001.

1.1K 86 6
                                    

Di bawah renungan malam yang terang, Dawanda renjana lelaki itu tersenyum menatap wajah sang ayu yang tengah berada di depan nya.

"Jangan diliatin aja dong aku nya, malu tau."

Awan terkekeh malu. "Kamu teh cantik, aa suka." Awan menjedanya. "Maafin ya? Cuma bisa di bawa ke pecel hehe, padahal niatnya mau di bawa ke caffee tapi saya teh gak punya uang lebih." Ucapnya sambil cengengesan.

"Gak apa apa, pecel nya enak kok. Lagian kenapa kamu gak nembak nembak aku sih! Kesel banget, udah ngedeketin dari lama tapi ga di tembak tembak!". Ujarnya dengan bibir yang melengkung ke bawah.

"Mati dong?"

Awan tertawa lalu mendapatkan cubitan dari perempuan nya. "Aduhh, iya iya maafin aa." Ia terdiam sejenak. "Sejujurnya, aa ragu buat nembak kamu.. maksud aa gini, aa takut kamu malu nanti jalan sama aa yang miskin kayak gini.."

Ia mengerti kondisi Awan bagaimana, tapi kan perempuan juga butuh kepastian gimana sih?

"Kalo kamu ga mau nembak ya gausah deketin dong, bikin orang cinta sama sayang tuh ada resikonya ya!". Ia sudah kesal dengan Awan, sudah hampir satu tahun berjalan pdkt tapi masih belum di pacarin juga! Ish.

"Maaf.." hanya kata maaf yang Awan katakan membuat perempuan nya kesal lalu mulai beranjak mengemasi barang-barang nya.

"R-rina? Mau kemana?!" Lelaki itu panik, segera ia menahan tangan perempuan nya lalu meminta nya agar tetap duduk bersama nya.

"Maaf.. maafin aa, jangan pergi ya? I-ini aa mau nembak lho." Walau gugup Awan sekarang akan yakin dengan pendirian nya.

Ia akan menjadikan Rina miliknya.

Pergerakan perempuan itu terdiam, menatap Awan yang tengah menggulung sebuah tisu yang berada di samping nya.

Wajah yang semula datar, mulai sedikit tersenyum. Lelaki itu dengan gentle berdiri menghadap dirinya lalu memberikannya sebuah bunga yang ia buat dari tisu tadi.

"Maaf ya nembak nya nggak kayak mas mas yang di luaran sana yang romantis, aa cuma bisa kayak gini, kamu.. seneng nggak? Hehe.." lelaki itu mengulum senyumnya, menggapai punggung tangan perempuan nya lalu mengecup nya. "Maaf juga ya lancang cium cium tangan mulus kamu, sekarang jadi pacar dulu ya? Jadi istri nya nyusul."

Rina tertawa kecil melihat tingkah lelaki yang kini menjadi pacarnya. Ia mengangguk lalu menerima bunga tisu itu dari nya. "Iya nggak apa apa, kamu janji ya aku yang jadi istri mu? Aku mau jadi pacar kamu soalnya kamu ganteng!"

"Iya dong. Berarti Kalo aku nggak ganteng, masih mau?"

"Nggak lah!"

Keduanya tertawa puas, sambil melontarkan tatap penuh cinta. Keduanya tau ini tempat umum toh tempat nya sepi dan ia tak memedulikan itu.

"Duh, ada yang lagi pacaran nih." Sindir pak Rudi, tukang pecel.

"Hahaha iya nih, cantik kan mang cewek ku?"

"Cantik poll a, mantap!"

"Tuh, katanya mamang nya kamu cantik." Goda Awan, mang rudi sih hanya menggeleng melihat pasangan kasmaran ini.

"Kan pacar kamu, jadi harus cantik!"

"Duh nggak denger, pacar siapa tadi?"

"Pacar Awan!"









Tbc.

.

Dawanda Renjana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dawanda Renjana.
-

Syerina arumi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Syerina arumi.

-


Lanjut? Vote.
Tipis tipis ya, wkwkw.

Dawanda Renjana ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang