggeleng cepat.

"Oh kau tak perlu bangun, Luna." Harry terlihat menarik kursi kayu yang ada di dalam kamar Luna dan membawanya lebih dekat pada ranjang sang gadis. "Kenapa kau tidak menceritakan apa yang kau alami, Luna? Kau menyembunyikannya dari semua orang."

"Tidak juga," sahut Luna yang mana senyum manisnya terlihat jelas di wajahnya.

"Ya, Malfoy. Sungguh, Luna, kau hanya memberitahunya dan bahkan tidak memberitahu teman-temanmu yang lain?" Harry terlihat seolah tidak percaya dengan apa yang terjadi.

"Aku hanya tidak ingin membuat kalian khawatir," jelas Luna yang mana pada akhirnya membuat Harry mengembuskan napas beratnya.

"Lain kali kabari aku jika terjadi sesuatu padamu. Apa gunanya kita berteman sejak kecil kalau kau bahkan tidak mau berbagi cerita denganku," ungkap Harry yang membuat Luna mendadak merasa tidak enak hati.

"Maafkan aku, sungguh aku tidak ingin membuat semua orang khawatir karena luka yang aku miliki," lirih Luna yang benar-benar sangat menyesal.

Tidak menceritakan tentang apa yang tengah dialaminya ternyata membuat Luna merasa sedih. Dirinya hanya tidak ingin teman-temannya tahu, bahkan kasus Draco saja dirinya tidak tahu dari mana pemuda itu mengetahui tentang apa yang dialaminya. Menyimpan masalahnya dari orang-orang yang sayang padanya ternyata semakin memperburuk keadaan.

"Berjanjilah kau harus segera sembuh, Luna. Kudengar dari para orang tua di luar bahwa sudah ada penawar untuk penyakitmu." Tangan Harry perlahan menggenggam erat telapak tangan Luna yang mana membuat gadis itu merasakan kehangatan dari genggaman tersebut.

"Aku pasti sembuh, Harry. Mom, Profesor Snape, dan Draco sudah bekerja keras membuatkan penawarnya untukku," cerita Luna yang sembari tersenyum manis pada teman masa kecilnya itu.

"Ah itu semakin membuatku kesal. Kalian bahkan membiarkan Malfoy membantu sedangkan aku.. bahkan tidak tahu jika kau sakit," keluh Harry yang justru membuat Luna tertawa.

"Setelah aku pikir.. Harry, sepertinya kau orang pertama yang tidak ingin kuberitahu masalah penyakitku padamu," ungkap Luna tiba-tiba yang membuat Harry mendadak kesal mendengarnya.

"Kenapa? Kenapa aku tidak bahkan tidak ingin memberitahuku? Apa kau begitu membenciku hingga tidak ingin aku tahu?" seru Harry yang terlihat kecewa.

"Bukan begitu.." Luna membalas genggaman tangan Harry yang mana lebih dulu menggenggam tangannya. "Kau seorang auror, Harry. Kau begitu sibuk dengan pekerjaanmu dan aku tidak ingin menambah bebanmu dengan menceritakan apa yang terjadi padaku."

Genggaman tangan Harry pun seketika dilepas oleh pemuda itu. Tangan kanan Harry kini meraih puncak kepala Luna dan membelai lembut rambut gadis itu.

"Kau bukan beban, Luna. Sungguh, aku tidak pernah menganggapmu beban sama sekali," ujar Harry terdengar sangat tulus membuat perasaan Luna tiba-tiba menghangat. "Lain kali langsung beritahu aku jika terjadi sesuatu padamu," pinta Harry yang membuat Luna tersenyum tipis.

"Aku tidak janji," canda Luna yang refleks membuat keduanya tertawa.

"Luna," panggil Harry yang tiba-tiba terdengar serius. "Kau harus sembuh karena ada yang ingin kubicarakan denganmu saat kau sembuh nanti," ujar Harry yang hanya dibalas anggukan pelan dari Luna.

***

Embracing ContrastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang