¤¤¤
Nemu typo tandain ya!
¤¤¤Keesokan harinya Agi berangkat seperti biasanya. Karena hari ini Agi agak telat berangkat, anak itu malah tak sengaja berpaspasan dengan Raja yang baru saja dari parkiran depan.
"Baru datang Gi?" Tanya Raja basa basi, sambil menyejajarkan langkahnya pada Agi.
"Iya Kak, Agi telat dikit bangunnya" Jawab Agi sambil melempar senyum.
"Agi duluan ya Kak" Timpal Agi karena gedungnya memang didepan, beda dengan Raja yang harus lebih masuk kedalam lingkungan sekolah.
Raja awalnya mengangguk, namun mata tajamnya malah menangkap luka pada siku Agi.
Raja tidak bicara, remaja itu malah menahan tas sekolah Agi dari belakang. Hingga membuat adik kelasnya itu tertahan saat melangkah.
Agi berbalik menatap pelakunya, anak itu mau ngomel tapi gak jadi waktu liat muka datar Raja.
"Tangan kenapa?" Tanya Raja.
Agi langsung melirik tangannya, anak itu spontan memegang lukanya saat sadar apa yang Raja maksud.
"Ooo Agi jatuh Kak, tapi gak papa kok" Jawab Agi.
"Itu belum di obatin kan?" Tanya Raja, pasalnya lukanya masih terbuka dan merah, seharusnya di plaster atau minimal di beri antiseptik.
"Nanti kering sendiri kok, terus sembuh" Jawab Agi menyepelekan lukanya.
Raja langsung meraih tangan Agi, lantas membawa adik kelasnya itu ke UKS.
"Mau kecil besar luka itu harus di obatin, nanti kalau infeksi gimana?" Omel Raja saat keduanya berjalan sambil bergandengan.
Agi hanya diam, anak itu malah fokus pada tangannya yang di genggam sang abang.
Keduanya sampai di UKS, pagi-pagi begini memang UKS masih sepi, terlebih bukan hari senin tidak ada yang jaga.
"Duduk" Perintah Raja, setelah itu remaja itu dengan entengnya mengobrak-abrik isi lemari obat.
Agi membiarkan abangnya itu melakukan apapun pada tangannya, sambil memandangi wajah serius Raja yang mengobatinya.
"Udah selesai, jangan kebiasaan luka di biarin" Ucap Raja.
"Iya, Agi minta maaf" Balas Agi.
Raja mengangguk saja sambil membereskan bekas peralatan dan obat yang ia pakai.
KAMU SEDANG MEMBACA
ABRIAGI [END] ✔
Fiksi UmumNamanya Abriagi sering di panggil Agi. Anak berusia empat belas tahun, masih tergolong begitu muda untuk menanggung beban hidup yang berat. Hidup Agi itu keras sekali, hidup miskin di kota besar ini membuatnya sering menjadi bahan omongan. Terkadan...