Kini Vallen telah berada di perusahaan yang sangat mewah, bangunannya terbuat dari kaca dan menjulang tinggi.
"Ini sangat indah, Ell," puji Vallen.
Mereka berduapun berjalan masuk ke dalam. Loby-nya sangat indah, setiap sudutnya tersusun patung wanita yang mengenakan busana karya perusahaan ini, meja dan kursi tersusun rapi, lalu di tengah tengah loby terdapat kolam air mancur yang sangat cantik.
"Salam nona Elline, ada yang bisa saya bantu?" tanya seorang pegawai di perusahaan itu. Oh yah, seluruh manusia yang berada di perusahaan itu sudah tau Elline, makanya mereka semua bersikap hormat.
"Ah, ruangan ibu dimana? Tapi kalau bisa, antarkan kami berdua ke tempat seleksi," ujar Elline.
"Nona Elline mau jadi model? Bukannya nona Elline anaknya ceo?" tanya sang pegawai.
"Gak usah banyak tanya LARA, antarkan saja kita berdua," ucap Elline kepada Lara yang sedari tadi menanyakan mereka berdua.
"Jangan marah marah dong." Lara kemudian berbalik. "Ayok, mau di antar gak," sambung Lara. Kemudian Lara, Elline beserta Vallen berjalan keruangan seleksi yang berada di lantai dua puluh.
***
"Ibu, anak anakmu datang," ujar Elline sedikit berteriak ketika melihat sang ibu.
"Eh, anak anak ibu udah datang," ucap sang ibu berjalan ke arah Elline dan Vallen.
"Leen, kamu masuk aja dulu di ruangan nomor delapan. Disana udah ada beberapa calon seleksi," sambung sang ibu.
"Oh, baik bu. Ell ikut aku yuk," pinta Vallen kepada Elline.
"Ayok," balas Elline.
××××××××
Singkatnya, kini Vallen beserta Elline telah berada di ruangan seleksi. Di sana terletak panggung yang terbuat dari kaca dan tidak terlalu panjang.
Di dalam telah berisi para wanita yang super cantik dan bohay. Vallen seketika merasa insecure."Ell, aku cantik gak yah? Kira kira aku lolos gak yah?" berbagai pertanyaan di lontarkan oleh vallen kepada Elline.
"Leen, tenang. Kamu cantik, kamu idela, kamu yang bikin semua wanita Insecure," tegas Elline.
"Hmm." Vallen hanya merenung.
*****
"Baiklah, sekarang saatnya sip ke delapan. Semoga aja di sip terakhir ini, bakal ada yang pantas. Beberapa sip yang lain, mereka semua tidak mencapai target. Semoga aja di sini bakal ada yang di cari yah," ujar wakil maneger di perusahaan itu. Kemudian para asisten mulai menyuruh peserta yang mengikuti seleksi untuk membuka pakaian luarnya, hanya tersisah pakaian dalam mereka saja.
"Gini amat, risi gue." Vallen membatin.
Para asisten-pun memulai seleksi, mulai dari mengukur tinggi badan, berat badan, bekas luka, kesehatan, dan masih banyak lagi. (Aku gak tau apa aja wkwkw)
"Baik, tinggi badan 165," Ujar sang asisten kemudian mencatat.
$$$$$$$$$$
"Baiklah, saat ini. Kita telah menemukan kriteria yang pas. Yang lolos bakal di kirimi pesan melalui Gmail, di tunggu malam yah. Sampai jumpa, selamat beraktivitas masing masing," ucap maneger lalu berbalik keluar dari ruangan tersebut.
"Tuhan, loloskanlah aku. Aku mohon, sekali ini saja," Vallen berdoa di dalam hatinya.
"Leen, ayok keruang ibu. Ibu tdi WA aku," ajak Elline kepada Vallen.
"Ok, Ell. Aku lolos gak yah," tanya Vallen ketika mereka sedang berjalan menuju ruangan ibu Elline yang berada di lantai dua puluh tujuh.
"Hmm, udah capek aku jawab. Kalau gak lolos, aku mina ibu buat lolosin!" ujar Elline muak dengan pertanyaan Vallen yang sama terus.
****
"Bu, aku lapar. Leen, kamu juga lapar kan?" sahut Elline.
"Gak ko-" ucapan Vallen terpotong ketika Elline menutup mulutnya.
"Aah, tadi kata Leen, dia juga lapar buu," ujar Elline.
Ibu Elline hanya tersenyum. "Baik, SARA. Suruh pelayan di dapur bawakan makanan, mumpung aku juga lapar," ucap ibu Elline ke asisten pribadinya, Sara menangguk lalu berjalan keluar dari ruangan tersebut.
......
"Horee, saatnya makan" senang Elline ketika pelayan datang membawakan makanan yang di pinta oleh sang ibu.
"Kerjaanya makan terus!" omel sang ibu sambil tertawa pelan.
"Leen, ayok ambil. Jangan sungkan.
Vallen mengguk tanda mengerti. "Eh iya ibu, ambil duluan aja. Aku belakangan aja," jawab Vallen sopan.
*****
Malam harinya, Vallen telah berada di rumahnya usai di antar oleh Elline. "Huhu, capek banget aku. Kalau aku lolos seleksi, aku bakal Live nyanyi di ig deeh," ungkap Vallen.
Kini telah pukul sembilan tiga puluh menit, yang dimana sedikit lagi bakal di umumin yang lolos seleksi.
Vallen telah menunggu di laptopnya, menunggu pesan yang akan masuk di gmailnya. Beberapa saat menunggu, nontifikasi muncul. Vallen-pun mulai melihat lima peserta yang lolos, dia terus mencari dan akhirnya. "Ahhh, serius? Aku lolos? Ini bukan mimpi kan? Ini gak halusinasi kan?" beberapa pertanyaan di lontarkan oleh Vallen saking tidak percaya bahwa dia telah lolos.
"Huhu, kenapa aku harus janji bakal nyanyi siih, nyesel aku janji, kalau tau bakal lolos, aku gak bakal janji, tapi aku orang yang baik. Aku bakal tepati janjiku." Vallen mulai mengganti baju dengan baju yang sangat indah untuk di pandang.
"Naah, ini aja," ujar Vallen ketika melihat sebuah gaun, bewarna pink mudah dengan bercampur warnah putih.
Vallen mulai mengganti pakaian. "Gaun ini sangat indah, ini adalah gaun terakhir hadia ulang tahunku dari ibu." Vallen tersenyum mengingat kenangan ketika ulang tahunnya yang ke lima belas, yang dimana itu adalah kado dan bahagia terakhirnya. Ingat Vallen, itu sisah kenangan.
***
Sory, aku baru up hari ini, soalnya lagi sibuk banget, dan sory bab ini cuman 800 kata, soalnya waktu mepet banget. Xixixixi, jangan lupa vote yaak. Kalau mau koreksi kepenulisan saya, komen aja di bawah, see you next Bab.
![](https://img.wattpad.com/cover/367591543-288-k366325.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Only Certain People
FanfictionHasil karya sendiri. Plagiat jauh-jauh sana. Siapa yang tak mau mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya sendiri? Semua orang pasti mau. tapi beda dengan Vallenzia Aquarta Bellisia, seorang wanita yang hidup mandiri sejak Ayah dan Ibunya berpisah...