17

3.3K 336 11
                                    

Jarvis, sekretaris sekaligus sahabat karib Darel hanya bisa menatap jenggah terhadap sahabatnya tersebut. Ia seperti melihat sisi berbeda dari sahabatnya.

Namun, perhatiannya justru jatuh kepada Ersya, sang omega. Wajahnya yang begitu cantik, kulitnya lembut dan putih, dan sorot matanya begitu dalam dan indah.

Ia sudah pernah bertemu dengan Ersya sebelumnya, namun dirinya tetap saja tidak dapat berhenti terpesona oleh parasnya.

Tidak heran jika Ivan, sepupunya juga jatuh hati kepada sang omega. Jika saja, dirinya bertemu lebih dulu dengan Ersya, pastinya ia akan menaruh hati padanya.

Tetapi, takdir berkata lain dan Jarvis adalah pria terhormat yang tidak akan jatuh cinta dengan kekasih sahabatnya.

Ersya tersenyum tipis kepada Jarvis yang terlihat di meja kerjanya.

"Halo, kak Jarvis."

"Hai, Ersya, apa kabar?"

"Aku baik kak. Kakak sendiri?"

"Yah, baik-baik saja."

Ersya tidak terlalu mengenal Jarvis. Dirinya hanya ingat kedatangan alpha tersebut ke pernikahannya dulu bersama Darel.

Jarvis adalah alpha sopan dan baik hati. Itulah yang Ersya tahu, sangat kontras dengan kepribadian Darel.

Darel masih menggenggam tangan lembut Ersya. Ia sedikit kesal dengan ekspresi yang ditampilkan oleh sahabatnya tersebut.

"Ayo, sayang masuk ke ruanganku." Ucap Darel tidak tahu malu.

"A-ah, oke. Aku duluan kak Jarvis." Ucap Ersya yang sedikit malu dengan panggilan Darel padanya.

"Oke."

Sang omega tersenyum lembut sebelum memasuki ruangan terlebih dahulu. Menyisakan Jarvis dan Darel yang bertatapan tidak bersahabat.

"Wah, wah, Ayo sayang masuk ke ruanganku dulu. Hahaha. Sangat lucu. Seorang Darel akhirnya menjadi pria bucin. Parahnya dengan mantan istrinya sendiri." Jarvis tidak bisa menahan geli melihat tindakan cemburu sahabatnya.

"Berhentilah tertawa. Kerjaakan tugasmu, sebelum aku potong gajimu." Ucap Darel tidak merasa tersinggung.

Tidak lama setelah itu, dirinya memasuki ruangan. Meninggalkan Jarvis menggerutu kecil.

"Sialan, untung saja dia sahabatku. Jika bukan sahabatku sudah aku tinju wajah sombongnya itu."

Suasana hati Darel lebih baik dari biasanya. Ini pertama kalinya, ia membiarkan seseorang menunggunya bekerja.

Sebenarnya, ia bukan tipe orang yang suka diganggu ketika bekerja. Jika orang itu Ersya, dia tidak ada pembelaan apapun.

Ersya sedang asyik memandangi pemandangan Kota dari jendela besar ruangan kerja Darel.

Sang omega selalu berpikir jika dirinya adalah orang kaya, tapi setelah melihat kantor Darel ia yakin jika alpha tersebut lebih kaya dari dirinya.

Ersya sedikit tersentak ketika merasakan kehangatan muncul di area perutnya. Siapa lagi jika bukan Darel.

"Sedang memikirkan apa, baby? Sampai ga sadar aku udah masuk." Ucap Darel terkesan manja.

Ersya melirik kearah Darel. Tatapannya begitu lembut dan perhatian. Berbeda dengan tatapan dulu yang selalu ia lontarkan.

"Aku tidak berpikir apa-apa. Hanya menyadari jika kakak adalah orang kaya dan sepertinya tidak kekurangan apa-apa lagi hehe." Ucap Ersya jujur.

Darel tidak tahan tanpa mencium pucuk kepala Ersya. Aroma yang akan selalu menjadi candunya.

Hidup Bernuansa BiruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang