end.

459 51 3
                                    

"How about Him?"

"dia depresi, dia bunuh diri semenjak Ana ber umur sekitar satu Tahun. Katanya, dia nyesel apa yang dia perbuat sama kita.. ah, lupain. Kita udah berakhir."

"namanya Ana?"

"No. Dawandana di panggil Ana." Ujar Syerina tersenyum di akhir kalimat, kemudian ia melayangkan uluran tangan kepada Awan yang seketika terdiam. Ia tahu bahwa laki laki itu pasti akan terkejut.

Awan membalas uluran tangannya, "Selamat ya Wan, aku selalu disini. Nama kamu bakal ada selalu di sisi ku, maafin aku ya? Nggak izin ngasih sama dia pake nama kamu.." Syerina menjedanya, air matanya sudah menggenang penuh. "aku.. selalu cinta sama kamu, kamu pelabuhan terakhir aku, Awan.. " ia terdiam sejenak, menatap salah satu anak kecil yang menarik perhatian nya sejak tadi.

"Omong omong.. putra kamu lucu, kayak kamu.."

Syerina menatap netranya, memberikan sebuah kehangatan yang terlintas pada mata nya. "Tujuh tahun lalu, kita sama sama berdoa meminta keberamaan. tapi dunia benar benar tidak mengijinkan kita untuk bersama.

"Aku tau, aku sama kamu. Hari ini dan esok, tidak akan pernah menjadi kita. Tapi.. kalo boleh berandai.."

Ujung bibir nya terangkat, mempertemukan kedua pasang mata.

Andai, aku tak meninggalkan mu pada hari itu. Apa.. anakku akan mempunyai mata seteduh dirimu, Awan?

Andai, aku tak meninggalkan mu pada hari itu. Apa.. senyuman manismu akan menyambut masa hari hari pagi ku?, Awan?

Andai, aku gak meninggalkan mu pada hari itu. Apa.. aku yang akan menjadi tempat sandaran mu hari esok hingga esoknya lagi?, Awan?

Andai.. aku memilih untuk pulang dari pada menunggu di rumah mu. Apa aku dan kamu akan menjadi kita??, Awan?

Andai..

"Sayang? udah bangun?"
matanya terbuka, memandang wajah pertama yang ia lihat. Gila! sekujur tubuhnya sudah berpeluh di karenakan sebuah mimpi nya yang menurut nya sangat panjang.

"A-awan!?" Pekik nya.

"k-kita dimana?"

"Kamar aku. kata Rajen, kamu ketiduran. dia telpon bos aku nyuruh aku cepet pulang. katanya kamu ada di rumah nungguin aku sampe ketiduran gini." Ia terdiam sejenak, menatap sedih wajah Syerina yang tampak murung. "Maafin aa yah? lagian kamu kenapa nggak bilang bilang coba, hm?"

Hilang sudah rasa khawatirnya, Rina memeluk Awan. rasanya seperti sebuah mimpi yang teramat panjang dalam hidup nya, ia menjatuhkan air matanya. masih bersyukur bila tadi benar benar mimpi.

Andai pun iya, ia sangat bersyukur di beri kesempatan oleh Tuhan untuk bisa bersama dengan Awan kembali. Sekujur tubuhnya merasakan kenyataan bahwa Awan telah memeluk nya, menyalurkan rasa hangat.

Ia meredam tangis nya, mencoba menatap mata Awan yang tengah menatapnya. Tatapan keduanya bertemu,

"Kenapa sayang?"

Ia menggeleng, kembali merungsik pada dekapannya.

"Aku mau kita selamanya.. Wan,"

Awan mengusap ujung kepalanya, mengecup nya sekilas. "Iya, kita harus selama nya sayang."

"Iloveyou"

"Iloveyou more, Syerina"








End.
Dah ah, noh udah ya.
Segini aja, nanti gue bikin bonus nya deh ya.
Maaf ya sedikit, hahaha

Dawanda Renjana ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang