12. Sakit.

1.4K 212 37
                                    

Enjoy!

Pagi telah tiba, dimana seluruh orang sudah mulai menjalani aktifitasnya masing-masing.

Sama halnya dengan Zio dan juga Erine yang tengah bersiap-siap untuk berangkat kerja.

Zio baru saja menyelesaikan kegiatan mandinya, ia tengah memilih baju apa yang harus ia kenakan hari ini. Raut wajahnya mengkerut bingung, melihat baju yang ia inginkan tidak ada disana.

Zio kemudian berbalik badan, mencari kembali dimana baju itu. Ia mencari keseluruh kamarnya, barangkali ia menemukannya tergeletak begitu saja.

Sayangnya nihil. Ia tak mendapati bajunya sama sekali. "Dimana, ya? Perasaan pas itu udah di cuci." Gumamnya kendati menggaruk tengkuknya heran.

Tak lama kemudian, terdengar teriakan yang memanggil namanya dari bawah. Bisa di pastikan bahwa yang memanggilnya adalah Erine.

Mendengar panggilan itu, seketika ia menjadi sedikit panik. Ia belum bersiap-siap, belum juga menyiapkan apapun.

"Tunggu, kak!" Balasnya menyahut dengan tergesa-gesa.

Ia segera kembali menghadap lemarinya lalu mencari pakaian seadanya disana. "Ini aja, deh."

Setelah selesai menggunakan pakaiannya dengan rapih, Zio segera beranjak keluar dari kamarnya dan menghampiri Erine.

Terlihat seorang gadis berparas cantik yang baru saja selesai mengancingkan kemejanya. Ia mendengar suara langkah kaki yang kian mendekat.

Erine menoleh. "Oline," panggilnya sekali lagi, namun dengan nada yang kecil.

Sang empu kemudian menoleh. "Kak, kemeja aku yang-" ucapannya terhenti kala melihat pakaian yang sedari tadi ia cari di kamarnya sudah di gunakan oleh Erine.

Sontak Zio mendatarkan ekspresinya.

"Kemeja apa, Oline?" Tanya Erine.

"Em, gak jadi, kak." Kemudian Zio mengulum bibirnya.

Erine mengangkat kedua alisnya seolah bertanya. "Aneh."

-

"Catherine!" Panggil seseorang dari arah belakang Erine dan Zio. Keduanya dengan serempak menoleh, melihat siapa yang memanggilnya.

"Oh, Vias?" Mendapati siapa yang memanggilnya, ia bersedekap dada. "Ada apa?" Tanyanya.

"Tadi, anak-anak nitip ini ke aku, katanya minta tolong kasihin ke kamu." Pria bernama Elvias yang kerap kali di panggil Vias itu tersenyum manis. Mengulurkan tangannya yang sudah tersedia beberapa totebag.

"Geli banget, Vias! Aku-kamuan!" Bukan Erine yang menjawab, melainkan Bastian yang tampaknya baru saja sampai pada kantor.

Lelaki itu hanya memincingkan matanya pada Bastian. Sedangkan Erine terlihat sedang tertawa kecil setelah mendengar sahutan Bastian.

"Udah lah, sana-sana. Gua ada urusan nih sama Catherine." Bastian mendorong pelan bahu Vias seakan menyuruhnya pergi.

Tangannya kemudian beralih merangkul Erine dan juga Zio. "Berangkat!" Serunya kemudian.

Namun sebelum itu, Erine sudah menerima apa yang Vias berikan padanya terlebih dahulu sebelum ia benar-benar pergi dari sana.

Dengan tubuh yang masih mendapati dorongan karna rangkulan dari Bastian, Erine menolehkan kepalanya kebelakang. Melihat Vias yang masih terdiam diri disana. "Makasih, Vias! Lanjutkan pekerjaanmu, ya!"

"Tadi itu siapa?" Tanya Zio penasaran. Pasalnya, ia sebelumnya tak pernah melihat makhluk itu di kantor ini. Memang, ia dari awal masuk tak pernah berkeliling kantor karna sibuknya Erine. Bukankan kesibukan Erine berarti kesibukan dirinya juga?

Fell In Love With You, Ziolline?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang