1

869 38 9
                                    

Happy Reading!!

.

˚ ༘♡ ⋆。˚

.

Ditemukan seorang mahasiswi tergeletak tak berdaya di sekitar jalan mawar pada pukul 03.15 pagi. Seorang warga yang pertama melihat mahasiswi tersebut, menduga bahwa mahasiswi itu telah di tusuk beberapa kali di bagian perut dan di bagian intim. Saat ini ada beberapa polisi yang akan menyelidiki kasus tersebut dan mahasiswi sedang di bawa oleh ambulance menuju RSUD dr.R. Soe.

Neira sedang menonton berita hangat mengenai kasus pembunuhan mahasiswi di televisi. Pada waktu yang bertepatan, seseorang perawat menelepon, "Halo, dengan keluarganya pasien Echa? Saya mau menginfokan bahwa pasien tersebut sedang di rawat di RSUD dr.R. Soe. Dimohon segera datang kesini"

"Haa hh? Eecha?? kenapa dia ada di rumah sakit, ha haloo Sus..". Sambungan telepon dari rumah sakit itu pun terputus. "Jangan bilang kalau berita tadi itu.... sialllll". Neira pun segera bergegas menuju rumah sakit tersebut, tanpa membawa handphone yang sangat penting.

Sesampainya di rumah sakit, Neira langsung berlari menuju ruang operasi. Dengan mengatur nafas sebentar, ia pun memilih duduk terlebih dahulu di kursi dekat ruang operasi sambil menunggu operasi Echa selesai.

"Semalem kan dia bilang mau jalan sama si Kelvan", Monolognya sebantar. Neira langsung merogoh saku hoodie yang ia pakai, hendak menelepon Kelvan itu. Dia baru sadar, bahwa handphone nya ia tinggalkan di rumah. "Ishh.. handphone sialan, kenapa malah ada acara ketinggalan lagi"

Neira berpindah tempat menuju resepsionis hendak meminjam handphone untuk menelepon Kelvan. "Mbk, boleh pinjem hp nya sebentar gak, mbk?". Resepsionis pun menjawab, "Bukan maling kan?".

"Ajg, gue bukan maling. Pinjem bentar mbk, aelahh, lamaaa banget lo". Neira pun langsung mengambil handphone setelah resepsionis tersebut mengeluarkannya.

Setelah memasukkan nomer yang akan ia telepon, "Ini bener nomernya gak sih, kalo salah nelepon orang kan yang malu gue..". Tanpa basa-basi, ia langsung menelepon nomer tersebut, ntah nanti salah nomer ataupun itu, pikir belakangan. Saat ini yang ada di pikiran Neira itu cuman satu, yaitu Echa echaaaaa, dia sangat khawatir tentang temannya itu dan pastinya orang tua Echa belum tau keadaan anaknya sekarang ini.

Setelah dua kali Neira menelepon nomer tersebut, akhirnya telepon itu tersambung, "Woe Kelvan, ajg ya lo, Echa lo apain, jangan kabur lo kayak bajingan, minimal tanggung jawab lah bayarin nih uang operasi, gila ya loo", Neira berbicara tanpa jeda sedetikpun.

"Gue bukan Kelvan". Sambungan telepon itu langsung di tutup sebelah pihak, ntah itu si Kelvan atau emang salah memasukkan nomer kan.

"Yakan bener kan dugaan gue, salah nih nomernya bukan yang ini, aaa mau minta bantuan siapa lagi gue,, gini amat dehh".

Ia sudah tidak berharap ke siapapun lagi, ntah itu si Kelvan, ntah si resepsionis itu, ntah manusia yang tadi salah sambung. "Nih mbk, handphone nya, udah gue balikin kan. Inget, gue bukan maling!", cetusnya kepada resepsionis tadi.

Ia memilih kembali duduk di kursi sebelumnya, sudah hampir 2 jam, ruang operasinya belum selesai. Matanya masih sangat ngantuk, bayangkan aja. Neira dari semalam hanya tidur sebentar dan paginya malah mendapat kabar yang buruk mengenai Echa, bayangkan saja!

Selang beberapa menit, ruang operasi itu pun terbuka, menampakkan sang dokter berjalan menuju dirinya. "Dengan keluarganya pasien?". Neira yang mendengar ucapan tersebut langsung berdiri, "Betul, dok, saya keluarganya", sambil tersenyum semanis gula.

"Operasinya berjalan lancar, tapi belum memungkinkan pasien untuk sembuh total. Tusukan di bagian perut pasien lumayan dalam dan di bagian intim bisa di bilang hanya tusukan ringan. Pasien saat ini belum sadarkan diri, jika kamu ingin menemui pasien harus menunggu beberapa hari dahulu, dikarenakan saya takut pasien tersebut akan mengalami shock yang sangat berat"

"Shock kenapa ya, dok? Apa ada sesuatu yang belum dokter ucapkan tadi??". Dokter itu langsung membisikkan kalimat yang sangat membuat Neira kesal, marah, maupun sedih. Setelah mendengar ucapan dari dokter tadi, ia langsung bergegas menuju apartemen seorang laki-laki yang sangat ingin ia hajar habis-habisan.

Pada akhirnya, ia sudah sampai di depan pintu apartemen tersebut. Ia langsung mengedor pintu apartemen secara brutal. "Woee Kelvannnnn,, buka pintunya ajg, sialannn ya loooo,, buka gaaaaa!!!!!". Pintu langsung terbuka menampakkan Kelvan dengan wajah baru bangun tidur. Neira yang melihat itu langsung menampar pipi kanan dan kiri si Kelvan.

"Aduhhh,, apaan sih Neii,, gue baru bangun ajg,, kok malah lo tampar?!", ucapnya mengelus pipi halusnya itu.

"Lo! jangan sok polos ya bajingan,, lo apain si Echa,, dia masuk rumah sakit,, Van"

"Lo kalo ngomong jangan ngelantur lah,, pasti lo tadi mimpi kan,, aelahh boong banget sih,, Neii. Gak lucu tau"

Kelvan menarik pergelangan tangan Neira untuk mendudukkannya di kursi terlebih dahulu. "Nah gini kan enak,, sambil duduk kalo ngomong", ucap si Kelvin sambil merangkul pundak Neira.

"Lepas ajg,, emosi gue lihat lo,, temen sialannn. Nih ya, gue mau nanya sama lo dulu,, semalem lo jalan sama Echa kan??", tanya Neira, diangguki oleh Kelvan.

"Sekarang Echa di rawat di rumah sakit, lo gatau itu?? Bukannya semalem lo sama Echa?? Terus kenapa Echa tadi pagi di temuin di deket gang mawar dengan tubuh yang mengenaskan kayak gitu,, van?? Jujur sama gue!"

Kelvan yang mendengar ucapan itu pun bingung, "Hahh,, mengenaskan gimana maksud lo,, orang semalem gue sama Echa pulang jam 11 ya ajg,, Echa juga gue turunin di depan rumahnya. Ini gue ngomong yang sebenarnya, Neii. Sumpah, gue gak ada boong apapun!", ucapnya sambil mengangkat jari telunjuk dan jari tengah.

"Lo pengen tau, Echa keadaannya gimana??", Kelvan hanya mengangguk lagi. "Echa di tusuk di bagian perut sama intim beberapa kali", ucapannya langsung membuat kaget Kelvan,, dapat di lihat dari wajahnya.

"Dan lo pasti pengen tau, kenapa gue bisa tau kalo si Echa dalam keadaan sekarang. Tadi pagi gue nonton berita di tv, nah tuh berita tentang pembunuhan kan, terus beberapa menit tuh ada yang nelpon gue dari rumah sakit. Bilang kalo Echa ada di sana, nah gue langsung otw ke rumah sakit. Gue udah usaha nelpon lo pake hp resepsionis, tapi malah salah nomer, ya ajg"

"Lo gak boong kan, Neii. Seharusnya semalem gue harus nunggu di depan rumahnya buat mastiin kalo dia emang udah masuk ke dalem rumah. Gue gak ada niatan jahat sama Echa, kalo emang gue pembunuhnya, gue gak akan mau nemuin lo kayak gini", ucapnya menyesal.

"Dan lo harus tau, Van. Sebelum Echa di tusuk, dia di pake buat nuntasin nafsu seorang. Polisi masih nyari tau siapa orang tersebut, tapi belum nemuin bukti apapun, van. Gue juga belum berani nelpon orang tua Echa yang masih di luar negeri, gue takut, van"

Kelvan menepuk pundak Neira, hendak menenangkan. "Yaudah kalo gitu, ayo ke rumah sakit buat nemuin Echa dan nanya sedikit tentang kejadian semalem"

Neira menggeleng, "Belum di bolehin dokter, kata dokter harus nunggu beberapa hari dulu. Biar Echa tenang dulu, kalo kita nemuin sekarang pasti dia bakal shock banget"

"Yaudah, sekarang gue anterin pulang dulu ya. Lo juga harus istirahat, pasti temen ku yang cantik ini kelelahan", ucap Kelvan mencubit pelan pipi Neira. "Najis lo", Kelvan pun langsung mengantarkan Neira pulang terlebih dahulu.

.

˚ ༘♡ ⋆。˚

.

Maap kalo ga nyambung, ini cuman hasil imajinasi author belaka.
Thanks dah baca!!

ALVINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang