Setelah kabar tentang penyakit yang tengah diderita oleh Luna menyebar cepat, semua teman dekat Luna pun datang menjenguk dirinya. Tak hanya teman dekat Luna saja yang datang, rekan kerjanya seperti Pansy yang tidak cukup dekat dengannya pun datang.
Kedatangan teman-teman Luna untuk mengetahui kabar gadis itu bukannya membuat Luna semakin kuat karena dukungan para temannya yang datang. Kondisi dirinya justru semakin buruk membuat kedua orang tuanya dibantu keluarga Malfoy membatasi siapa saja yang hendak bertemu dengannya.
Butuh waktu tiga hari untuk Luna kembali pulih, dan setelah dirinya sudah cukup baik, sang ibu yang dibantu Profesor Snape mulai memberikan ramuan yang harus segera diminum oleh Luna. Yang dikatakan oleh Draco sebelumnya memang benar, Luna tidak akan sadarkan diri untuk beberapa hari setelah meminum ramuan penawar.
"Luna, kau sudah sadar?" Sang ibu langsung berlari menghampirinya saat baru saja masuk ke dalam kamar putrinya.
"Berapa lama aku tak sadarkan diri?" tanya Luna yang mana perlahan dibantu ibunya untuk duduk.
"Ini hari ke empat kau tak sadarkan diri, Luna. Oh aku bersyukur kau akhirnya sadar," seru sang ibu yang terlihat begitu lega. "Ngomong-ngomong bagaimana kondisimu?" tanya sang ibu yang tiba-tiba bangkit dan berteriak memanggil ayahnya.
Tangan Luna perlahan menyentuh punggung lehernya dan meraba bekas luka di sana. Namun, Luna tidak merasakan apa pun, bahkan punggung lehernya itu terasa begitu halus.
"Akhirnya kau sadar, Luna!" seru sang ayah yang kini menghampiri ranjang Luna. "Bagaimana kondisimu, Luna?"
Kepala Luna menggeleng pelan. "Tubuhku terasa cukup pegal, tetapi selebihnya aku merasa baik-baik saja," ujar Luna yang membuat sang ibu berpindah tempat untuk melihat luka lama Luna.
Rambut Luna pun disibak perlahan oleh sang ibu dan seruan bahagia terdengar dari bibir ibunya. "Lukanya benar-benar sembuh. Luna, kau akhirnya sembuh," seru sang ibu yang langsung memeluk erat tubuh Luna.
Tak hanya ibunya, sang ayah pun ikut memeluk Luna. Rasa lega membuat tubuhnya mendadak ringat, dan pelukan kedua orang tuanya terasa hangat dan menenangkan.
"Kau harus makan sesuatu, Luna. Biar Dad mengambilkan makanan untukmu," ujar sang ayah yang tiba-tiba bangkit dan mengecup kening Luna sebelum akhirnya pergi meninggalkan kamar putrinya.
"Tak masalah jika Mum memberitahu Narcissa dan Severus tentang kesembuhanmu?" tanya sang ibu yang meminta izin Luna.
"Oh tentu saja boleh, Mum. Mereka pasti sangat khawatir menunggu kabar darimu," sahut Luna yang mengizinkan ibunya.
"Kalau begitu Mum keluar dulu untuk mengirimkan pesan pada mereka," ujar sang ibu yang mana ikut mengecup kening Luna sama seperti yang dilakukan oleh ayahnya.
"Mum," panggil Luna tiba-tiba saat sang ibu hendak membuka pintu kamarnya.
"Ya, sayang?" Sang ibu langsung membalikkan tubuhnya begitu mendengar Luna memanggilnya. "Kau butuh sesuatu?"
Luna dengan cepat menggelengkan kepalanya. "Aku hanya ingin tahu, apa Draco sudah kembali?"
Raut wajah sedih dari ibunya menjadi respon pertama dari pertanyaan Luna. Dengan melihat itu saja Luna bisa tahu jika Draco belum kembali dan entah kenapa rasa sedih tiba-tiba menghampirinya.
"Sayangnya dia belum kembali, Luna. Tapi kau bisa mengirimkan pesan padanya nanti saat kau sudah pulih sepenuhnya. Mum yakin Draco pasti senang mendapat kabar langsung darimu," seru sang ibu yang hanya dibalas anggukan kepala oleh Luna.
Setelah berita tentang kesembuhan Luna kembali menyebar, teman-teman Luna hendak kembali berkunjung. Namun, kedua orang tuanya membatasi siapa saja yang boleh bertemu dengan Luna sementara waktu sampai dirinya benar-benar pulih.
"Luna, Scamander datang," ujar sang ibu yang tiba-tiba datang ke kamarnya. "Mum tidak bisa mengusirnya karena dia merupakan rekan kerja sekaligus atasanmu, dan Mum pikir dia salah satu orang yang wajib tahu tentang kondisi kesehatanmu sekarang."
Kepala Luna mengangguk pelan dan membuatnya bangkit dan segera keluar dari kamarnya. Di ruang tamu kediaman Lovegood, Rolf Scamander langsung bangkit melihat kedatangan Luna.
"Luna!" panggilnya dan langsung mendekati Luna. "Oh Luna, sungguh maafkan aku karena tidak tahu tentang apa yang kau alami," ujar Rolf yang hanya dibalas senyuman oleh Luna.
"Duduklah, Rolf. Kau sudah jauh-jauh datang ke rumahku," sahut Luna yang kini mengajak Rolf duduk di sampingnya.
"Maafkan aku karena baru sekarang bisa mengunjungimu. Aku berada di Romania saat tahu kau sakit, dan ibumu memberi pesan jika kau tidak bisa ditemui karena masih dalam tahap pemulian," jelas Rolf yang bisa dimengerti oleh Luna.
"Aku bersyukur kau tidak datang ke sini saat aku dalam proses pemulihan," balas Luna yang mana terlihat kekecewaan di wajah Rolf.
"Aku sangat mengkhawatirkanmu, Luna," tuturnya berkata jujur.
"Maaf karena sudah membuatmu khawatir," ungkap Luna yang juga berkata jujur. "Ngomong-ngomong bagaimana pekerjaanmu di Romania? Maaf karena untuk sementara waktu aku tidak bisa kembali ke penangkaran, aku dipindahkan di Kementerian," ujar Luna mengganti topik pembicaraan mereka.
"Kau tidak perlu mengkhawatirkan itu, Luna. Kau bisa kembali kapan pun kau mau, dan berjanjilah padaku untuk memberitahu semuanya jika terjadi sesuatu padamu saat di penangkaran," ujar Rolf yang terlihat sangat merasa bersalah. "Jujur saja, Luna, mengetahui penyakitmu dari media membuatku benar-benar merasa tidak berguna!"
"Oh Rolf maafkan aku, aku hanya tidak ingin membuatmu dan semua orang khawatir," jelas Luna yang entah ke berapa kalinya ia meminta maaf.
"Hanya janji darimu yang aku butuhkan," sahut Rolf yang hanya dibalas dengan senyuman tipis dari Luna.
Keduanya kini membicarakan tentang penawar yang digunakan oleh Luna, serta menceritakan apa saja yang terjadi saat Luna pingsan. Rolf juga menceritakan tentang hewan-hewan di penangkaran yang mana membuat Luna merasa merindukan hewan-hewan di sana.
"Luna, sebenarnya ada yang ingin kubicarakan denganmu. Sebenarnya aku ingin mengungkapkannya saat penelitianku di Romania selesai, tetapi aku rasa itu terlalu lama karena penelitianku baru saja dimulai," ujar Rolf yang tiba-tiba bersuara.
"Apa yang ingin kau bicarakan denganku, Rolf? Kau bisa menceritakannya sekarang jika kau mau," balas Luna yang siap mendengarkan apa yang hendak Rolf katakan.
Rolf terlihat diam sejenak dan tiba-tiba menarik napasnya panjang seolah tengah menenangkan dirinya sendiri. "Aku menyukaimu, Luna. Aku berniat untuk mengirimkan lamaran padamu, tetapi aku ingin tahu tentang perasaanmu dahulu," ungkap Rolf yang mana membuat Luna tidak bisa berkata-kata.
"Oh Rolf.. Aku tidak tahu kau menaruh perasaan padaku," sahut Luna yang benar-benar terkejut mendengar pengakuan dari Rolf barusan.
"Luna.. apa kau memiliki perasaan yang sama denganku?" tanya Rolf tiba-tiba yang kembali membuat Luna terdiam sejenak.
Ini kali pertama ada seseorang yang mengakui perasaan padanya dan jujur saja Luna tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Lalu pertanyaan Rolf barusan membuatnya sedikit terbeban. Jujur saja dirinya tidak tahu bagaimana cara menjawab pertanyaan yang diajukan Rolf padanya.
"Tentunya kau boleh menolak jika tidak punya perasaan yang sama denganku, Luna. Kau bebas memilih siapa yang kau inginkan."
Kata-kata Rolf barusan membuat Luna semakin merasa terbebani. Namun, sama seperti yang dikatakan Rolf barusan jika Luna berhak memilih apa yang diinginkannya membuat Luna akhirnya memberanikan diri untuk langsung menjawab pengakuan atasannya itu.
"Rolf, maafkan aku karena ada seseorang yang sudah lama mengisi hatiku."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Embracing Contrast
FanfictionEmbracing Contrast; When Shadows Meet Rainbows Draco Malfoy x Luna Lovegood / Alternate Universe Tidak akan ada yang percaya jika seorang Draco Malfoy jatuh hati pada seseorang seperti Luna Lovegood. Hal tersebut bukan masalah karena bagi Draco, Lun...