3

8.8K 1K 32
                                    

Tok

Tok

Tok

"Masuk." Ucap Darel.

Pintu terbuka pelan menampilkan omega cantik berjalan anggun. Omega itu duduk di sofa salah satu ruang kerja Darel di rumah.

Menunggu sang alpha memulai percakapan. Darel sendiri masih menatap kearah Ersya yang duduk tanpa melihat kearahnya. Ia seperti mahasiswa yang sedang menunggu kedatangan dosen di kelas.

Darel beralih duduk dihadapan lelaki pendek ini. Menunjukkan wibawa sang alpha. Umurnya baru 24 tahun tapi ia sudah menjadi kepala TX Entertaiment. Berkat keturunan dari sang Ayahnya yang sukses dalam bidang bisnis.

Ehkem

Suara dehaman membuat lelaki pendek itu menatap kearah Darel. Manik biru itu selalu mengalihkan perhatian Darel sampai ia sadar jika omega di depannya ini seorang laki-laki seperti dirinya.

Iya. Alasan Darel tidak menyukai lelaki pendek ini karena ia hanyalah laki-laki. Darel tidak pernah mengukai omega siapapun kecuali Amara sahabat kecilnya. Jika bukan karena perjodohan bodoh itu, mungkin hidupnya tidak semenderita sekarang.

"Kapan kau mulai kuliah lagi?"

Ah, Ersya mengingatnya. Situasi ini ketika Darel memaksa Ersya kuliah sebab tidak ingin Amara merasa takut dan tidak nyaman. Jika dulu Ersya akan marah dan berteriak tidak terima. Tapi, ia bukanlah Ersya.

"Seminggu lagi. Aku akan mulai masuk minggu depan."

"Baguslah."

Darel entah mengapa merasa ada yang aneh dengan omeganya. Omeganya terlihat begitu santai bahkan seperti tidak ingin berlama-lama bersamanya.

Bukankah, ia harusnya senang bisa berduaan dengannya? Batin Darel.

Ersya disatu sisi sangat mengantuk. Ia memang terbiasa akan tidur cepat. Tapi, alpha di depannya ini bahkan terus menatap dirinya. Ia memang tidak menyukai laki-laki arogan seperti Darel. Ia sangat berbeda dengan Kendrick yang lembut walaupun mereka sama-sama alpha.

"Maaf, bolehkah aku pergi kalau sudah selesai?" Ucap Ersya mencoba ramah.

"Pergilah."

Ersya mengangguk singkat. Ia merapikan bajunya. Berdiri. Tidak tahu jika alpha di depannya terus menatap kearah kaki mulusnya yang terlihat tidak mengenakan celana.

"Apa kau sengaja?" Ucap Darel.

"Ha?" Ucap Ersya sambil membalikkan badan.

"Jangan berpakaian seperti itu lagi." Ucap Darel mengalihkan pandangan. Ia berdiri menatap rendah omeganya.

"Apa ada yang salah dengan bajuku, kak?" Ucap Ersya bingung.

Darel sendiri menampilkan ekspresi tidak biasa. Ia berjalan kearah sang omega. Ersya yang pendek terus mundur sampai tubuhnya tersentuh dinding ruangan.

"Kau berpakaian seperti jalang." Bisik Darel.

"Setelah tidak berhasil merayuku, kau ingin merayu pelayan di rumah, hm? Ingat, aku tidak akan pernah mengakuimu sebagai istriku sampai kapapun."

Seumur hidup Ersya ia selalu diejek karena wajah dan perawakannya seperti perempuan. Tapi, tidak pernah satu pun orang yang mengatainya seperti ini. Kata-kata Darel menyakiti hatinya. Ia tidak bisa membayangkan betapa kuatnya Ersya asli setiap kali menerima makian dari suaminya yang bahkan hanya peduli dengan gadis omega yang bahkan bukan kekasihnya.

"Kau terdiam? Kenapa, karena menyadari jika dirimu hanyalah ja..."

Plak

Ersya tidak sekuat itu. Dirinya tidak sesabar Ersya yang asli. Tangannya reflek menampar laki-laki yang berdiri dihadapannya. Matanya sudah meneteskan air mata. Baru sehari ia hidup di dunia ini, mencoba menghindari tokoh-tokoh utama novel namun mengapa ia harus menerima penghinaan seperti hal ini.

Hidup Bernuansa BiruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang