006.

378 56 5
                                    

Setelah menyelesaikan matkul terakhirnya, ia berjanji akan menemui Awan berkunjung pada kediamannya. perasaannya membuncah dan di penuhi ribuan kupu kupu yang menggelitiki perut nya, ia tak sabar melihat bagaimana reaksi Awan ketika ia menyampainkan sesuatu yang pasti lelaki itu akan merasa senang.

bahkan dengan cara berjalannya saja sudah bisa mengekspresikan bagaimana suasana hati nya sekarang, hingga. teman temannya menatap aneh sisi Rina yang baru di ketahui nya.

"seneng banget lo, mau kemana rin?" tanya Milea mengundang senyum yang terpancar dari lekukan bibir love nya.

"mau ke rumah Awan!" 

"kok seneng banget Rin? sampe jalan aja lompat lompatan kayak kelinci, ada apa gerangan nih?" timpal lilia heboh.

"gue mau ngasih tau Awan kalo dia dapet restu dari nyokap gue, selama ini Awan takut kalo dia nggak dapet restu dari nyokap gue, apalagi waktu itu Awan katanya pernah pas passan ama bunda tapi gak berani nyapa, katanya muka bunda gue judes gitu masa sih?"

teman teman atau sahabatnya ini tertawa, karena Milea, dan Lilia juga mengalaminya. bila tidak tahu bahwa wajah nya berbanding seratus delapan puluh derajat dengan sikap nya, mungkin kedua nya ini masih enggan walau hanya sekedar bertatap.

"Tante Rene mukanya emang gitu Rin, kita aja takut pas mampir ke rumah lo pertama kali. Yakan li?"

"Bener tuh, pantes aja si Awan takut. Lo gak ada niatan mampir makan dulu apa sama kita kita? Gue, Milea, mau otw nih ke tempat nya si Gege buat makan, lo yakin nggak mau ikut?"

Rina menggeleng, "nggak deh, gampang gue mah. Gue duluan yak! Dah sayang!"

Keduanya menggeleng geleng melihat tingkah kasmaran sahabat nya,

"padahal dulu perasaan si Rina gak kayak gini banget deh, di pelet kali yak?"

"Lembe mu di pelet!"

Kembali dengan Rina, di perjalanan ia tak henti hentinya tersenyum. Hingga tak terasa grab yang di tumpangi nya sudah tiba pada pekarangan depan rumah Awan. Raut wajahnya bahkan terlihat memerah tak seperti biasa nya.

Ya soalnya kan gak sabar! Soalnya Awan tuh selalu antusias sama doi, jadinya makin gak sabar liat muka seneng Awan gimana.

Sudah di depan pintu, ia mengetuk nya memanggil nama Awan sedikit keras. Apa Awan tengah tertidur? Biasanya langsung di buka. Salah nya juga sih yang tak menghubungi Awan dahulu katanya sih mau suprise.

Cklek,

"Lho? Teh Rina?" bukan Awan, melainkan teman sebaya nya Awan. 

"Rajen? Awannya kemana ya?" Tanya Rina langsung memasang wajah nya biasa aja, tidak seperti tadi.

"Awan nya masih kerja teh, kayaknya sebentar lagi juga sampe." Rina ber oh ria, sepertnya ekspetasinya terlalu tinggi berharap Awan lah yang membukakan pintu untuknya, padahal bila itu Awan, ia ingin memeluknya untuk mengisi baterai sosialnya.

"mau nunggu aja teh? kasian teteh cantik gini udah nyamperin Awan jauh jauh tapi kalo langsung pulang mah, gimana teh?" 

setelah dipikir pikir, ada benarnya juga. 

"yaudah, aku mau nunggu deh!"

sepuluh menit sudah berlalu, Rina masih setia menunggu aa kesayangannya ini pulang. di ruang tamu ia duduk dengan manis dengan tangannya yang sibuk memainkan handpone iphone nya, sudah beberapa pesan yang ia kirimkan untuk Awan tapi sayang nya, lelaki itu tidak ada tanda tanda untuk membalas pesannya. ia sudah cukup prustasi sekarang, 

"gimana teh?" tanya Rajen tiba tiba, tadi ia tak sengaja melihat wajah Syerina yang nampak cemberut.

"kayaknya dia nggak mainin handpone nya deh, ini aja centang satu pesannya."

Rajen mengangguk ngangguk, 

"Awan emang selalu balik malam malam ya Jen?" tanya Rina membuka obrolan, pikirnya sedikit obrolan mungkin dapat menghilangkan rasa jenuh nya, ia mungkin akan memptanyakan bagaimana kehidupan Awan selama ini. 

"gak tentu, Awan itu pekerja keras. dia sering bantu bantu orang yang engga di kenal nya, dia mau kerja apapun asal itu kerjaan yang menurutnya halal." ia menjedanya. "ya.. bisa di bilang kerja serabutan gitu teh,"

Ia mengangguk layaknya seekor kucing, dan lebih melanjutkan mendengarkan perkataan Rajen dengan seksama, "hidup dia di kelilingi sama orang orang baik terus, saya aja kadang iri liat Awan yang selalu di sanjung sama orang orang. di tambah, saya juga suka iri liat Awan yang punya support sistem pribadinya,"

dahi Rina mengkerut, "support sistem pribadi? maksudnya?"

Rajen menghela nafas, "itu teh kamu, teh Rina."

"emang kamu gak punya pacar, mmm.. atau orang yang kamu suka gitu?" tanya nya sedikit iba mendengar ucapan Rajen tadi. kemudian Rajen menggeleng, "saya gak punya pacar, tapi saya punya orang yang saya suka teh,"

"terus, kamu kejar?"

"gak ah teh, gak berani."

"tapi kamu serius kan cinta sama orang yang kamu suka itu?" Rajen mangangguk ngangguk, "kalo cinta ya kejar dong! buat dia jadi milik kamu seutuh nya, gimana sih! gak gentle men dong kalo gitu," Rajen tertawa, kemudian melanjutkan perkataannya. "teteh mau tau nggak siapa cewek nya?"

"siapa?"

"orang nya, ada di campus tempat yang deket alun alun kota itu." 

tunggu, bukan kah itu juga campus nya!? ah.. ia jadi penasaran siapa perempuan yang berhasil merebut hati Rajen, teman sebaya Awan.

sementara Rajen terkekeh melihat raut wajah perempuannya yang tampak sedang berfikir keras,

"udah atuh teh gak usah di pikirin," Rajen membawa beberapa cemilan dan minuman untuk Rina, kasian soalnya wajahnya kayak orang kelaparan gitu. "di makan ya teh," titah nya pada Syerina.

disisi lain, keringat mulai membasahi kerah baju nya. sudah malam tapi Awan masih bepatuk dengan pekerjaannya. lelaki itu sedang bekerja pada sebuah restoran yang cukup terkenal. tidak ada yang tahu bila Awan sudah beberapa bulan bekerja di sana, di posisinya sebagai Dishwasher tentu cukup melelahkan, Awan menjadi bertanggung jawab dalam kebersihan restoran, mulai dari kebersihan peralatan makan, peralatan memasak hingga memastikan kebersihan barang-barang lainnya.

Penting bagi seorang dishwasher untuk cermat dan disiplin dalam menjaga standar kebersihan restoran. 

lelah, tapi ia senang. banyak yang mendukungnya di sini. ia juga mendapat teman yang se baya dengannya. 

"lo yakin mau balik Wan? udah tengam malem, lagian masih ada acara pemangkatan loh bentar lagi." ujar Yaren mengingatkan,

ia menghela nafasnya, Handpone nya sudah dari tadi mati. ia juga tak menghubungi perempuannya. sejak dari tadi sebenarnya isi pikirannya di penuhi oleh Syerina, sepertinya perempuan itu akan merajuk padanya. 

lagi pula, ia sudah terlalu penat untuk sekedar melangkah. lebih baik ia menuruti perkataan Yuren.

"gimana Wan? nginep aja di sini. toh ada kamar khusus juga kan." Awan tersenyum sambil memanut manut. "iya Ren, saya nginep aja,"











Tbc.
Komen.
btw gimana, ada yg bisa nebak ?

Dawanda Renjana ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang