Berbeda dengan Ivan dan Ersya yang sedang menikmati waktu belajar bersama, Darel si alpha dominan itu terpaksa harus bekerja.
Ia bekerja dengan giat, alasannya hanya satu. Ingin menghabiskan waktu bersama sang omega secepat mungkin.
Nyatanya hidupnya sudah berubah, tidak seperti dulu.
Jika dulu, ia hanya menjalankan kehidupannya yang bosan seperti biasa. Sekarang, ia sudah tidak sabar kembali ke rumah omeganya.
Ersya juga tidak pernah mengusirnya. Yah, walaupun ia harus banyak berbohong agar omeganya mengijinkannya menginap.
Satu hal yang Darel kenal sekali, Ersya adalah omega berhati lembut, polos, dan mudah kasihan.
Ia masih terkekeh geli apabila mengingat bagaimana dirinya berpura-pura pusing agar bisa tidur bersama omeganya setiap malam.
Mendekatkan tubuh mereka satu sama lain, menghirup aroma harum yang menjadi favoritnya, tidak ada yang lebih sempurna dari hal tersebut.
Drrrttt...
Drrrttt...
Drrrttt...
Lamunan Darel terhenti, mendengar suara ponselnya bunyi. Tertulis satu nama disana, Amara.
Gadis omega itu setiap hari tidak pernah absen mengganggunya. Ia akan menelponnya setiap hari sekarang.
Dulu, Darel-lah yang berada di posisi tersebut. Dirinya menyadari betapa bodoh dan lucu kelakuannya dulu.
Rasanya ingin Darel mengabaikan ponselnya. Namun, apabila ia tidak menjawab gadis itu tidak akan pernah mengganggunya.
"Ada apa?" ucap Darel to the point.
"Pagi, kau sedang bekerja Darel?" ucap Amara antusias.
"Iya. Ada apa?" ucap Darel datar.
"A-ah, bukan apa-apa. Hanya saja, sepertinya baby sedang merindukan pamannya. Perutku bertambah besar dan kau tidak pernah mendatangiku. Aku kesepian." Ucap Amara tidak tahu malu.
"Huh, bukankah seharusnya bayi-mu merindukan ayahnya? Aku sibuk, tolong jangan hubungi aku lagi."
Tut...
Tut...
Tut...
Bunyi telepon terputus sebelum gadis omega itu menjawab. Ia meremat telepon genggamnya dengan erat.
Darel menjadi berubah entah karena apa. Amara kira, ia masih memiliki perasaanya padanya.
Setidaknya, lihatlah apartemen luas ini. Bukankah, dirinya mendapatkan fasilitas lengkap secara cuma-cuma.
Walaupun segalanya sudah terpenuhi, gadis omega itu tidak puas.
Ia setidaknya tidak ingin merasa diabaikan ataupun ditinggal pergi. Mengingat bagaimana perilaku Darel yang selalu menghiburnya.
Bahkan, dirinya pernah menawarkan untuk menjadi ayah dari anaknya ini.
Amara menggigit jempolnya.
"Seharusnya, aku menerima lamarannya dulu. Sungguh bodoh." Batin Amara.
Selama ini, ia tidak tahu dimana keberadaan alphanya. Ia sungguh mencintai alphanya.
Namun, semua menjadi sia-sia jika ia ditinggalkan hanya karena statusnya yang rendah.
Segala cara ia coba untuk membujuk keluarga besar alphanya, tapi semuanya tidak berjalan lancar.
Bahkan, keluarganya berusaha memutuskan hubungan keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hidup Bernuansa Biru
RomanceTidak pernah terpikirkan oleh Ersya jika dirinya akan bertansmigrasi ke dalam novel Cinta Pertama Amara. Satu hal yang dirinya sadari jika ia menjadi sosok antagonis omega pria yang berakhir dengan kematian. "Aku akan cerai dan hidup dengan baik!"