Hujan mengguyur kota Jogjakarta, menjadi tanda bahwa musim kemarau akan segera berakhir. Tetesan air hujan terjiplak di kaca jendela, membuat motif khas yang membuat siapa saja yang berjiwa aesthetic pasti menyukainya. Gadis di balik jaket tebal dengan satu tangan yang memegang cangkir bergambar beruang itu duduk bersila di atas sofa ruang perpustakaan rumah, lalu gadis di sebrangnya yang tengah menikmati semangkuk mie instan berkuah masih terlalu asyik dengan makanannya."Ahh emang hujan-hujan gini paling enak makan indomie.." Winter menyeruput kuah mie instan itu, hingga habis tak tersisa. Bunyi mangkuk dan meja kaca yang bersentuhan membuat suara yang khas.
"Kamu tuh makan mie instan terus, kalau ibu tau pasti di omelin.." Karina melirik, lalu menyesap susu jahe yang tinggal separuh.
"Asal mbak nggak bilang ke ibu sih aku aman, hehe." Winter tersenyum hingga menampilkan dimplenya, lalu duduk mendekat ke arah Karina. Gadis itu merebahkan kepalanya di pundak Karina, hal yang selalu Winter sukai, bermanja-ria dengan kakaknya.
"Mbak? Kita perlu ke rumah Ning nggak sih?" tiba-tiba Winter bertanya, lalu kepalanya terangkat dan kini memandang Karina.
"Perlu, tapi nunggu waktu, kita harus pastikan kalau cermin itu emang ada disana. Dari cerita bapak yang di warung tadi sih mbak yakin, kalau cucu Bu Yenni yang di gondol Selong itu pasti Ning." jawab Karina, lalu meletakkan cangkirnya di atas meja. Winter mengangguk, menyetujui ucapan kakaknya, bagaimana pun dia tidak boleh gegabah.
"Kamu udah mulai tau belum benang merah di masalah ini?" Karina menoleh ke arah Winter, menatap wajah adiknya itu yang dominan mirip dengan ayahnya.
"Cermin itu adalah tempat dimana Nyai Ratu Balajiwa bersemayam, dia punya banyak pasukan lelembut, ya salah satunya genderuwo itu. Sepertinya Trah Raharja sudah turun-temurun melakukan perjanjian dengan iblis itu. Semacam pesugihan, dimana ada nyawa yang harus di tumbalkan. Aku masih cari tau tentang hubungan anak kecil yang ada di Dunia Furter dengan semua ini mbak.. beberapa hari ini saat aku menjelajah di Dunia Furter, dia nggak ada, feelingku kayak dia sengaja di umpetin." jelas Winter.
Karina mengangguk, "Dek, kamu masih inget kan waktu kamu di UKS, kamu nanya dimana Ning, padahal disitu ada Ning loh.."
Ucapan Karina langsung membuat Winter tersadar, dan selama ini dia melupakan satu hal, satu hal yang ternyata amat penting untuk penyelidikan kali ini.
"Aku inget mbak, dan sekarang aku mulai paham tentang semua ini. Anak kecil itu pasti sukma Ning yang masih berumur 8 tahun, bapak tadi di warung bilang kan kalau cucu Bu Yenni pernah di gondol Selong, raganya memang ketemu, tapi sukmanya masih tertahan di Dunia Furter. Dan sesuatu yang sekarang berada di raga Ning, itu bukan sejatinya dia, itu iblis merah, Nyai Ratu Balajiwa." ucap Winter, yang membuat Karina terbengong-bengong.
"Ya Tuhan.. pantesan setiap ada Ning, mbak selalu ngerasa hawanya langsung berubah jadi aneh, dan kamu sadar juga nggak sih setiap ada dia pasti ada bau bunga melati tapi bercampur bau busuk bangkai?" Karina kembali mengulurkan tangannya, lalu mengambil cangkir berisi susu jahe itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
WENGI [Winrina] ✔
FanfictionWintara Rinjani Atmaja, atau akrab di panggil Winter, gadis keturunan jawa yang di anugrahi kemampuan melihat dan berkomunikasi dengan bangsa lelembut. Pertemuannya dengan seorang gadis pindahan membuat kehidupannya yang sudah menakutkan, berubah me...