Malam menjelang begitu saja, sang waktu yang penuh misteri masih terus berjalan, satu minggu terasa seperti satu hari, satu bulan terasa seperti satu minggu, satu tahun terasa seperti satu bulan. Benar apa kata pepatah, waktu cepat berlalu. Namun kenangan-kenangan menyeramkan itu akan selalu ada dalam bayang-bayang kehidupan seorang Wintara Rinjani Atmaja.Desiran angin masuk melalui celah-celah jendela yang tak tertutup rapat. Hawa dingin yang menusuk tulang membuat orang-orang enggan keluar rumah, mereka lebih suka berdiam diri dirumah sambil menghangatkan badan. Mungkin dalam hitungan minggu, musim kemarau akan segera berakhir, lalu di sambut Petrichor yang membuat sebagian manusia aesthetic menyukainya. Seperti Winter tentu saja.
Derap langkah yang menggaung di ruang tengah jelas sekali terdengar, Winter baru saja kembali dari rumah Biru, yang hanya berjarak beberapa rumah dari tempat tinggalnya. Gadis itu menatap sekilas ke arah jam dinding yang menggantung di atas sebuah lukisan besar. Baru pukul 9 malam, namun tumben sekali suasananya terasa sangat sepi.
"Dek, baru pulang?" Karina berjalan dari arah dapur sambil menggenggam mug bergambar beruang, kepulan asap tipis menguar dari atas mug, bau jahe samar-samar tercium.
"Iya mbak, tadi ngegame bentar sama Biru, hehe. Mbak bikin wedhang jahe ya? Aku mauuuu!" hidung Winter mengendus-endus seperti anjing pelacak, lalu bibirnya tersenyum saat wangi jahe menguar dari mug yang di pegang Karina.
"Ambil aja di dapur, mbak bikin dua porsi kok. Mbak ke atas dulu yaa, ke perpustakaan, mau nyelesein baca novel." ucap Karina, lalu beranjak dari hadapan Winter dan berjalan menaiki tangga.
"Oke mbak! Makasih wedhang jahenya cah ayu! Hahahaha!" Winter sudah ngacir ke dapur, sedangkan Karina hanya mendengus sebal karena ulah adik semata wayangnya itu.
Winter memegang mug yang juga bergambar beruang dengan kepulan asap yang menguarkan aroma jahe, gadis itu lantas duduk di atas kursi malas di ruang tengah, suara seorang perempuan yang tengah membaca berita terdengar dari balik layar televisi. Memberitakan kenaikan BBM yang akhir-akhir ini terjadi.
Aroma jahe yang menenangkan membuat Winter terhanyut, bibirnya menyesap cairan yang bisa menghangatkan tubuh itu, sambil tersenyum gadis itu terus larut dalam pikirannya sendiri. Hingga sebuah suara seperti dobrakan pintu membuyarkan dia dari lamunan indahnya. Kagetnya membuat mug yang dia pegang bergoyang, hingga cipratan air jahe yang masih panas itu mengenai bajunya.
"Surti! Kamu ngagetin aja!"
Winter tersentak saat hantu perempuan berjenis Kuntilanak sudah berdiri di hadapannya, dengan kepala menunduk dan rambut tergerai yang berantakan. Hantu bernama Surti yang Winter dan Eyang Sukma temukan 6 tahun yang lalu di sebuah pabrik yang terbengkalai.
"Ada apa?" Winter meletakkan mugnya di atas meja kecil, lalu menatap Surti yang masih berdiri di depannya. Hawa yang tadinya normal-normal saja berubah menjadi dingin yang ganjil. Dingin yang membuat bulu kuduk meremang, namun Winter sudah terbiasa dengan ini semua.
KAMU SEDANG MEMBACA
WENGI [Winrina] ✔
FanfictionWintara Rinjani Atmaja, atau akrab di panggil Winter, gadis keturunan jawa yang di anugrahi kemampuan melihat dan berkomunikasi dengan bangsa lelembut. Pertemuannya dengan seorang gadis pindahan membuat kehidupannya yang sudah menakutkan, berubah me...