"Eh?" Sutan makin terkejut. Kenapa dengan pria ini? Wajah lelaki itu terlihat agak kecewa ....
Dia tak mungkin menyukaiku. Ini baru pertemuan ketiga kita, batin Sutan. Ia memikirkan semua kemungkinan yang menjadi alasan Gojo berkata begitu dan terlihat kecewa. Namun, ia tak menemukan jawaban. Sutan memutuskan untuk bertanya, "Kenapa kau terlihat kecewa, Gojo-san?"
Gojo bungkam. Dia berdeham beberapa kali lalu menjawab, "Kau bisa diandalkan, sih. Maksudku ...." Dia kesusahan menjelaskan. Ah, ternyata ini lebih sulit dibanding menyelesaikan level permainan game. "Mungkin akan lebih bagus kalau aku menikah denganmu. Aku hanya berpikir begitu."
"Ah." Sutan mengangguk. Tidak sepenuhnya mengerti alasan Gojo. Hanya karena alasan Sutan bisa diandalkan pria ini jadi mau menikahinya.
"Kau ... tidak mau mempertimbangkannya?" tanya Gojo. Ia menatap ke arah lain.
"Sulit bagiku untuk sekarang. Hubungan setelah menikah berlangsung seumur hidup. Aku tidak mengenalmu, Gojo-san. Aku juga baru-baru saja mengalami hal tidak mengenakkan." Sutan tersenyum. Ia merasa tidak enak pada Gojo. Yah, sulit dirinya untuk terbuka sekarang dan semoga saja para orang tua tidak memaksa Sutan untuk segera menikah.
"Oh, oke." Gojo mengangguk. "Kalau begitu, aku pergi dulu." Ia langsung melangkah pergi.
"Ah, silakan." Sutan menatap punggung Gojo yang makin menjauh dari pandangan. Dia menghela napas dan membatin, Sejujurnya ... cukup nyaman mengobrol dengan Gojo-san. Dia membuatku tertawa karena tingkah anehnya. Ia menyungging senyum.
"Benar apa yang anak putih itu katakan. Kenapa Sutan-chan tidak menikahinya saja?"
Sutan menoleh cepat ke belakang. la membelalak terkejut melihat siapa yang berdiri di sana. "Paman ... Haruto?" Sutan memiringkan kepala. "Kenapa Paman ada di sini?"
Kouno Haruto. Ia adalah adik laki-laki ayah Sutan. Dia paling dekat dengan Sutan-karena kakak laki-laki Sutan susah diajak bercanda.
Hubungan dua keluarga ini memang belum putus setelah Ibu meninggal. Apa Paman datang menggantikan Ayah? batin Sutan. Ia menatap Haruto yang cengegesan sambil mengusap tengkuk.
"Kakak tidak bisa datang. Jadi, aku yang menggantikannya." Haruto melangkah ke arah pagar pembatas, lalu menopang dagu. "Omong- omong, kenapa Sutan-chan tidak mau menikahi anak putih itu?"
Sutan menghela napas. "Itu tidak segampang yang Paman kira. Aku harus menghabiskan waktuku seumur hidup untuk menemaninya ... aku pun belum mengenalnya sama sekali."
"Hee." Haruto menatap pemandangan taman yang cantik. "Kalau Sutan-chan menikah dengannya. Mungkin saja kamu bisa melupakan mantan pacarmu itu."
"Aku tidak mau hubunganku dengan Gojo-san berawal karena itu." Sutan bersandar pada pagar pembatas.
" ... Paman 'melihat' sesuatu, lho."
Sutan tersentak. Ia membelalak menatap Sang Paman. Dia tahu apa arti 'melihat' yang Haruto maksud. Itu adalah sebuah vision, penglihatan sekilas di masa depan. Terdengar tidak mungkin, bukan? Sulit dipercaya ada orang yang punya kemampuan seperti itu di dunia. Namun, ini nyata. Sutan memercayai itu karena ... Haruto adalah orang yang memperkirakan kematian Ibu Sutan.
"Penglihatan ... seperti apa?" tanya Sutan. Dia pernah melihat keadaan Ibu saat Ibu masih hidup. Selain itu, dia juga pernah memperingati aku untuk tidak keluar malam saat hari Valentine kemarin karena aku bisa terkena musibah. Lalu ... kali ini apa? Sutan menatap Haruto dengan penasaran.
"Aku hanya melihat potongan kecil saja dan itu tidak jelas," kata Haruto. Cara kerja vision-nya ini adalah dia hanya melihat sekilas saja apa yang akan terjadi. Mengetahui tempat dan hari. "Itu ... pada hari Rabu setelah kalian menikah. Sutan-chan akan masuk ke keluarga Gojo dan membaca di perpustakaan."
"Aku ... menikah dengannya?" Sutan menatap horor. "Bagaimana bisa?"
Haruto mengangkat bahu memberi gestur tidak tahu. "Paman hanya dapat penglihatan."
Sutan menatap tak percaya Sang Paman. Apa alasannya hingga ia menikah dengan Gojo di masa depan? Apa karena suatu masalah? Paksaan? Pasti karena ia dijodohkan paksa, bukan? Dia lantas menatap sekitar. Mata obsidiannya berhenti pada punggung tegap Sang Surai Putih yang tengah berbincang dengan Nanami dan lelaki berambut cokelat. Sutan menahan napas saat Nanami sepertinya sadar ia menatap Gojo dan menyuruh pria itu untuk melihat Sutan. Gojo berbalik sebentar, lalu mengalihkan pandangan dari Sang Gadis.
"Tidak mungkin," gumam Sutan. Berarti aku menerima tawaran para orang tua? batinnya.
Seorang pelayan pria datang menghampiri Sutan dan Haruto. Ia membungkuk pada Sang Nona dan berkata, "Anda dipanggil Tuan Besar ke ruangannya."
Sutan terkejut, lalu mengernyit. Apa dia dipanggil untuk membahas perjodohan? Di hari penuh duka ini? Sutan menoleh ke arah Haruto. Meminta pertolongan lewat mata.
"Paman akan menemanimu," kata Haruto.
🕊 ˚✧ ₊˚ʚ
"Kau harus menggantikan Shoko untuk menikah dengan Kepala Keluarga Gojo, Sutan," kata seorang pria paru baya berambut cokelat. Nada suaranya terdengar datar. "Meski margamu bukan Ieiri, tapi ibumu berasal dari keluarga ini, salah satu anakku." Beliau ini adalah kakek Shoko dari pihak ayah.
"Maaf, Kakek. Aku tidak bisa," kata Sutan. Ia menatap lurus mata cokelat Sang Kakek. Dia memang percaya dengan vision Haruto, tapi untuk sekarang, Sutan merasa sangat tidak mau menerima itu. Kalaupun dipaksa, dia harus bisa mengulur waktu dan berkenalan dengan Gojo.
"Shoko juga bilang begitu padaku bahkan sampai mengamuk." Kakek ini bersandar. "Kau harus menikah dengan Gojo Satoru."
"Apa alasan sampai Kakek memaksaku menikah dengan dia?" tanya Sutan. Kakek ini semudah itu menyuruh orang lain untuk menikah, menjalin hubungan seumur hidup.
"Ada sebuah janji."
"Apa?" Sutan mengernyit. Ia baru mendengar hal ini. Janji apa yang Kakek maksud?
"Kepala Keluarga Gojo sebelumnya adalah teman baikku. Kami berteman sejak SMA sampai dia meninggalkan dunia ini. Aku berjanji padanya, untuk mengawasi putranya lalu menikahkan anak itu dengan salah satu gadis dari keluarga ini."
Sutan diam. Ia tidak bisa membalas. Kalau sudah berjanji maka harus ditepati. Sutan sangat memahami tanggung jawab itu, terlebih jika yang bersangkutan sudah mati. Namun, janji yang dibuat kakeknya dengan Kepala Keluarga Gojo sebelumnya itu tak ada hubungan apa pun dengan Sutan.
Di keluarga ini, hanya aku satu-satunya gadis dewasa. Yang lainnya masih SMA. Aku tidak mungkin membiarkan mereka menikah dengan Gojo setelah lulus sekolah, batin Sutan. Ia berpikir keras untuk mendapatkan kesempatan menolak pernikahan ini. Apa dia harus mengatakannya pada Gojo? Namun, bukankah pria itu terlihat mengharapkan pernikahan ini tadi?
Dia sangat menolak keras menikah dengan Kak Shoko, tapi entah kenapa malah tertarik menikah denganku, batin Sutan lagi. Ia pusing. Ini masalah hati. Luka yang tertoreh kemarin karena Eiji dan Aya belum sembuh, tapi dia harus dihadapkan dengan perjodohan sekarang.
Kakek pasti tidak akan memberikanku waktu untuk berpikir karena menurutnya hanya ada satu pilihan. Sutan menghela napas. Ia melirik Haruto yang sedari tadi berdiri di belakangnya. Meminta pertolongan pada pria itu.
Haruto yang peka langsung berkata, "Bukankah sebaiknya Anda membicarakan ini dengan kakak saya? Dia tidak akan terima putri kesayangannya menikah tanpa persetujuannya."
Sang Kakek mengangguk. "Jawaban Sutan lebih penting daripada jawaban ayahnya. Memangnya yang mau menikah itu kakakmu?"
"Ah, benar juga." Haruto mengangguk.
Kakek menatap Sutan. "Jadi, Sutan. Kau harus siap menggantikan Shoko."
⊱ ────── {𖡄} ───── ⊰
Aku lupa update pagi tadi, padahal udah masuk notif pengingat. Jadi, up-nya pas siang, deh 😭
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Connexion
FanfictionSutan harus menikah karena tekanan dari Sang Kakek juga gangguan yang dilakukan sahabat mantan pacarnya. Lalu siapakah pria yang akan dinikahinya? Dia pria surai putih. Orang ini berasal dari keluarga besar di Jepang. Terkenal dan kaya. Namun, menyi...