4. Permainan Takdir

453 66 15
                                    

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

"Gue milih ngerjain real estate yang di Bandung aja deh. Gak mau gue ke Kalimantan walaupun jaminan nya naik jabatan." Kukuh Rangga pada Jeffry yang menjabat sebagai direktur cabang. Jabatan tertinggi di perusahaan mereka di Bali.

"Jeva gak mau, sekarang lo juga gak mau. Terus siapa dong yang ngisi slot ke Kalimantan? Pusing nih gue, yang di Bandung minta kita kirim orang. Gue gak mungkin nih, hubungan gue lagi baik-baik aja sama bini. Lagi pula gue kan mau mutasi." Keluh Jeffry lelah. Pasalnya laki-laki itu baru saja memutuskan untuk mengajukan pindah ke Bandung. Meski belum di acc.

Rangga menghela napasnya panjang. "Emang di Bandung gak ada orang sama sekali, bang? Kan banyak orang. Kita ngepas banget ini. Gue sama Jeva aja sampe megang dua projek langsung. Lo aja pegang tiga projek sebelum mutasi." 

"Disana lagi pada sibuk dapetin tender real estate yang di Bekasi. Pak Aji minta sama kita, tapi kalau emang gak bisa terpaksa kita minta ke Cabang Makasar deh." Jeffry mengambil ponselnya untuk menghubungi atasanya.

"Yaudah ambil di Makasar aja kalau gitu. Yang di Bali gak bisa."

"Masalahnya Pak Aji minta Rangga atau Jeva." 

"Sorry bang, gue gak bisa. Kan gue harus ke Bandung nemuin saudara Pak Aji. Lo sendiri yang bilang" Tolak Jeva.

"Shit! Gue lupa lagi." Umpat Jeffry.

"Lagian Jeva tumben amat lu nolak projek gede gitu. Lumayan loh disana ada Putera Karya, siapa tau lo bisa direkrut. Mereka kan ambil projek pemerintah nya kenceng banget. Kalau perusahaan ini  jarang banget dapet kesempatan kayak gitu, kita buat projek juga ya buat perusahaan kita sendiri. Bukan kayak Putera Karya yang sampe di buatkan pameran nya sama pemerintah." Marko menatap Jeva yang tumben-tumben nya tidak seambisius biasanya yang bekerja selalu berorientasi pada cuan. Maklum lagi nabung buat renov panti.

Jevais menggeleng, "Gue skip."

Begitupun Rangga yang mengangguk setuju dengan putusan Jevais barusan, "Sama gue juga."

"Tapi emang tumben banget sih kalau A land Bandung minta kita yang ambil projek sama pemerintah. Gak biasanya gitu loh." Marko menatap para karyawan di hadapannya yang tampak serius.

"Ya itu tadi. Lagi sibuk persiapan tender yang di Bekasi. Makanya kita yang di tarik. Si Aji—maksudnya Pak Aji bilang kalau beliau mau ekspansi biar gampang deketin pemerintah gitu. Tapi Pak Naren sama Pak Pradana gak setuju." 

"Yang di Bekasi real estate nya punya pemerintah juga, bang?" Tanya Leo yang sejak tadi sibuk menggambar di ipad nya.

Sudah dua jam meeting tapi belum ada satupun kesepakatan yang final. Malah ngobrol ngalor ngidul. Tapi itulah salah satu opportunity bekerja di Arsenio. Salah satu misinya yaitu menciptakan lingkungan yang sehat diantara para pekerja, dan tidak ada kesenjangan antara petinggi perusahaan dengan pegawai biasa disana.

FelicityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang