8. A Letter From the Bygone

95 12 1
                                    

Maret 2024.

Bulan terakhir kami berada di kelas dua belas sebelum akhirnya kami dinyatakan selesai menempuh pendidikan wajib dua belas tahun oleh pemerintah. Bulan terakhir bukan berarti bulan yang mudah bagiku. Selama aku hidup, bulan ini rasanya seperti bulan terberat. Banyak hal yang harus segera aku selesaikan, banyak hal yang menguras energiku, banyak hal yang juga membuatku selalu khawatir.

Hari ini, tanggal satu Maret, satu minggu setelah aku memfinalisasi pilihanku untuk melangkah ke depan. Tepat satu minggu yang lalu, semua siswa eligible di sekolahku melaksanakan kegiatan finalisasi serentak. Namun pada akhirnya kegiatan tersebut ditiadakan karena kendala server dari pusat. Bu Desi mengisyaratkan kepada siswa-siswi eligible untuk segera melakukan finalisasi secara mandiri sebelum waktu pendaftaran ditutup.

Selain hari pengumuman jalur Prestasi atau Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP) yang ada di bulan Maret, bulan Ramadan juga datang di bulan Maret. Bulan yang aku tunggu tunggu setiap tahunnya. Hari pengumuman juga berada di bulan Ramadan. Aku berharap bisa mendapatkan hasil yang terbaik dalam bulan yang suci ini.

***

25 hari sebelum hari pengumuman, kami sudah setengah jalan dalam melaksanakan ujian semester enam. Ujian praktik sudah kami selesaikan di bulan Februari, sisa dua ujian terakhir yang perlu kami selesaikan. Ujian di sekolah ku menggunakan laptop atau ponsel sebagai medianya. Sekolahku sudah tidak menggunakan kertas atau ujian tulis sejak dua tahun lalu.

Aku selalu senang saat ada ujian seperti ini. Selalu pulang pagi. Semakin banyak waktu untuk berbaring di kasur dan bermain game sepanjang hari. Siang dan malam, aku hanya bermain game atau scroll tiktok. Jarang sekali aku belajar. Meskipun sekarang ujian pun aku tidak belajar malamnya.

Itulah yang aku sukai menjadi orang yang pintar. Aku sudah biasa mengandalkan ingatanku tentang materi-materi yang pernah aku pelajari. Aku hanya perlu mengulang membaca materi setengah jam sebelum ujian dimulai. Metode itu lebih ampuh untuk mempertahankan materi yang dipelajari daripada harus belajar semalaman dan saat bangun tidur banyak materi yang sudah pergi dari ingatan.

Mulai bulan Maret ini, aku lebih memfokuskan belajarku untuk UTBK daripada untuk Ujian Sekolah. Menurutku, UTBK lebih penting untuk dipelajari. Juga materi UTBK tidak pernah diajarkan di sekolah selama dua belas tahun sebelumnya. Materinya terdiri dari soal-soal yang melibatkan logika dan literasi. Tentu aku harus mengasah logika ku setiap hari agar aku bisa menguasai soal tersebut.

Beruntung, aku, Sofiana, dan Rizqa satu ruang saat ujian semester enam sekarang dan ujian sekolah nanti. Sebelum ujian dimulai, kami bertiga selalu mengobrol bersama membahas apapun yang terjadi pada kami semua. Mulai dari membahas masalahku yang dulu, membahas ujian yang akan datang, membahas masalah Rizqa dengan seseorang, dan lain sebagainya.

"Ih, Win, bentar lagi ujian Matematika. Aku gabisa."

"Hadeh Riz.... Santai aja. Nanti aku bantu kok. Pokoknya waktu ujian nanti, jangan dimulai dulu."

"Ngapain dong aku kalau ga dimulai dulu."

"Ya ga tau terserah ngapain pokoknya kalau ngerjakan agak telat aja. Nanti waktunya biar masih sisa banyak, terus aku kerjain di luar ruangan nanti."

Begitulah caraku membantu Rizqa dan Sofiana untuk mengerjakan ujian sekolah. Aku segera menyelesaikan ujianku terlebih dahulu, lalu aku keluar ruangan setelah pengawas mengizinkan kami keluar ruangan.

Tuhan, Benarkah Aku Bisa Bertahan? ( Hiatus ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang