002.

616 79 1
                                    

"Maafin aa ya Rin? Kamu jadi harus naik ojol pulang nya," wajah lelaki itu tampak lesu, karena sudah prustasi dengan motor butut nya yang selalu mogok.

Apalagi ia harus mengantar jemput sang pacar seperti saat ini, tentu mengganggu kenyamanan.

"Ngga apa apa a, malah aku kasian sama kamu harus jalan ke rumah sendiran." Awan dengan cepat memancarkan senyum nya. "Jangan kasian, aku bisa telpon temen ku kok."

"Serius?"

"Iya lah! Lagian kenapa kalo sendirian? Aku kan laki laki, harus gentle, iya ngga?"

"Iya iya deh." Rina memutar bola matanya, lelaki ini selalu seperti ini bila ada yang mengasihani nya. "yang penting nanti kabarin aku ya?" Ucapnya lagi di balas anggukan oleh Awan.

Rina terdiam sejenak, mendekati Awan lalu sedikit berjinjit lalu mengecup kening nya. Awan yang tak terbiasa dengan ini tentu tersipu.

Wajahnya merasa panas, setelah bibir sang pacar mengecup kening nya.

"A,"

"Kulan geulis?" Jawabnya dengan lembut menatap sang ayu. "Aku duluan ya? Jangan begadang!"

"Iya geulis, aa mah nurut deh sama kamu."













Setelah sang ayu pergi, ia membuang nafas nya sebal. ia mulai berjalan mendorong motor dengan kecepatan sedang.

Selalu saja seperti ini, ayo lah.. ia ingin menikmati waktu nya bersama pacarnya apa itu sulit?

ia menggapai telpon nya, menelpon temannya meminta bantuannya.











"Mogok deui?" Tanya lelaki di sebrang telpon.

"Deket pecel, ulah lelet! Geura."

Tut.











Ia sudah tiba di rumah nya, di bantu Rajen- teman se baya nya.

Rajen sudah Awan anggap keluarga bagi nya, keduanya sudah berteman sejak lama. Sekarang, Rajen menetap pada rumah minimalis Awan.

Rumahnya terbilang tidak besar dan tidak kecil,

Keduanya orang tidak punya, mereka saling mengandalkan satu sama lain.

"Pacaran sama Rina?" Tanya Rajen yang baru saja membaringkan tubuhnya pada kasur melepas penat. Lalu di balas nya anggukan oleh Awan.

"Alus atuh, masa Syerina geulis kitu di tunda tunda sih."

"Lain kitu atuh jen, urang jama teu boga. Urang minder jen."

"Gobloug, usaha lah! Berjuang bro." Awan hanya mengangguk mengangguk, selama ini dirinya sudah banyak berjuang di dalam hubungan antara dirinya dengan Syerina.

Melihat gaya berpakaian nya saja sering membuat dirinya minder untuk mendekati nya lebih, banyak laki laki yang menginginkan Syerina untuk menjadi pacarnya tapi perempuan itu menolaknya keras.

Tak tahu apa yang perempuan itu pikirkan, selama berhubungan dengan nya perempuan itu tampak selalu lengket padanya.

Dulu Awanlah yang berinsiatif mendekati nya, pesonanya berhasil memikat hati nya. Melihat orang orang banyak yang di tolaknya membuat dirinya sedikit goyah tapi niat itu ia urungkan dan kembali mendekati nya.

Dugaannya salah, perempuan itu tak menolaknya hingga saat ini.

Ia beruntung, sangat beruntung memiliki Syerina. Namun, derajat keduanya yang selalu membuat Awan merasa jera dengan kedekatan nya. Rasanya ia tak merasa pantas menjadi kekasih dari perempuan itu.

Tapi, sekarang. Ia ingin berjuang lebih. Ia ingin Syerina menjadi milik nya.

Hanya milik nya.













-
"Rina! Geulis," panggil Awan mengejar perempuan nya  yang tengah berjalan bersama teman teman nya menuju kempus nya.

yang di panggil menoleh, a pacar ternyata yang memanggil nya.

"Sebentar, aku kesana dulu." Ucapnya pada ketiga temannya.

"Jangan lama ya rin!"

Ia mengangguk lalu berlari menuju Awan.

"Iya aa sayang?"

"Ini lho, aa bawain kamu sandwich hehe, tadi ada yang jualan terus aa inget kamu jadi aa beliin. Walau harganya lima ribuan sih heheh.. nggak apa apa kan?"

"Makasih ya, ngerepotin tau a! Tapi gak apa, aku terima."  Ia menerima nya dengan senang hati, pacarnya ini sangat pacar able menurut nya.

"Di makan ya neng geulis? Kalo kurang telpon aa, nanti aa bawain ke sini, yah?"

"Pasti sama neng geulis makan, hmm.. kamu? Udah makan?" Tanya nya menyelidiki Awan, lelaki itu selalu berbohong mengenai sarapan pagi nya. Jadi harus ia selidiki.

"Belum.."

Rina menoleh kebelakang teman temannya, "Milea! Bilangin ke mereka duluan aja, aku nanti nyusul kok." Ucap nya sedikit keras, lalu Milea menyaut oke.

Netra nya kembali menatap Awan. "Sekarang, ayok makan berdua!"

"Lho? Kan aa beliin buat kamu, kok berdua?"

Rina menarik tangan Awan, keduanya Kini sudah berada di sebuah tempat duduk yang nyaman sambil menyuapin satu sama lain dengan mesra.

"Enak?" Tanya Awan.

"Enak kok, beli nya dimana? Katamu cuma lima ribuan tapi kok enak banget!?"

"Kepo deh kamu."

"Kok kepo? Kan aku pengen tau, siapa tahu kan aku juga pengen beli lagi." Ujarnya dengan sebal.

"Biar kamu minta tolong sama aa terus aa yang beliin kamu sandwich deh!." Kata Awan sambil terus menyuapi pacarnya hingga mulutnya penuh. "Kok giwtu?" Jawabnya dengan pipi yang mengembung.

Awan sudah tertawa puas melihat Rina yang seperti anak kacil, "minum dulu yang,"

Gluk

"Kok gitu?" Ucapnya mengulangi kalimat yang sama.

"Aku seneng di repotin sama kamu soalnya."









Tbc.

Dawanda Renjana ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang