2

344 22 6
                                    

Happy Reading!!

.

˚ ༘♡ ⋆。˚

.

Di awali dengan langit yang cerah, angin yang berhembus kesana kemari dan pepohonan yang bergerak karena hembusan angin. Neira berjalan menuju arah balkon rumahnya, melakukan peregangan badan seraya menikmati pemandangan pagi hari.

Ia melihat handphonenya dan segera menelepon Kelvan. Semalam waktu perjalanan pulang nganterin Neira, mereka berdua ada janji buat ke rumah sakit menemui Echa. "Halo,, van. Jadi ga buat ketemu Echa?", tanya nya kepada Kelvan.

"Iya, jadi Neii. Baru selesai mandi gue, bentar lagi gue jemput. Lo janga kelamaan kalo siap-siap,, dah gue tutup dulu ya!"

"Yah si ajg, malah di matiin. Padahal kan gue mau ngomong, nanti aja jam 9 an". Karena kesal sama si Kelvan itu. Neira langsung bersiap-siap, jangan sampai si Kelvan tiba-tiba udah dateng duluan ke sini.

Tinnn tinn.....

Mendengar suara klakson mobil dari arah luar rumah, ia pun segera menuju ke balkon, apa mungkin Kelvan udah dateng cepet amat.

"Neii, ayoo. Lo ngapain di balkon, bukannya turun ke bawah", teriak si Kelvan yang masih di dalam mobil.

"ISHHH,, LO DATENGNYA KECEPETAN. GUE MASIH NYATOK RAMBUT,, KELVANNNN!!!", balas Neira tak kalah keras dari teriakan sebelumnya. Neira langsung turun kebawah, padahal dia belum selesai nyatok rambutnya. Alhasil rambutnya sebelah udah nyatok dan sebelahnya lagi belum.

Memasuki mobil Kelvan dengan raut wajah kesal, bisa di bilang itu raut wajah yang paling di sukai oleh Kelvan. Bucin kan lo sama Neira,, hahahah

"Lihat nih, gara-gara lo, rambut gue kayak gini", ucapnya seraya memukul lengan Kelvan.

"Rambut lo lebih bagus yang asli,, gausah nyatok. Apa mungkin lo lagi ngincer cowok ya atau jangan-jangan lo lagi ngincer gue??", godanya Kelvan pada Neira. Sedangkan yang di goda hanya memutar bola matanya malas.

Mereka berdua tidak ada yang membuka pembicaraan sejak beberapa menit yang lalu. Sehingga akhirnya mereka sudah sampai di depan rumah sakit, setelah memarkirkan mobil, Neira dan Kelvan bergegas menuju ruangan yang di tempati oleh Echa.

Neira membuka pintu ruangan itu, menampakkan Echa yang sedang memakan potongan buah apel. "ECHAAA!!", panggil Neira membuat Echa terkejut dan menatap kedua temannya itu.

"Wihh Kelvan sama Neira, sini-sini. Kok kalian tau, gue di rawat di rumah sakit??"

"Semalem gue di kasih tau sama, Neira. Maafin gue ya Cha, seharusnya kemarin gue harus ngawasin lo dulu buat mastiin kalo udah masuk ke rumah", sesalnya Kelvan menunduk sedikit dan memegang telapak tangan Echa.

"Alay lo, lihat nih, gue masih sehat. Gausah terlalu khawatir lah, lo gatau kalo nyawa gue tuh ada sepuluh?", guraunya Echa membuat Neira melonggo, bisa-bisanya lagi sakit malah bikin lelucon kayak gitu. Kelvan melepas genggamannya pada Echa.

Neira mencubit telingga si Echa, "Gausah bahas nyawa! lo gatau, gue nungguin operasi lo selesai hampir 3 jam ya, ajg!!!! dan gue mau nanya sama lo. Kenapa lo bisa kayak gitu, untung nyawa lo masih bisa selamat!! kalo nyawa lo ilang, orang tua lo bakal marah sama gue, tololl"

"Gue belum bisa cerita dan tadi ada polisi ke sini buat nyelesain kasus ini. Tapi, gue cegah buat cari tau tentang kasus gue, dan ya gue bilang ke polisi tadi, biar gue aja yang nyari pelakunya", dengan entengnya si Echa bilang begitu. Teman Neira yang satu ini emang agak-agak ternyata.

"Lo emang kelewatan tololnya, aishhh serah lo deh,, Cha. Puyeng gue ngurusin otak lo itu", si Echa malah tersenyum menampakkan gigi putihnya itu. Neira emang tidak bisa menebak pikiran temannya itu, agak lain. Sedangkan Kelvan hanya bisa menggelengkan kepalanya.

Mereka bertiga masih diam seperti kemusuhan. Echa yang sedang memakan buah-buahan. Kelvan yang sedang selonjoran di sofa dengan memainkan ponselnya dan Neira melamun menatap jendela yang terbuka itu.

Echa hendak membuka suara agar ada percakapan bersama temannya itu. Biar nih ruangan gak sepi banget dah, sunyi itu gak enak, gak nyaman, kalo sunyi tuh rasanya ingin lompat dari atas gedung, terjun tanpa batas.

"Neii, katanya lo mau pindah kuliah di kampus kita ya??", bukan, bukan Echa yang berbicara melainkan Kelvan yang ntah kapan sudah berdiri dari sofa.

"Hahh?? beneran kan???", tanya Echa yang sangat kepo setelah mendengar itu. Neira hanya mengangguk, berpindah tempat duduk di ranjang Echa.

"Gue gak nyaman kuliah di kampus sebelumnya, kesepian gak ada kalian berdua. Gue lebih suka kalo satu kampus sama lo berdua dan ya gue bukan pindah, tapi keluar. Jadi, gue sama lo berdua beda satu semester doang!!"

"Terus lo masuk jurusan apa? Kalo gue kan jurusan bahasa, terus si Kelvan teknik", ucap Echa memberi tau sedikit.

"Widihh, anak teknik lo, van. Gue baru tau, kenapa gak bilang ke gue sih", yang di tanya malah cuman menggedikkan bahunya.

"Gue masuk jurusan hukum, ntah ini otak gue bisa nyambung sama pelajaran hukum apa gak,, gue bodoamat dah. Yang penting gue bisa ketemu sama lo berdua", sesimpel itu pernyataan oleh si Neira seraya merangkul pundak kedua temannya itu.

Melepas rangkulannya, Neira ingin berpamitan untuk pulang sama Kelvan. "Chaa, gue sama Kelvan pulang dulu ya. Lo besok udah boleh pulang kan,, meskipun udah di bolehin pulang, lo harus tetep rawat diri ya, jaga diri, makan lo yang bener. Nah kalo mau ke kampus, nanti si Kelvan yang jemput, kita bertiga berangkat bareng, yakan Vann!!", menyenggol lengan Kelvan.

"Gampang kalo itu mah, yang penting traktir aja lah. Yaudah cha, kita pamit dulu yaaa". Mereka berdua pun langsung melenggang pergi dari rumah sakit tersebut.

--

Tepat hari ini kepulangan Echa dari rumah sakit. Rasanya seperti terbebas dari kurungan berminggu-minggu. Echa sangat merindukan suasana di luar sana dan juga suasana rumahnya, meskipun dia tinggal sendiri. Tapi, dia gak pernah merasa kesepian, karena ada dua temannya yang selalu nemenin kemanapun itu.

Echa langsung merebahkan dirinya di atas tempat tidur yang sangat ia rindukan. Kamar bernuansa warna pink cute dan banyak boneka lucu di lemari khusus.

"Huhh akhirnya udah balik ke rumah, gak nyaman banget gue di rumah sakit, makanannya hambar banget. Enakan juga di rumah", monolognya menatap atap kamarnya.

Dan tepat hari ini, Neira resmi kuliah di kampus temannya itu. Ia merasakan suasana yang berbeda di sini, kampus yang indah. Kalau di bandingkan dengan kampus sebelumnya, pasti jawabannya berbeda jauh sekali. Di tempat kampus sekarang ini, ia sangat menyukai keramaian dari mahasiswa/I di sana. Tetapi, ntah kenapa mereka semua langsung diam saat ada seorang mahasiswa melewati mereka.

"Cakep sih, tapi kok hawanya kayak serem banget tuh cowok. Preman kampus kah??", jangan berharap ada yang jawab pertanyaan konyol dari Neira ini. Kelvan udah dari tadi masuk ke kelasnya lebih awal.

.

˚ ༘♡ ⋆。˚

.

Thanks sekali lagi buat yang udah mampir baca💗

ALVINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang