3. day three ...

1.7K 239 25
                                    

Pagi ini, Zio terlihat masih tertidur pulas di sofa ruang tamu. Erine bangun lebih awal, dirinya sudah bersiap siap mengenakan seragam kerjanya karna ada jadwal meeting pagi.

Erine teringat bahwa dirinya semalem ketiduran, samar samar, dirinya melihat bahwa Zio lah yang mengangkat dan membawanya ke kamar. Erine tak masalah sama sekali jika Zio memasuki kamarnya.

Ah, tapi Erine baru teringat satu hal lagi, ia belum memberi tahu letak dimana kamar Zio berada.

Pov Erine

Aku segera berjalan menuju kamar yang tadinya aku sudah sediakan untuk Zio beristirahat, berharap Zio berada disana.

Namun sayang, saat aku buka, kamar itu masih tersusun rapih seperti belum ada yang tertidur disana. Aku juga tak melihat keberadaan Zio.

Aku menutup kembali pintu kamar itu lalu berjalan menuruni tangga.

Aku melihat gadis itu.

Zio, yang tengah tertidur pulas di sofa tanpa perlengkapan tidur seperti selimut, bantal, ataupun guling.

Dirinya juga masih menggunakan seragam kerjanya. Miris.

Dengan perlahan aku mengguncangkan tubuhnya menggunakan tenaga kecilku.

Berhasil, Zio mulai terusik lalu perlahan dirinya membuka kelopak matanya lalu melihat ke arahku.

Nyawanya belum kekumpul.

Zio langsung terbangun dan mengerjapkan matanya berkali kali, melihat ke arah diriku dari atas hingga bawah.

"Ada apa?" tanyaku yang merasa risih. Tatapannya seolah olah ingin menerkam-ku.

Dirinya menggaruk garuk tengkuknya lalu, "Ah, maaf, saya malah ketiduran disini." Zio menundukan kepalanya.

Anak ini ..., kenapa minta maaf? Bukan kah dirinya hanya tertidur?

"Lalu? Apa masalahnya?, Kau memang butuh tidur, Zio." Ucapku tak menghiraukan permintaan maafnya, aku langsung berjalan menuju dapur.

Ah, diikuti oleh Zio.

"Kamu kalo mau sarapan sama roti aja, atau ga beli. Saya gabisa masak." cukup malu aku mengatakan hal ini, tapi apa yang ku ucapkan barusan adalah benar.

Aku melihat dirinya hanya mengangguk. Oh? dia tak menertawakan ku?

"Eum ... kak," aku menoleh.

"Apa?"

"Ada bahan masakan ga di kulkas?, boleh aku liat isi kulkas kakak?" aku akui itu lucu ..., dirinya meminta izin melihat kulkas ku?, bahkan pengawal ku sebelum dirinya tak pernah seperti ini.

Aku menahan senyumku "Silahkan," balasku singkat.

Zio membungkukan sedikit tubuhnya ke arah ku seolah berterimakasih lalu berpindah ke sebelah kiriku dimana letak kulkas itu memang berada tepat di sampingku.

Aku masih mengoleskan selai strowberry ke rotiku yang belum aku panggang, ah, aku malas memanggangnya.

"Kak, apa aku boleh minta bahan kaka buat aku masak?" aku menoleh ke arah Zio membuat mata kami bertatapan.

Aku hanya menganggukan kepala ku sekilas lalu menoleh kembali ke arah roti yang mau ku tutupi oleh roti lainnya.

"Terimakasih, kak," aku berdehem sebagai jawaban.

"Oiya, kak, makan roti pas sarapan itu ga cukup, mau aku masakin? sekalian untuk sarapan aku juga," tidak, aku tidak mau menerimanya.

Tidak ...

Fell In Love With You, Ziolline?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang