11. Erine.

1.4K 220 24
                                    

Enjoy!



Keesokan harinya.

Sesuai yang Erine ucapkan kemarin bahwa ia menyuruh Nina dan Bastian untuk menemuinya di ruangan. Zio tak berada disini. Erine sendiri yang menyuruh pengawalnya itu untuk libur terlebih dahulu sehingga Zio langsung beranjak pergi untuk menemui pak Tio.

Erine bersandar lemas pada bangkunya. Matanya sudah terasa panas. Entah mengapa, ia ingin menangis. Ada perasaan khawatir yang menyelimuti dirinya sedari malam kemarin.

Tak lama kemudian,

Cklek

Pintu terbuka, menampilkan Nina dan juga Bastian yang baru saja sampai, menggunakan pakaian sederhana. Bastian tak mengenakan seragam kerjanya karna hari ini sebenarnya ia libur.

Mendengar deritan pintu terbuka, Erine langsung merubah posisi duduknya, menatap kedua temannya itu dengan tatapan yang sangat lesu.

Nina segera menghampiri Erine dengan berlari kecil, sedangkan Bastian menutup pintu terlebih dahulu sebelum ia ikut menghampiri Erine.

Nina kemudian membawa Erine kedalam pelukannya.

"Shut ... Aduh, Vy. Jangan nangis dong ..." Tangan Nina beralih turun, memegang pipi Erine lalu menepuknya pelan.

Terlihat mata dan hidung Erine yang mulai memerah akibat tangisan.

Bastian yang awalnya hanya melihat, langsung mencodongkan badannya, kedua tangannya bertumpu pada meja.

"Rin, tenang aja kali. Zio juga milihnya lu, bukan si Kim Kim itu." Ujar Bastian.

Nina mengangguk setuju dengan tanggapan temannya itu. Nina lalu menangkup wajah Erine dengan kedua tangannya. Menghapus air matanya kembali.

"Tapi ... Kalian harusnya tau, 'kan, kalo Kimmy se-ngeselin itu ... " Ucapnya parau sambil sesekali sesegukan.

Benar dugaan mereka, bukan? Erine adalah gadis yang cengeng. Perasaannya sangat denial. Ia benar-benar menyukai Zio, hanya saja ia tak ingin mengakuinya. Buktinya? Ia sangat takut jika Zio memilih Kimmy di banding dengan dirinya sendiri.

Nina kemudian mengangguk paham. "Tenang aja, kita juga bakalan bantu Lo kok." Tutur Nina lembut yang kemudian tangannya kembali mengusap wajah Erine.

Bastian menghela nafasnya berat. "Kita berdua selalu dukung lo, Rin. Termasuk apapun pilihan lo. Pokoknya, kita juga bakal usahain kalo kalian berdua bakalan baik-baik aja."

Dengan wajah yang serius, Nina kembali mengangguk setuju. "Udah, ah. Kita bakalan bikin Kimmy sama Zio jadi menjauh kok. Kita bisa, kalo lu mau."

Erine menggeleng cepat. "Jangan ... "

Bastian dan Nina kemudian saling berpandang. Menatap heran setelah mendengar penolakan dari Erine.

"Kenapa?"

"Biarin aja. Saya masih mau lihat, seberapa gilanya Kimmy mendekati Zio," Air mata yang masih mengalir sedikit deras, begitupun dengan matanya yang sedikit berkedut akibat menangis.

Mendengar hal tersebut, Nina dan Bastian tentunya mengerutkan dahinya bingung.

Lalu, mengapa Erine menangis? Padahal, mereka berdua sudah berinisiatif untuk melindungi Zio dari Kimmy. Tetapi Erine malah menolaknya dengan alasan ingin melihat aksi apa saja yang Kimmy akan lakukan untuk mendekati Zio.

"Saya tau ini aneh ... Tapi,"

Atensi keduanya kini beralih kembali pada Erine.

"Ini juga penting untuk saya, supaya saya bisa mengetahui Kimmy lebih lanjut..."

Fell In Love With You, Ziolline?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang