7. Penasaran

238 52 25
                                    

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

"Lo yakin kembaran kita masih hidup?" Tanya Jovan di
depan layar laptopnya. Saat ini Jordan tengah numpang bersantai di ruangan kerja kembarannya.

Kemudian Jordan yang awalnya tengah berdiri pun berdiri di samping meja Jovan, "Namanya Jevais, dan lo harus liat sih kalau dia tuh mirip banget sama Mama. Bedanya garis alisnya sama kaya Papa."

"Kalau iya dia itu Jevais, masa Mama Papa tega buang dia? Sedangkan kita taunya dia diculik dan meninggal." Nampaknya Jovan masih merasa denial dengan pemaparan Jordan barusan. "Tapi kalaupun emang dia meninggal, Mama dan Papa kok gak ada sedih-sedihnya seperti orang tua yang kehilangan anak, ya."

"Ya makanya. Kita gak bisa pastiin sebelum test DNA. Masalahnya gimana caranya cuy? Masa 'hei bro minta darah lo dong buat test DNA'. Yang ada gue di tonjok sama tu orang."

Jovan terdiam sebentar, "Hmm iya sih. Gimana caranya?"

"Info yang gue dapat dari Ghea kalau Jevais itu suaminya Maira Wulandari, salah satu fashion designer di Jogja, dia terkenal sama dress batik dan kebaya songketnya, dia juga yang design dress buat cewek lo waktu karantina Puteri Indonesia. Mereka sekarang masih tinggal ngekost di daerah Seminyak. Jevais kerja sebagai arsitek di Arsenio Land. So far baru itu info yang gue dapat."

"Tanggal lahirnya? Lo tau gak?"

Jordan menepuk pundak Jovan kesal, "Ya kaga lah, gila. Gue nanya-nanya gitu sama Ghea malah di curigain. Dan pasti Ghea gak mungkin tau juga. Kenal sama Maira nya aja baru."

"Terus lo ngobrol gak sama orang bernama Jevais itu?"

"Cuma kenalan, tapi asli auranya gelap banget. Kayak galak gitu loh. Gak ada senyum nya sama sekali. Dia liat gue malah kayak intimidasi gitu."

"Kenyataannya dia sudah menikah." Gumam Jovan yang masih bisa di dengar sang kembaran.

"Terus?"

"Gak papa. Kalau pun memang benar dia adik kita, berapa moment yang udah dia lewatin tanpa kita keluarganya." Balas Jovan penuh dengan penyesalan. Karena semenjak Jevais dinyatakan hilang lebih dari sepuluh tahun lalu ia masih selalu terbayang-bayang nasib kembarannya itu. Ingin mencari tahu pun selalu terbatas aksesnya, karena kedua orang tua nya selalu menutup-nutupi fakta soal hilangnya Jevais.

"Itu bisa kita pikirin nanti, yang terpenting kita harus cari tau dia beneran saudara kita atau bukan. Kalau iya, kita harus cari tau dia beneran di culik atau gimana. Masalahnya kita tau nya dia di culik lalu di bunuh sama orang yang culik dia."

"Kita harus tanya Mama Papa."

"Wah otak lo sengklek, Van. Jangan lah gila. Setiap kita bahas Arya, Mama selalu gak mau jawab. Begitupun Papa." Fyi, Arya itu panggilan kecil saudara kembar mereka saat kecil. Panggilan itu diberikan oleh Nenek mereka semasa beliau masih hidup.

FelicityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang