"kamu serius udah jadian sama si Awan Awan itu?"
Lagi lagi, mendapatkan pertanyaan yang seperti menyepelekan Dawanda. Teman teman nya tau bahwa Awan bukan lelaki se level dengan nya, tapi kan apa salahnya?
"Emang kenapa yul?"
"Di pikir pikir dulu deh rin, kamu sama Awan ga sederajat. Banyak kok laki laki yang suka sama kamu tapi kenapa harus Awan?".
"Gak, harus Awan!"
-
Bekerja tanpa mengenal lelah, itu yang biasa Awan lakukan pada keseharian nya. Ia hanya seorang lelaki lulusan SMA."Awan, nih uangnya."
Awan mengambil amplop nya, seraya tersenyum tak lupa berucap terima kasih.
"Ngayah pisan pak, 500 ribu? Ini mah kelebihan pak,"
"Gak apa apa, itu buat nambah nambah uang jajan kamu. Kamu kan udah magang di sini dari lama Wan."
"Duh, teu enak pak.. hatur nuhun pisan nya pak?"
"Iya Wan."
Walau memiliki kehidupan yang kurang mengenakkan, tapi hidupnya tak henti di kelilingi orang orang baik. Dan Awan bersyukur atas itu.
Setiap kekurangan, pasti ada kelebihan kan?
"Mau kemana nih wan? Seneng banget keliatannya." Tanya bos nya melihat Awan yang tak seperti biasanya.
"Duh, kajeule senengnya yah ini?." Awan menggaruk kepalanya yang tak gatal. Bingung me jawab apa.
"Rek ngajemput kabogoh na eta mah pak," sahut Rajen.
"Geulis ga jen kabogoh na?"
"Geulis pisan pak, namanya Syerina. Biasanya di panggil Rina."
Awan yang sebal dengan Rajen, segera memyumpal mulutnya dengan tangannya.
"Cicing maneh."
Ia pulang dengan wajah yang tentu berseri, dan bersiap untuk pergi menjemput sang pacar.
Tak terasa, waktu sudah menunjukkan pukul 19.00 kekasih nya ini masih belum menampakkan batang hidungnya. Pikirnya mungkin ada kelas lebih.
"Ini Dawanda bukan? Pacarnya Rina?".
Fokusnya terpecah, ia menoleh lalu melihat seorang gadis cantik dan tinggi semapai. Rambutnya terurai rapih dan sedikit bergelombang.
"Iya, saya pacarnya teh Rina. Kenapa ya teh?" Tanya Awan.
"Ngga, aku lagi nyari pacarku. Kamu.. tau ngga di mana pacarku?" Tanya gadis itu dengan santai. Dan Awan menggeleng sebagai balasan.
"Kalo boleh tau nama pacar teteh siapa yah?" Tanya Awan.
"Nama pacarku Awan, mmm kamu Awan bukan sih? Kok mirip sama pacar saya, ganteng juga."
"Woahh, kebetulan nama saya teh Awan."
"Beneran pacar saya berarti," Gadis itu memeluk tubuh nya erat. "Kirain kamu siapa, ternyata pacar ku." Ucap nya lagi.
Ia tertawa puas atas lelucon nya tadi, di iringi pelukan hangat dari kedua nya. Membuat keduanya nyaman.
"Dasar, kok lama?"
"Aku ada kelas tambahan a, maafin ya udah buat nunggu lama." Ujar Rina sedikit sedih karena membiarkan lelaki ini menunggu nya. Awan menggeleng lalu melepas pelukannya. Netra nya bertemu dengan milik gadis nya.