14

39.2K 1.9K 0
                                    

Sedangkan dikediaman yang terlihat begitu megah bahkan istana kaisar pun kalah dengan kemegahan itu sendiri, tampak seorang pemuda yang sedang bergelung dengan berkas-berkas yang entah apa isinya

Lebih dari 3 jam dirinya berada diruangan kerja dengan mata yang terus membaca tulisan-tulisan yang sepertinya sangat penting

"Huhh kenapa dirinya selalu menghantuiku" ucap Jendral dengan punggung yang bersandar pada kursi kebesarannya

Dengan menikmati kesunyian malam dan kegelapan, netranya terfokus pada bulan yang terlihat bersinar terang malam ini bahkan suara serangga kecil menambah kesan tenang didalam dirinya

Sehingga sebuah ingatan tentang kejadian beberapa hari yang lalu terlintas diotaknya

"Zian" panggil Errol yang sedari tadi fokus memandangi bulan dibalkon ruangannya

"Salam Jendra semoga dewa dan Dewi matahari memberikan kebahagiaan dan semoga anda hidup seribu tahun lagi, ada apa Jendral memanggil saya?"

"Carikan saya informasi mengenai lady bermata merah darah diacara istana kekaisaran" titah Jendral dengan mata yang masih terfokus pada indahnya bintang yang selalu bersinar menemani sang bulan

"Laksanakan Jendral, saya pamit undur diri" pamit Zian orang kepercayaan Jendral selama bertahun-tahun

Awalnya Zian hanyalah pedagang dipasar benua timur. Awalnya ia sedang dalam perjalanan menuju pasar untuk menjual dagangan yang sempat ia bawa, tetapi dipertengahan jalan dirinya dihadang oleh sekelompok bandit hingga perkelahian pun tak dapat terelakkan

Disaat dirinya sedang bertarung tak sengaja dirinya melihat sosok pemuda yang entah sejak kapan telah berada disisinya saat ini. Bak hanya hitungan detik semua kepala bandit yang telah menghadang jalannya pun satu persatu menggelinding dibawah kakinya

Sejak saat itu mereka pun saling mengenal. Zian pun berjanji akan mengabdikan hidupnya dikediaman Jendral, setelah bertahun-tahun lamanya ia diangkat sebagai kesatria dirinya pun diberi tugas menjadi orang kepercayaan Errol dengan sumpah yang telah ia ucapkan.

Setelah lelah memandangi langit malam dirinya pun kembali duduk dengan ditemani secangkir teh yang sudah menjadi candu untuknya

"Entah sejak kapan rasa ini tumbuh, kau akan menjadi milikku" batin Errol sembari menutup mata

Tok
Tok
Tok

"Hm,masuk" sahut Errol yang masih menikmati ingatan tentang tiga hari yang lalu

"Salam Jendral, saya membawa informasi yang anda perintahkan"

"Hm,bawa kemari" titah Errol dengan mata yang masih terpejam

"Keluarlah"

"Saya pamit undur diri Jendral"

Setelah kepergian Zian, Errol pun membuka matanya dan mengamati map yang ada diatas meja kerjanya

Diraihlah map dan ia pun mulai membaca halaman demi halaman seolah-olah jika ia tertinggal satu kata itu adalah hal yang sangat merugikan

"Hmm,Menarik" gumam Errol setelah membaca keseluruhan informasi yang ia dapatkan

****
Sring sring sring

Bunyi dentingan pedang menggema di seluruh ruangan sunyi ini

Seorang gadis sedari tadi tak henti-hentinya mengayunkan pedang kesana kemari dengan begitu lihai, netra merah darahnya pun tak henti-hentinya mengawasi sekitar dengan penuh kewaspadaan

Pedang bergagang merahnya pun turut ikut bersinar seirama dengan warna iris matanya yang begitu menakutkan. Bahkan diruangan yang minim cahaya ini dirinya lebih terlihat seperti malaikat maut

Entah apa yang mengganggu pikiran gadis itu, yang jelas dirinya berlatih dengan begitu membuncah akan hasrat membunuh dan haus akan darah. Matanya pun menyorot tajam seolah-olah ingin menguliti mangsanya hidup-hidup

Sejak siang tadi setelah pulang dari pasar, Trisha tak henti-henti berdecak kagum dengan pedang yang telah ia beli ini. Bahkan dirinya tak segan untuk menggunakannya dalam latihan kali ini dan ternyata itu tidak terlalu buruk

Bukan apa tapi jiwa Selvi didunia modern dalam bela diri jangan diragukan lagi, bahkan memanah, berpedang sudah jadi hal biasa untuknya. Dia bahkan pernah menjuarai lomba berpedang dan memanah tingkat provinsi

Dan jangan lupakan dia juga atlet bela diri, dirinya dididik menjadi kuat sedari kecil oleh ayahnya. Dan yha sangat berguna didunia asing ini

"Huh huh huh, pedang ini sungguh membuatku ingin membunuh orang dan melihat cipratan darah mereka hingga mengering" gumam Trisha sembari melihat pedang cantik itu dengan sorot mata tajamnya

Setelah menyelesaikan latihan singkatnya kali ini dirinya pun pergi kearah balkon kamarnya yang memperlihatkan taman yang begitu cantik ketika malam hari, dengan dipenuhi dengan lampu-lampu kecil membuat taman itu terlihat semakin indah

Netranya pun menatap bulan yang bersinar ditemani dengan banyaknya bintang yang tak kalah indahnya

"Huhh rasanya rindu berat sama bunda, walaupun setiap hari kerjaannya cuma ngomel mulu tapi sungguh itu membuat gue sedikit kesepian" gumam Selvi dengan sorot mata sendu

Lama ia menatap bulan yang begitu sempurna hingga sebuah pertanyaan pun muncul dibenaknya

"Siapa Trisha ini, kenapa kemampuan bela dirinya seakan-akan sangat mudah gue ambil kendali. Bahkan sedari awal tubuhnya tak pernah berlatih sama sekali,bahkan rasanya lebih lihai ,cepat,dan tepat sasaran" heran Trisha sembari termenung memikirkan alur cerita yang sangat berbeda jauh dari novel yang telah ia baca

"Nona nona"

"Masuklah dayang"

"Salam nona semoga anda hidup seribu tahun lagi"

"Apa yang membuatmu kemari dengan begitu tergesa-gesa" kerut Trisha dengan raut kebingungan melihat dayangnya ini yang sedikit panik

"Itu nona, anda mendapatkan undangan minum teh dikediaman lady ambert"

Seingat Trisha dalam novel yang kini sangat melenceng jauh,jiwa Trisha asli pernah menghadiri acara minum teh khas putri bangsawan. Tetapi hanya digunakan sebagai bahan hinaan para lady-lady disana sebab wajahnya yang buruk rupa

"Hmm aku akan menghadirinya, dan siapkan gaun biru tua untukku" titah Trisha yang ingin tampil memukau kali ini

"Lihat saja nanti siapa yang akan dipermalukan kali ini" ucap Trisha sembari mengamati pedang ditangannya

"Ambert, seorang anak dari seorang viscount yang terkenal akan keangkuhan serta kesombongannya" ujar Trisha sembari mengingat-ingat identitas salah satu figuran didalam cerita itu

"Hmm menarik kita lihat saja besok" ujarnya sembari menutup balkon kamarnya dan menuju kamar mandi guna mencuci kaki dan tangan serta mengosok gigi sebelum dirinya tidur. Jangan berharap dirinya akan mandi jika mencuci tangan dan kaki saja sudah cukup ada kemajuan untuknya.

JENDRAL ITU MILIKKU [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang