03; Silent Jealousy

185 33 2
                                    

"Lamaran siapa yang ingin kau hancurkan? Seperti tidak ada gadis lain saja di dunia ini sampai harus mengacaukan lamaran orang lain," keluh Lucius yang seolah tidak mendengar apa yang dikatakan putranya itu dan kembali fokus dengan berkas-berkas yang ada di meja miliknya.

"Aku tidak tahu jika keluarga Potter juga menginginkan Luna. Dari mana kau mendengarnya, Draco?" tanya Narcissa yang berjalan mendekati Draco dan memeriksa suhu tubuh putra satu-satunya itu. "Kau demam. Lebih baik kau segera istirahat sekarang," perintah Narcissa yang tidak bisa ditolak oleh Draco mengingat tubuhnya juga ikut melemas mendengar fakta menyakitkan yang baru didengarnya.

Kabar tentang Potter yang mengirimkan lamaran untuk Luna benar-benar membuat suasana hati Draco kacau. Dirinya bahkan tidak bisa berkonsentrasi dengan pekerjaannya dan merasa enggan melakukan apa pun.

"Kau benar-benar menyukai Luna sedalam itu?" bisik Pansy saat keduanya tengah makan siang bersama. "Aku tidak tahu dan tidak pernah menyangka kau bisa jatuh cinta sedalam itu, apalagi pada gadis seperti Luna," lanjut Pansy yang mana langsung mendapat tatapan tajam dari Draco.

"Apa maksudmu gadis seperti Luna?" tanya Draco yang merasa kesal dengan ucapan Pansy.

"Kau tahu apa maksudku, Drake. Kau dan Luna benar-benar bagai langit dan bumi. Tidak, bahkan kalian berdua lebih tepatnya bagaikan surga dan neraka. Luna memang cantik dan kepribadiannya juga sangat baik, tapi tetap saja aku tidak habis pikir apa yang membuatmu bisa jatuh hati pada Luna?"

Sendok yang tengah dipegang Draco pun diletakkannya di atas meja. Matanya tiba-tiba terpejam sejenak seolah tengah memikirkan sesuatu di benaknya.

"Karena Luna terlalu berwarna untuk hidupku yang monokrom," jawab Draco singkat yang membuat Pansy seolah tak mendengarnya.

"Apa? Apa yang kau katakan?" ulang Pansy yang membuat Draco mengembuskan napasnya berat.

"Luna terlalu berwarna untuk hidupku yang gelap ini, Pans. Jika kau bertanya apa yang membuat aku menyukainya, aku tidak akan menjawabnya karena aku tidak tahu apa yang membuat aku menyukainya. Yang aku tahu hanya aku menyukai semua hal yang berkaitan dengannya. Menyukai semua hal yang dilakukannya," cerita Draco panjang lebar yang membuat Pansy tertegun saat mendengarkannya.

"Ternyata kau sudah sedalam itu menyukainya," respon Pansy dengan suara yang terdengar berbisik. "Kalau begitu, apa kau butuh bantuanku? Butuh bantuanku untuk mendekatinya? Atau mencari tahu tentangnya?" tanya Pansy yang tiba-tiba bersemangat ingin menjodohkan Draco dengan Luna.

"Tidak perlu. Aku bisa mengatasinya sendiri." Pandangan Draco kini kembali pada nampan makanannya di atas meja. "Hanya saja masalah kedekatannya dengan Potter sedikit menggangguku," keluh Draco yang mendadak tidak bersemangat.

"Drake," panggil Pansy sembari menyikut lengan Draco. "Drake, lihat siapa yang datang," lanjutnya sembari mengirimkan sinyal melalui matanya pada Draco.

Draco yang semula menunduk pun menangkap sudut mata Pansy ke arah yang ditujunya. Betapa terkejutnya Draco sampai tubuhnya melemas saat melihat Luna tengah berjalan bersama dengan Potter. Hatinya mendadak sakit melihat keduanya tertawa bersama.

"Oh hello Draco, hello Pansy. Boleh kami ikut bergabung? Aku dan Harry tidak menemukan tempat lain yang kosong," izin Luna yang langsung mendapat anggukan semangat dari Pansy.

"Tentu saja, kau bisa duduk di sini," balas Pansy dengan senyuman yang tidak pernah pudar. Benar-benar bukan seorang Pansy.

"Terima kasih, kau baik sekali, Pansy."

Luna pun mengambil posisi duduk tepat berhadapan dengan Draco, sedangkan Potter yang duduk di samping Luna berhadapan dengan Pansy. Pandangan mata Draco terus menerus menatap tajam ke arah Potter, apalagi di saat pemuda itu berhasil membuat Luna tertawa karena lelucon bodoh yang dilontarkan pemuda itu.

"Ku dengar kau sakit beberapa waktu lalu. Makan yang banyak, supaya tubuhmu cepat pulih, Luna," gumam Potter yang tiba-tiba meletakkan potongan ayam di nampan makan Luna, membuat Draco dan Pansy yang melihatnya refleks meringis.

"Oh Harry, kau sangat baik, tapi kau tidak perlu melakukan itu. Aku baik-baik saja," balas Luna yang mengembalikan potongan ayam di nampan makan milik Potter.

"Kau yang lebih membutuhkan protein, Luna. Aku heran kenapa kau tidak mengambil ayam tadi." Potter kembali meletakkan potongan ayam di nampan Luna, membuat Luna terlihat keberatan dengan sikap Potter.

Draco sudah tidak kuat menyaksikan apa yang tengah dilihatnya. Ia pun mengambil potongan ayam milik Potter yang ada di nampan makan milik Luna, membuat Luna, Potter, hingga Pansy terkejut melihat tingkah Draco barusan. Bahkan Pansy sampai menyentuh lengan Draco seolah menyadarkan Draco untuk tidak terlalu menampakkan kekesalannya.

"Aku pikir kau dan Luna teman sejak kecil, Potter, tapi bagaimana bisa kau tidak tahu jika Luna alergi pada ayam sejak kecil?" sindir Draco dengan seringai yang terlihat di sudut bibirnya. "Bukan hanya ayam, segala jenis daging unggas yang lain pun Luna tidak pernah bisa memakannya."

Tatapan Potter langsung terlihat pada Luna yang duduk di sampingnya, seolah menanyakan apa yang dikatakan Draco benar atau tidak. "Benarkah, Luna? Oh Luna, maafkan aku karena tidak tahu kau alergi dengan daging unggas."

Perasaan Draco saat ini menjadi berbunga-bunga karena dirinya seolah menang satu langkah dari Potter. Bagaimana mungkin informasi sepenting itu tidak diketahui oleh Potter. Bisa-bisa Luna mati di tangan Potter jika keduanya benar sampai menikah nantinya.

"Kau tak perlu minta maaf, Harry. Kau tidak bersalah karena tidak tahu jika aku alergi pada daging unggas." Tatapan Luna kini beralih ke arah Draco dan memberikan senyum manisnya pada pemuda itu. "Terima kasih, Draco. Aku tidak tahu jika kau mengetahui aku alergi daging unggas. Ngomong-ngomong dari mana kau bisa tahu?" tanya Luna dengan suaranya yang sangat lembut hingga bisa membuat Draco meleleh saat mendengarnya.

Berbeda dengan Draco yang tengah meleleh melihat senyuman Luna yang ditujukan kepadanya, Pansy terlihat panik, ditambah Potter ikut menantikan jawaban Draco. Dengan cekatan, pansy mencubit paha Draco hingga pemuda itu refleks berteriak.

"Aw! Kau sudah gila?" keluh Draco yang langsung menatap tajam ke arah Pansy.

"Benar, sepertinya aku sudah gila. Aku hampir melupakan surat perjalanan yang kau pinta. Bukankah harus segera disetujui Dumbledore?" ucap Pansy cepat sembari menarik tangan Draco agar pemuda itu bangkit dari duduknya. "Nah Luna, kami pergi duluan ya. Nikmati makan siangmu," lanjut Pansy yang langsung melesat pergi bersama Draco.

Terdengar teriakan dari Potter yang mengatakan Dumbledore sedang tidak ada di ruangannya, tetapi Pansy dan Draco tidak mendengarkan. Mereka tetap pergi menjauh, meninggalkan kantin tersebut.

*** 

Embracing ContrastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang