59 - Dimana?!

64 5 0
                                    

Happy Reading.

Keadaan kamar Trianna dan Bryan sekarang menjadi acak-acakan karena ulah Trianna. Trianna sibuk mencari novel yang saat itu di berikan oleh Gelan.

Trianna sangat frustasi, novel itu tidak ada di tasnya ataupun di kamarnya. Bagi Trianna novel itu sangat penting, agar ia dapat menentukan langkah hidupnya seperti apa.

Tapi, sekarang novel itu sudah hilang. Lenyap. Entah ada di mana. Yang jelas, terakhir kali Trianna melihat novel itu saat dia sedang bertemu dengan Gelan.

Saat itu, Trianna masih mengingat jelas kalau novelnya sudah ia masukkan ke dalam tasnya. Tidak mungkin kalau sampai tertinggal di taman, pasti Gelan sudah memberi tahunya.

'Apa ... novel itu tertinggal di rumah itu?' batin Trianna.

Trianna mengerang frustasi. Kalau sampai novel itu benar tertinggal di rumah itu, tamat sudah riwayatnya. Ia tidak mau balik lagi ke sana, bahkan hanya untuk menginjakkan kakinya di sana, Trianna tidak mau.

Trianna menggigit jarinya, berusaha berpikir. Satu-satunya jalan keluar yang ada di pikirannya adalah bertemu dengan Gelan lagi. Tetapi, sekarang dia sudah tidak boleh bertemu dengan Gelan lagi. Apa yang harus ia lakukan? Apa boleh dia melanggar perintah Bryan?

Ah, tidak boleh. Kalau sampai Bryan tau, Trianna pasti akan di bawa kembali ke rumah seram itu.

'Lalu aku harus apa?' batin Trianna.

"Kamu sedang apa, Trianna?" tanya Bryan tiba-tiba saja membuyarkan lamunan Trianna.

"Kenapa kamar kita sangat berantakan? Apa kamu sedang mencari sesuatu?" tanya Bryan penasaran.

Trianna tersadar dari lamunannya, "Ah, tidak. Bukan apa-apa, nanti aku bereskan."

"Kenapa kamu ada di sini? Kamu tidak pergi ke kantor?" tanya Trianna.

Bryan tersenyum, "Aku mau mengambil dokumen yang tertinggal, setelah itu aku akan kembali ke kantor."

"Ohh, begitu ya," balas Trianna.

Bryan menganggukkan kepalanya dan berjalan menuju laci meja, dia mencari dokumennya di sana. Setelah menemukan dokumennya, Bryan kembali berjalan keluar dari kamar. Saat tiba di depan pintu, Bryan berhenti.

"Jangan pernah berharap kalau aku akan mengizinkan kamu untuk bertemu dengan Gelan, pria itu pengaruh buruk buat kamu." Setelah mengatakan hal itu, Bryan kembali berjalan keluar dari kamar meninggalkan Trianna sendiri di sana.

Trianna menghela nafasnya pelan, "Kenapa Bryan bisa berpikir seperti itu? Apa yang membuat Bryan berpikir seperti itu?" tanya Trianna bingung.

Kebingungan dan rasa penasaran Trianna meluap, padahal sebelum itu Bryan dan Gelan tidak ada masalah. Walaupun Bryan masih terlihat kesal dengan Gelan. Tapi tidak separah ini sebelumnya. Sebenarnya apa yang membuat Bryan berpikir seperti itu?

Di tengah-tengah lamunannya, Trianna tersadar kalau ia harus menemukan novel itu sekarang untuk melihat nasibnya ke depan.

Setelah berpikir seperti itu, Trianna menghela nafas lagi, "Aku harus mencari kemana lagi?"

.
.
.

Tak.

Tak.

Tak.

Suara derap kaki terdengar memenuhi seluruh ruangan. Pria itu memasuki ruangannya, kemudian pria itu duduk di kursi kebesarannya sambil tersenyum lebar.

"Sepertinya Tuan hari ini sangat senang sekali." Asisten itu menaruh secangkir kopi di atas meja kerja bosnya.

"Tentu saja! Bagaimana aku tidak senang, sebentar lagi aku akan mendapatkan wanitaku kembali setelah sekian lama!" seru pria itu.

"Akhirnya, setelah sekian lama aku menunggu, membayangkannya setiap malam, pagi, siang, dan kapanpun itu."

"Bagaimana caranya Tuan bisa mendapatkan wanita Tuan kembali?" tanya asisten tersebut penasaran.

"Aku sudah menyusun rencana sempurna, dan aku pastikan rencana ini tidak akan gagal begitu saja," jawab pria itu.

"Selain itu, aku juga mempunyai kartu AS yang sempurna, alasan di balik pernikahannya itu, alasan sebenarnya dari warisan itu. Aku akan menggunakannya untuk mengancam dia."

"Wah, saya doakan semoga rencana Tuan berjalan dengan lancar dan sukses."

Pria itu tertawa, "Tentu saja akan lancar dan sukses! Karena dia sudah terpengaruh oleh diriku," balas pria itu tertawa.

"Aku akan melanjutkan rencana sempurna ini, untuk selanjutnya kau lihat saja nanti!"

Pria itu mengeluarkan beberapa lembar uang kertas yang jumlahnya sangat banyak, lalu ia memberi uang itu kepada asistennya.

"Pakai uang itu untuk mentraktir keluargamu makan enak di restoran," ucap pria itu.

Asisten itu tersenyum, "Baik, Tuan. Terimakasih banyak, saya pamit undur diri."

"Iya."

Asisten itupun keluar dari ruangan pria itu. Pria itu masih tersenyum lebar memikirkan rencana-rencana gilanya.

"Lihat saja, sayang. Aku akan datang menjemput dirimu dari pria yang keji itu."

.
.
.

To be content.

HALOOOOOOO GENGSSSSS, apa kabareeeee? udah lama nggak ketemu ya gengs hehehe.

maapkeun aku yaa gengs, baru update sekarang huhuhu, sibuk banget gengs akhir-akhir ini. + ide aku lgi buntu buat lanjutin novel inii😭

tapii tenang aja gengs, insyaAllah aku bakalan sempetin buat up ya gengs.

jangan lupa vote, komen, dan follow akun aku buat notif update selanjutnya!!! terimakasihhhh.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 02 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

IMAGINATIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang