Seminggu lalu, hari Senin.
Sutan duduk dekat jendela di sebuah kafe untuk menunggu pacarnya datang. Ia melirik jam tangan, pukul 13.00. Ini sudah waktu janjian mereka. Ia memutuskan untuk memesan cokelat panas dan cake cokelat. Ia percaya Sang Kekasih akan datang tidak lama lagi.
Pukul 13.45. Kekasih Sutan tak kunjung datang. Ia sudah menelepon berkali-kali dan mengirimkan pesan. Namun, tidak dibalas.
"Apa dia sibuk? Kemarin dia bilang mau menemaniku jalan-jalan." Sutan mengernyit. Perasaannya tidak enak. Ia menghela napas. Tidak apa-apa. Dia masih bisa menunggu.
Apa mungkin... dia sibuk mengurus Aya? batin Sutan. Perasaannya makin tidak enak.
Sutan melirik ke arah pintu saat suara lonceng pertanda pintu kafe dibuka berbunyi agak nyaring. Ia tersenyum melihat pria berambut hitam menghampirinya sambil melambai. Itu kekasihnya. Namun, senyum Sang Gadis langsung sirna tatkala melihat seorang perempuan berambut cokelat mengikuti lelaki itu.
"Maaf, Sutan. Kau sudah menunggu lama, ya?" kata Gorou Eiji. Ia merasa tak enak pada Sang Kekasih karena membuatnya menunggu lama.
Sutan menggeleng. Ia tidak tersenyum sama sekali. Perasaanya memburuk saat melihat gadis itu menarik kursi di samping Eiji. Sutan berucap, "Aku tidak apa-apa. Omong-omong ... kenapa dia ikut?" Dia melirik perempuan itu.
"Ah, maafkan aku. Aya bilang dia mau ikut dengan kita sekaligus belanja bulanan untuk kebutuhan apartemennya." Eiji merasa tidak enak pada Sutan. Harusnya hari ini mereka berdua saja. Namun, ia tidak bisa menolak Aya-sahabat kecilnya-yang merengek untuk ikut.
Aya tersenyum pada Sutan. Ia memegang tangan gadis itu. "Kau tak perlu khawatir, Sutan. Aku tidak akan mengganggu kalian."
Sutan melirik tangannya. "Benarkah begitu?" Nadanya terdengar datar. Sungguh, ini bukan pertama kalinya Hisako Aya ikut dengan kencan mereka. Ini juga bukan kali pertama Aya bilang tak akan mengganggu. Sekarang terbukti, Aya mengambil perhatian Eiji sebelum Sutan sempat bicara. Mereka sibuk mengobrol, mengabaikan Sutan.
Aya melirik ke arah Sutan. Tatapan menang dia layangkan. Eiji memang pacarnya Sutan, tapi pria ini tidak bisa mengalihkan pandangan dari Aya. Perempuan ini tersenyum senang, ia menang dari Sutan.
Sang Gadis menghela napas. Ia melihat Eiji. Pria itu tampak senang mengobrol dengan Aya, tapi perasaan Eiji terlihat jelas. Ia menganggap Aya sebagai saudara. Sutan melirik Aya. Perempuan itu tampak bahagia. Sudah jelas sekali dia menyukai Eiji. Tatapan memuja Aya tidak bisa berbohong. Namun, Sutan merasa terganggu dengan Aya yang meliriknya seolah berkata bahwa Eiji adalah milik Aya.
Eiji melihat Sutan. Tersenyum lebar. "Sutan, kau mau ke mana setelah ini?"
Sutan fokus menatap Eiji. "Aku mau-"
"Bagaimana kalau kita pergi ke toko es krim!" sela Aya cepat. Ia tidak membiarkan Sutan menjawab.
Sang Gadis memutar bola mata. Jengah sekali rasanya. Ia tidak nyaman bersama Aya. Namun, jika dia mengatakan itu pada Eiji, lelaki ini hanya akan meminta untuk memaklumi sikap Aya.
"Kau mau ke toko es krim? Aku tahu toko es krim yang lagi ramai dibicarakan," balas Eiji. Menatap balik Aya yang sangat senang.
Sutan tidak tahan lagi. Ia menyentuh tangan Eiji, menarik perhatian pria itu. Sutan tersenyum seraya berkata, "Maaf, ya. Aku mungkin tidak bisa menemani kalian. Aku ada urusan." Ia melirik Aya. Perempuan itu hampir berteriak bahagia kala mendengar Sutan akan pergi.
Sutan terkekeh, berkata, "Eiji, apa kau bisa mengantarku pulang? Aku sudah menunggumu agak lama, lalu kau sibuk mengurus Aya. Setidaknya, luangkan waktumu untukku dengan mengantarku ke rumah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Connexion
FanfictionSutan harus menikah karena tekanan dari Sang Kakek juga gangguan yang dilakukan sahabat mantan pacarnya. Lalu siapakah pria yang akan dinikahinya? Dia pria surai putih. Orang ini berasal dari keluarga besar di Jepang. Terkenal dan kaya. Namun, menyi...