04; Sincere Love

202 35 2
                                    

Di pagi hari yang cerah, Draco tiba di depan halaman rumah berbentuk kastil. Diketuknya pintu kayu berwarna gelap di hadapannya sampai pintu terbuka, menampilkan seorang gadis muda yang memakai dress berwarna oranye terang membukakan pintu untuknya. Senyum merekah di wajah gadis itu membuat Draco refleks ikut tersenyum.

"Oh hello Draco. Ayo masuk, mum sudah menunggumu di ruang kerjanya," ajak Luna sembari membukakan pintu lebih lebar agar Draco bisa masuk dengan mudah.

Draco pun masuk ke dalam rumah yang menurutnya sangat unik karena semua benda di sana memiliki warna dan bentuk yang tidak lazim. Berapa kali pun ia masuk ke dalam kediaman milik keluarga Lovegood, ia selalu terkesima melihat keadaan rumah tersebut. Ia sangat senang memandangi semua perabotan unik di dalamnya.

"Bagaimana lehermu? Sudah bisa digerakkan?" tanya Draco saat Luna menuntunnya ke ruang kerja milik Pandora. Letaknya berada di bagian belakang kediaman Lovegood.

Luna berhenti sejenak dan berdiri di hadapan Draco. "Sebenarnya sudah bisa digerakkan dengan mudah, tetapi setiap aku menggerakkan leherku timbul rasa sakit."

Wajah Draco terlihat sedih ketika mendengar penjelasan Luna. "Sebaiknya untuk sementara kau tidak perlu menggerakkan lehermu secara berlebihan," saran Draco yang mana membuat Luna ikut sedih mendengarnya.

"Aku tidak bisa. Kau tahu kan jika aku suka sekali memiringkan kepalaku. Orang lain akan bertanya-tanya jika melihat leher dan kepalaku selalu berdiri tegap."

Embusan napas kesal keluar dari mulut Draco. "Jangan memikirkan orang lain, Luna. Pikirkan kesehatanmu dahulu. Lagi pula tidak ada yang memperhatikanmu sebaik aku," balas Draco yang langsung menutup mulutnya. Terkejut dengan ucapannya sendiri.

"Kau benar. Ngomong-ngomong, terima kasih sudah merahasiakan penyakitku," balas Luna sembari menggenggam lembut telapak tangan Draco.

Jangan tanya bagaimana perasaan Draco saat ini karena dirinya sendiri pun tidak bisa menjelaskan perasaannya. Genggaman tangan Luna sangat lembut dan terasa hangat saat menggenggam tangan Draco. Betapa dirinya sangat menyukai setiap Luna menyentuh tangannya.

"Oh ya, boleh aku lihat lukamu?" tanya Draco tiba-tiba yang mana mendapat anggukan dari Luna.

Luna pun berbalik membelakangi Draco dan menyingkirkan rambutnya ke depan. Leher bagian belakang Luna tampak lebam dan juga terlihat bekas cakaran yang cukup besar, tetapi sudah terlihat mengering saat ini. Tak sanggup melihat tubuh Luna yang terluka, Draco segera membalikkan badan gadis tersebut menghadap ke arahnya.

"Bersabarlah sedikit lagi. Aku, ibumu dan Uncle Severus akan membantu membuatkan ramuan untukmu." Walau hatinya cukup sakit melihat Luna yang terluka, Draco tetap memaksakan dirinya untuk tersenyum pada Luna. "Bisa kau antarkan aku ke ruangan ibumu? Semakin cepat aku tiba, semakin cepat juga kami bisa melanjutkan membuat ramuan obat untukmu."

Senyum di wajah Luna seolah memberikan semangat untuk Draco agar bisa menciptakan ramuan obat untuk gadis itu. "Terima kasih, Draco." Lalu Luna menuntunnya menuju ke ruang kerja milik Pandora.

Selama dua minggu ini, Draco kurang beristirahat. Sepulang bekerja di Kementerian Sihir, Draco akan datang ke kediaman milik Lovegood untuk bertemu dengan Pandora, ibu Luna, atau kadang ia akan datang ke tempat tinggal Snape. Draco, Pandora dan Snape tengah berusaha menemukan ramuan obat untuk Luna yang terkena cakaran dari binatang buas.

Awalnya Draco tidak tahu jika Luna terluka. Sudah satu minggu sejak Luna terluka, Draco datang berkunjung ke kediaman Snape karena disuruh ibunya. Narcissa khawatir karena Snape terus menolak ajakannya untuk makan malam bersama seperti yang biasa mereka lakukan.

Saat itu, Snape tengah terlibat obrolan serius di ruang kerjanya bersama dengan Pandora. Sebelumnya Draco tidak berniat untuk mencuri dengar perbincangan dua orang yang sangat ahli di bidang Potion itu, tetapi saat mendengar nama Luna disebut, Draco tidak tahan untuk mendengar lebih lanjut percakapan tersebut.

Sejak saat itu, Draco bekerja untuk membantu Snape dan juga Pandora dalam menemukan ramuan obat yang tengah dirahasiakan dari banyak orang. Walau bidang pekerjaan Draco berbeda, tetapi Snape dan Pandora mengakui kemampuan Draco di bidang Potion. Pekerjaan Draco juga sangat membantu, terlebih dalam mendapatkan bahan yang akan digunakan.

"Kau mendapatkan rambut Bicorn itu, Draco?" tanya Snape yang ternyata sudah lebih dulu berada di ruang kerja milik Pandora.

Dikeluarkannya kotak berisi rambut Bicorn dari dalam saku mantelnya dan memberikannya kepada Snape. Saat rambut Bicorn tersebut dikeluarkan, Pandora langsung memeluk erat tubuh Draco.

"Oh Draco, aku benar-benar berhutang padamu. Terima kasih sudah membantu Luna," tutur Pandora yang terlihat sangat bahagia. "Apa yang bisa ku lakukan untuk membalasmu, Draco?"

"Tidak perlu mengkhawatirkan itu, Mrs Lovegood. Aku senang bisa membantu Luna," balas Draco yang terdengar sangat tulus dengan ucapannya.

"Bagaimana dengan menjodohkan kalian berdua? Kau belum mengirimkan surat pada penyihir lainnya, bukan? Cissy juga pasti senang jika kau dan Luna bisa menikah nantinya," seru Pandora yang berhasil membuat tubuh Draco merasa panas, bahkan wajahnya sudah memerah karena ucapan wanita yang masih memegang lengannya itu.

"Kau terlalu berlebihan, Dora. Lagi pula Draco cukup buruk untuk kau jadikan sebagai pasangan Luna," tukas Snape yang mendapat tatapan tajam dari Draco. "Lihatlah betapa tidak sopannya keturunan Malfoy. Dia bahkan berani menatap tajam ke arahku," sungut Snape yang berhasil membuat Pandora tertawa kecil.

"Bagiku Draco pemuda yang sangat baik, terlebih pada Luna. Katakan saja jika kau nantinya tertarik pada Luna, Draco. Aku akan membantumu untuk mendapatkan restu dari orang tuamu, bahkan dari Severus sekalipun," ucap Pandora sembari menepuk pundak Draco yang mana kemudian kembali fokus kepada ramuan yang akan mereka buat.

Pandora sudah berada di pihak dirinya. Mudah saja bagi Draco untuk mendapatkan restu dari kedua orang tuanya. Narcissa pasti dengan senang hati memberikan restu untuk Draco jika dirinya hendak mengirimkan surat perjodohan pada Luna. Begitu juga Lucius, walau sang ayah sangat tidak menyukai Xenophilius, tetapi ia sangat dekat dengan Pandora. Lucius pasti mau memberi restu untuk Draco.

Semuanya terlihat mudah, tetapi entah kenapa Draco terus menerus ragu pada dirinya untuk berterus terang pada Luna. Sebelumnya Draco berniat akan mengungkapkan isi hatinya yang sebenarnya pada Luna saat gadis itu sudah pulih sepenuhnya. Namun, ada rasa gugup yang menyertai Draco terlebih melihat kedekatan Luna dengan Potter.

"Mrs Lovegood?" panggil Draco tiba-tiba yang mana berhasil membuat Pandora dan Snape menatap ke arahnya.

"Ya, Draco?"

"Menurutmu jika aku mengirimkan surat lamaran, apa Luna mau menerimaku?"

Pertanyaan yang tiba-tiba keluar begitu mudahnya dari bibir Draco berhasil membuat dua orang di sana terkejut. Berbeda dengan Snape yang masih terlihat terkejut, Pandora justru memberikan senyum terbaiknya pada Draco.

"Kau harus mencobanya. Aku akan membantumu," balas Pandora yang berhasil membuat Draco lega mendengar jawabannya.

*** 

Embracing ContrastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang