1. awal?

2.1K 224 4
                                    

tes.



*pov zio

Aku baru saja terbangun dari tidurku. Ah, bandara ini benar benar dingin ketika malam hari.

Aku mencoba membereskan tempat tidurku dan segera pergi ke arah toilet untuk membersihkan diri.

Setelah selesai, aku segera kembali ke tempat peristirahatanku untuk sekedar membereskan barang barangku yang berserakan disana, dan juga sampah bekasku makan.

Oh ya, aku tak sendiri disini. Aku bersama dengan pak Tio yang setiap saat menemaniku pergi, kemanapun itu. Selalu menghiburku ketika aku sedang sedih, sering kali kami berdua bertukar cerita sehingga aku menganggap pak Tio adalah ayahku sendiri.

"Malam, pak. Mau kerja?", tanyaku pada pak Tio yang sedang membereskan barangnya, sama sepertiku.

Pak Tio menoleh, "Iya, nih. Kamu mau kemana, Zio? kok tumben rapih rapih." aku membalasnya dengan sedikit tawaan.

"Zio ga kemana mana, kok. Aku cuman pengen nyari angin aja, bosen disini terus, bapaknya mau kerja," balasku dengan wajah yang sedikit lesu.

Pak Tio menggeleng kepalanya pelan sambil tersenyum, "Toh, bapak juga mau kerja. Kamu hati hati, ya. Gabaik malem malem gini keluar, apalagi bapak gabisa nemenin kamu." jawabnya pak Tio memperingati.

Aku mengangguk sebagai jawaban, "Pasti, bapak semangat kerjanya, ya?" ujarku yang mendapat senyuman manis dari pak Tio.

"Bapak berangkat dulu. Zio, kamu hati hati loh, ya." aku terkekeh, sebegitu khawatirnya kah pak Tio padaku?

"Iya, pak. Tenang aja," pak Tio langsung melengang pergi dari pandanganku.

Aku menarik nafas ku pelan, aku benar benar kangen dengan ayah. Ah, iya, lebih baik aku pergi ke danau ke tempat dimana aku dengan ayah dulu sering berkunjung disana, dengan ibu juga.

Aku segera beranjak keluar dari bandara itu lalu menyewa sepeda yang berada di depan bandara menggunakan sisa uangku lalu pergi menuju danau.








Malam ini, hanya ada aku dan danau disini. Memang, tempat ini jarang sekali di kunjungi oleh orang orang, padahal menurutku tempat ini cukup bagus.

Aku berdiam diri di tempat seperti ini, mengingat kenang kenanganku saat masih bersama ayah dan ibu. Tak terasa, air mata sudah jatuh ke bawah melewati pipiku.

Benar, aku menangis. Rasa benci dan sedih sekarang ada pada dalam diriku. Benci karna paman telah merusak kebahagiaanku, sedih karna aku merindukan kehangatan keluargaku saat itu.

Tiba-tiba...

"Lepasin, gak!!"

"Shut, udah diem ..."

"Anjing, lu!"

Aku mendengar kericukan dari arah yang cukup dekat. Aku segera menghapus air mataku lalu menoleh kanan kiri untuk mencari sumber suara.

Ketemu! seorang gadis yang tengah berusaha melepaskan genggaman dari pria tua. Aku segera berlari ke arahnya untuk melerai keduanya.

"Woi!", teriakku menganggetkan mereka berdua.

Terlihat laki-laki yang sedang memegang tangan perempuan itu cukup gemuk. Tatapannya... seperti orang cab*l.

"Haha, nambah lagi, nih, mainan saya." ucap pria itu penuh percaya diri padaku.

Ketika pria itu mendekat ke arahku, dengan sekuat tenaga aku menendang perut buncit milik pria itu sehingga terjatuh dan meringis kuat.

Aku segera menarik kerah kemejanya untuk kembali memukul wajahnya namun ia melambaikan tangannya ke arah mukaku seolah meminta untuk berhenti.

Fell In Love With You, Ziolline?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang