2. A Blade Left A Scar, So As Promise.

80 12 0
                                    

Januari 2024.

Kembali ke titik awal, enam bulan setelah aku menginjakkan kaki ku di kelas dua belas, atau bulan pertama semester terakhir ku di SMA.

Sebelum aku akhirnya bisa sampai di titik ini, perjalananku di belakang itu sungguh panjang dan berat. Singkatnya, selama bulan Juli hingga November tahun lalu, aku bersyukur bisa bertemu dengan teman-teman yang jauh lebih baik daripada kelas sebelas. Namun tak bisa dipungkiri, aku harus kehilangan teman kembali setelah itu.

Aku tahu, tidak ada yang selamanya indah. Termasuk pertemananku yang singkat ini. Jujur saja, aku masih bingung. Apakah benar, Allah mengkehendaki hancurnya pertemananku ini untuk menyelamatkanku? Tapi semakin hari, aku semakin yakin bahwa hal itu benar adanya.

Benar-benar banyak konflik yang terjadi di antara pertemananku. Entah siapa yang salah pula, tapi biarlah, semuanya sudah berlalu. Di setiap pertemanan pasti ada perpisahan, meskipun ini terlalu awal bagiku.

Sejak awal masuk SMA hingga sekarang, aku masih belum bisa membuang rasa tidak enakan ku pada orang lain. Mungkin itulah penyebabnya pernah dimanfaatkan oleh orang lain. Aku anggap itu sebagai sedekahku untuk mendapatkan kebaikan di lain hari. Tidak ada yang perlu dipermasalahkan.

***

Sudah dua hari semester enam berjalan. Guru-guru kembali mempercepat alur materi yang akan dijelaskan dan mulai melaksanakan Ulangan Harian sesegera mungkin untuk mengejar waktu mempersiapkan Ujian Tulis Berbasis Komputer untuk masuk kuliah besok.

Seperti biasanya, minggu pertama semester enam diisi oleh jam kosong. Guru-guru disibukkan oleh kegiatan rapat mempersiapkan jadwal yang matang untuk menyelesaikan kegiatan belajar mengajar bagi kelas dua belas. Kami pun melakukan kegiatan masing-masing. Ada yang sudah mempersiapkan diri dengan belajar mandiri, ada juga yang tidur-tiduran, serta ada yang bermain game.

Aku pun melakukan kesibukanku sendiri. Mencoba mencari tahu perguruan tinggi tujuan sambil melakukan riset. Namun aku mudah terdistraksi. Sehingga aku memutuskan untuk ikut bermain game dengan teman-teman.

***

Hari ini, bukanlah hari yang buruk. Meskipun ada sesuatu yang mengganjal di pikiranku. Setelah masalah panjang tentang ujian praktik Seni Budaya yang mengharuskan kami menampilkan pagelaran tari memanas, masalah tersebut ternyata mendampak pada kedekatanku dengan teman sebangku ku.

Awalnya kami baik-baik saja. Teman-teman lainnya juga tahu bahwa kontribusi ku dalam ujian praktik ini besar. Aku ditunjuk menjadi sutradara tari, diharuskan membuat musik, dan harus memainkan peran. Banyak sekali tugas yang aku pegang hingga aku pusing tujuh keliling setiap latihan. Hingga pada suatu hari, saat latihan tari terakhir, sebuah kesalahpahaman terjadi.

"Hufff.... Kenapa setiap tahun aku harus terlibat dalam masalah di kelas sih?" Aku duduk di sebelah Pras dan langsung ngedumel.

"Kenapa lagi Win?"

"Kamu sadar nggak, ada yang salah sama dia, teman sebangku ku?"

"Hmmm.... Kamu sama dia belum pernah bicara sejak dua hari kita masuk sekolah, ya?"

"Iya, itulah yang bikin aku bingung. Ada apa sih sebenernya?"

"Aku mau tanya ke kalian berdua, eh kamu cerita sendiri ternyata."

Aku sedikit lega bahwa ada seseorang yang menyadari masalah misterius antara aku dengan dia. Bagaimanapun, aku harus menyelesaikan masalah ini dan seharusnya masalah ini tidak menjadi besar.

Tuhan, Benarkah Aku Bisa Bertahan? ( Hiatus ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang