Namanya Abriagi sering di panggil Agi. Anak berusia empat belas tahun, masih tergolong begitu muda untuk menanggung beban hidup yang berat. Hidup Agi itu keras sekali, hidup miskin di kota besar ini membuatnya sering menjadi bahan omongan.
Terkadan...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
¤¤¤ Nemu typo tandain ya! ¤¤¤
Mulut Agi menganga lebar, anak manis itu cukup terkejut melihat kehadiran Savir yang tiba-tiba masuk kekelasnya bersama dengan anggota OSIS. Padahal niatnya Agi akan bersembunyi nanti saat jam istirahat, malah sudah lebih dulu ditemukan di jam pertama kelas, dengan alih-alih ada razia.
Savir menahan senyum gelinya saat melihat ekspresi lucu dari Agi. Anak itu pikir dia bisa kabur semudah itukah?
Sebenarnya Savir bukan anggota OSIS, tapi karena wakil OSIS adalah teman sekaligus sepupunya, jadi malah ikut-ikutan.
"Datang ketempat kemaren, awas kalau niat kabur" Bisik Savir pelan saat remaja itu mendekati meja Agi.
Agi langsung berubah cemberut, lalu menatap kesal kakak kelasnya itu.
Pundak Agi langsung turun, wajahnya benar-benar lesu sekali.
"Agi pikir gak akan di bully" Lirihnya lalu merebahkan kepalanya pada meja.
"Dikelas juga Agi gapunya temen" Gumamnya lagi, mengasihani dirinya sendiri.
Teman-teman sekelasnya memang tidak ada yang mengganggunya, tapi tidak ada juga yang mau berinteraksi lebih dengannya, kalau diajak bicara mereka masih mau jawab, tapi kalau diajak ngobrol panjang kebanyakan menghindar.
Agi mengacak rambutnya seperti orang prustasi, ternyata hal itu tak luput dari pandangan Savir yang masih berdiri diambang pintu, menurut remaja itu Agi terlihat lucu sekali. Savir jadi semakin bersemangat mengganggu adik kelasnya itu.
•••
Jam istirahat pertama Agi sudah berada disini, berdiri dihadapan Raja dan Savir. Kedua teman Raja yang lain belum ada disini, nama mereka Andra dan Dika, dua orang yang membantu Savir kemarin membawa Agi.
"Beliin minum di Kantin, yang seger" Pinta Raja.
"Bagi uang, Agi gak punya" Ujar Agi tanpa rasa takut, tangan anak manis itu menadah didepan Raja.
Raja meraih dompet disaku belakang celananya, lalu memberikan selembar uang merah kepada Agi.
"Belinya buat Kakak aja atau kakak ini juga?" Tanya Agi sambil menunjuk Savir.
"Beliin buat gue juga lah, minuman yang lo tumpahin kemaren" Jawab Savir sedikit sewot.
Agi tampak berpikir sejenak lalu anak itu mengangguk paham.