"Dua minggu?"
Kepala Draco mendadak sakit ketika membaca surat perjalanan dinasnya ke Amerika. Dirinya mendapatkan tugas yang seharusnya bukan tugasnya, yaitu mengawasi proses pembuatan ramuan. Jangankan membuat ramuan, dirinya saja kini bekerja di pemerintahan sihir yang tidak ada hubungannya dengan ramuan dan sejenisnya.
Salahkan Severus karena mantan profesornya itu yang seharusnya berangkat tiba-tiba meminta digantikan dengan Draco. Yang lebih menyebalkannya lagi, Dumbledore justru menyetujui permintaan Severus dan memberikan izin untuk Draco yang berangkat.
Sebenarnya Draco sendiri tidak masalah jika dikirim untuk menggantikan Severus mengawasi proses pembuatan ramuan. Hanya saja ia merasa waktunya tidak tepat karena ramuan yang tengah dirinya, Severus dan Mrs Lovegood buat sudah bisa digunakan. Ia ingin berada di dekat Luna saat gadis itu meminum ramuan yang sudah berhasil dibuat. Sayangnya, kehadiran Severus yang lebih penting dibandingkan dirinya karena ia hanya sedikit membantu, sedangkan Severus yang banyak andil dalam proses pembuatan ramuan obat tersebut.
"Aku pasti akan baik-baik saja, Draco. Kau tak perlu khawatir. Bukankah kau sendiri yang meyakinkanku bahwa ramuan yang kalian buat pasti berhasil," ucap Luna yang mencoba menenangkan Draco saat keduanya tak sengaja bertemu di lorong kantor pemerintahan sihir.
"Aku tahu kau kau pasti baik-baik saja dan langsung sembuh saat meminumnya. Hanya saja." Ucapan Draco menggantung begitu saja karena ia sendiri tidak yakin haruskah dirinya berterus terang pada gadis yang sudah lama disukainya itu.
"Bagaimana kalau aku meminumnya saat kau kembali nanti? Biar aku yang bicara dengan Mum dan Profesor Snape. Bagaimanapun juga kau turut andil dalam proses pembuatannya."
Permintaan Luna barusan langsung ditolak mentah-mentah oleh Draco. "Kau gila? Kau sudah sangat lama menahan sakit seorang diri," protes Draco yang tidak setuju dengan ucapan Luna. "Tidak. Kau tidak boleh menahannya lebih lama lagi, Luna. Setelah aku pergi pastikan kau meminumnya langsung. Kau juga pasti tahu jika ramuan tersebut memiliki efek yang akan membuatmu tak sadarkan diri. Pastikan kau sudah sehat saat aku kembali nanti."
Draco berani bersumpah bahwa senyuman Luna sangat manis saat ini, dan senyuman tersebut hanya ditujukan kepadanya. Ia sendiri sampai harus menahan diri untuk tidak memeluk gadis di hadapannya tersebut dengan mengepalkan tangannya sekuat mungkin.
"Terima kasih, Draco. Kau benar-benar pemuda yang baik."
"Aku tahu," jawab Draco cepat yang mana berusaha menutupi rasa gugupnya. "Pastikan kau sudah sadar dan pulih sepenuhnya saat aku pulang nanti karena ada yang ingin aku katakan padamu."
Kebiasaan Luna saat sedang kebingungan pasti akan memiringkan kepalanya, dan melihat Luna yang hendak memiringkan kepalanya membuat Draco refleks menyentuh kepala gadis itu supaya tetap lurus menatap ke arahnya.
"Jangan terlalu sering menggerakkan kepalamu, apalagi untuk hal yang tidak penting," pesan Draco yang membuat Luna refleks tertawa kecil.
"Maafkan aku," balasnya pelan. "Ngomong-ngomong, apa yang ingin kau katakan padaku, Draco? Kenapa tidak sekarang saja kau katakan?"
Gelengan kepala Draco menjadi respon pertama yang didapat Luna. "Kau harus sembuh dahulu supaya bisa mencerna dengan baik apa yang akan kukatakan nanti." Luna pun mengangguk pelan seolah menyetujui permintaan Draco. "Nah, sekarang aku harus pergi karena masih ada yang harus kulakukan. Berhati-hati di mana pun kau berada."
"Kau juga, Draco. Usahakan kau sedikit menahan egomu saat di Amerika nanti," pesan Luna yang mana berhasil membuat sudut bibir Draco terangkat.
Luna benar-benar tipikal gadis yang cocok bersanding dengannya. Sejauh ini, tidak ada yang mengenal Draco dengan baik. Oh benar, Pansy memang mengenalnya dengan baik, tetapi keduanya tidak akan cocok hidup berdua. Hanya Luna. Hanya Luna seorang yang Draco inginkan sejak dulu.
Dan di sinilah Draco sekarang berdiri. Di depan ruangan tempat mendaftarkan surat lamaran pernikahan. Terlalu banyak pikiran yang menghampirinya hingga dirinya nekat untuk masuk dan menuliskan namanya di atas surat perjanjian.
"Draco Lucius Malfoy," ucap penyihir di hadapannya saat mengulangi nama yang Draco tuliskan di kertas yang tengah dibacanya.
"Ya."
"Dengan Luna Pandora Lovegood. Benar, bukan?"
Tanpa pikir panjang, Draco langsung meresponnya. "Ya, benar."
Draco cukup cemas saat menunggu penyihir di hadapannya itu menggerakan tongkatnya dan merapalkan suatu mantra yang tidak Draco ketahui. "Kau beruntung karena belum ada penyihir yang mengirimkan lamaran pada gadismu," ucap penyihir tersebut yang berhasil membuat Draco lega mendengarnya. Tak tahu ingin menjawab apa, Draco hanya memberikan senyum tipis pada penyihir tersebut.
"Baiklah, surat lamaranmu akan segera diproses. Kau bisa mengambilnya sendiri di sini besok pagi atau kau ingin diantarkan ke kediaman Lovegood?" tanya penyihir tersebut yang membuat Draco berpikir sejenak.
"Bisa tolong dikirimkan langsung? Kebetulan aku harus berangkat dinas malam ini," pinta Draco yang disetujui oleh penyihir di hadapannya.
"Tentu saja. Kami akan segera mengirimkannya begitu surat tersebut sudah dicetak."
"Terima kasih."
Setelah mendaftarkan dirinya, Draco pun langsung ber-apparated kembali ke kediaman Malfoy. Kedua orang tuanya terlihat tengah sibuk membaca di ruang keluarga di Malfoy Manor membuat dirinya merasa enggan untuk mengganggu.
"Malam ini aku harus berangkat ke Amerika," ucap Draco tiba-tiba yang membuat kedua orang tuanya kini fokus ke arahnya.
"Ah ya, Severus tadi datang dan menyampaikan langsung. Kau ingin makan dulu, Draco?" tanya Narcissa yang mana langsung berdiri mendekati putra satu-satunya itu.
"Sepertinya tidak sempat. Aku akan mandi sebentar dan segera pergi."
"Berhati-hati saat berada di Amerika. Ingatlah kau menggantikan Severus di sana, jangan sampai mempermalukannya, terlebih mempermalukan keluarga Malfoy," pesan Lucius yang langsung dibalas cepat oleh Draco.
"Kalau begitu, segera bersihkan dirimu. Jangan sampai membuat orang lain menunggu lama," ucap Narcissa.
Draco baru saja hendak pergi ke kamarnya, tetapi langkahnya kembali berhenti. Dirinya ingin menceritakan kepada kedua orang tuanya jika ia baru saja mengirimkan lamaran untuk Luna, tetapi entah kenapa kalimat tersebut tidak juga terucap.
"Mother," panggil Draco yang membuat Narcissa kembali berdiri dan mendekati Draco. "Aku harap kau selalu mendukung apa yang aku inginkan."
"Selagi kau tidak bertingkah kekanakan, kau akan selalu mendapat dukungan dari keluargamu, Draco," cibir Lucius yang bahkan tidak mengalihkan pandangannya dari Daily Prophet yang sedang dibacanya.
"Kau tak perlu khawatir, apa pun yang kau lakukan kami akan selalu mendukungmu, termasuk membiarkanmu memilih sendiri gadis yang nantinya ingin kau nikahi," gumam Narcissa sembari membelai lembut rambut Draco.
Seolah telah mendapat restu dari ibunya, Draco pun segera memeluk Narcissa. Ia pun segera pamit untuk membersihkan dirinya karena tidak ingin terlambat saat pergi ke Amerika nanti.
"Pastikan kau selalu berhati-hati di mana pun kau pergi, Draco," pesan Narcissa yang pasti selalu Draco ingat sampai kapan pun.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Embracing Contrast
FanfictionEmbracing Contrast; When Shadows Meet Rainbows Draco Malfoy x Luna Lovegood / Alternate Universe Tidak akan ada yang percaya jika seorang Draco Malfoy jatuh hati pada seseorang seperti Luna Lovegood. Hal tersebut bukan masalah karena bagi Draco, Lun...