3.

124 12 24
                                    

Hiruk-pikuk terdengar ke seantero penjuru sekolah yang terletak di pusat kota Jogjakarta ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Hiruk-pikuk terdengar ke seantero penjuru sekolah yang terletak di pusat kota Jogjakarta ini. Ocehan siswa-siswi menjelang lonceng bel masuk menjadi soundtrack alami di pagi nan dingin. Semburat cahaya sang surya masih belum bisa mengurangi hempasan angin di penghujung musim kemarau. Langkah kaki Winter terasa ringan, sambil berjalan ke arah kelasnya yang terletak di lantai atas, sesekali dia menjawab sapaan teman-teman sekolahnya. Winter dikenal sebagai atlit lari yang cukup di perhitungkan, kakinya yang jenjang dan terlihat sporty menjadi daya tarik tersendiri bagi gadis berparas cantik itu.

Beberapa murid berlarian di sepanjang lorong yang menghubungkan kelas-kelas, Winter memelankan langkahnya, ketika sayup-sayup terdengar suara tembang jawa yang tidak asing bagi indra pendengarannya itu. Tembang jawa itu seperti berjalan seirama mengikuti Winter dari arah belakang, mendadak waktu seperti berhenti, Winter berhenti total di tengah lorong, yang kini dalam penglihatannya murid-murid yang berlalu-lalang itu seperti sebuah video rusak yang di perlambat seperti film Matrix.

Tidak gusar, Winter menarik dalam nafasnya, di ujung lorong perempuan belanda tengah berdiri sambil menatap Winter. Perempuan dengan wajah terbelah itu seperti tengah mengisyaratkan sesuatu.

Per-gi!

Winter mengangguk, namun sebelum situasi horor ini menariknya kedalam alam Dunia Furter yang semakin gelap, dia menghentakkan kakinya, lalu merapalkan mantra dalam bahasa jawa kuno yang kadang Karina sendiri tidak mengerti maksudnya. Tubuhnya berbalik, matanya terbuka, dan waktu seperti kembali berjalan seperti semula.

"Eh.. kamu nggak apa-apa?" suara dari gadis yang tak dikenal Winter langsung membuat atensinya menoleh ke arah gadis tersebut.

Winter menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Enggak, aku baik-baik aja kok. Tadi cuman sedikit pusing, mungkin karena belum sarapan.." bohong Winter disertai senyumannya.

Gadis dengan kulit putih itu mengangguk paham, lalu melepaskan tangannya pada lengan Winter.

"Aku Ningtara Kusuma Dewi. Panggil saja Ning.." gadis yang ternyata bernama Ningtara itu mengulurkan tangannya, lalu tersenyum ke arah Winter. Senyuman yang dimata Winter terasa ganjil.

Winter membalas uluran tangan Ning, menjabat tangan gadis itu yang terasa dingin. "Wintara Rinjani Atmaja, panggil saja Winter." Winter tersenyum, jabat tangan mereka terputus.

"Kamu murid baru ya?" tanya Winter yang merasa tidak pernah sekalipun melihat wajah Ning di area sekolah. Pertanyaan dari Winter mendapat anggukan dari Ning.

"Iya, ini hari pertama aku masuk.." Ning kembali tersenyum, kini sambil mengelus rambutnya yang di biarkan tergerai panjang. Dan entah kenapa gerakan itu sedikit horor dimata Winter.

"Win!!"

Suara panggilan terdengar menyapu ke indra pendengaran Winter juga Ning. Laki-laki dengan jaket kulit berwarna hitam berjalan menghampiri keduanya, lebih tepatnya menghampiri Winter.

WENGI [Winrina] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang