Happy Reading.
Pukul 4 pagi tadi, Trianna di bangunkan oleh Bryan yang sudah rapih memakai pakaiannya. Bryan menyuruh Trianna untuk segera mandi karena mereka akan kembali ke Los Angeles pagi ini. Trianna sekarang sudah selesai mandi dan sudah rapih memakai bajunya.
Mereka sedang berjalan menuruni tangga, tadinya mereka ingin menaiki lift, tetapi Bryan berubah pikiran. Bryan bilang ia ingin turun ke bawah dengan menuruni tangga. Trianna hanya bisa menurut dan mengikuti Bryan sembari menarik koper miliknya, matanya masih mengantuk.
'Kalau tau begini aku tidak usah bawa koper yang besar,' batin Trianna menghela nafas pelan. Ia kembali melihat ke arah Bryan yang berjalan di depannya.
Sesampainya di anak tangga terakhir, Trianna dapat melihat para pelayan yang sudah sibuk membereskan mansion.
"Kita tidak pamit dulu sama orangtuamu?" tanya Trianna. Bryan menoleh sekilas ke arah Trianna, kemudian kembali fokus jalan ke depan.
"Tidak usah, mereka pasti sudah tau kalau kita akan pulang pagi-pagi." Bryan menyerahkan koper miliknya dan koper milik Trianna kepada seorang pelayan. Pelayan itu membawa koper milik Trianna dan Bryan ke dalam bagasi mobil.
Di depan mobil yang bermerk BMW seri 5 berwarna hitam, terdapat Elio dan Diego yang sedang berdiri menunggu Bryan dan Trianna. Mereka berdua membungkukkan badannya hormat kepada Bryan dan Trianna.
"Good morning Mr. Bryan and Miss Trianna," sapa Elio. Trianna membalas sapaan itu, sementara Bryan hanya menganggukkan kepalanya.
Elio membukakan pintu untuk mereka berdua, saat Trianna dan Bryan ingin masuk ke dalam mobil, sebuah teriakan membuat mereka berhenti.
"Hey! Tunggu!" teriak Beatrice dari belakang sambil berlari dan menarik koper miliknya. Di belakang Beatrice ada Baslano yang sedang berjalan santai sembari menarik koper miliknya juga.
Bryan menatap heran kepada kedua orangtuanya, begitu pula Trianna yang merasa heran. Beatrice berdiri di depan Trianna dan Bryan dengan nafas yang terengah-engah, Baslano mendekat lalu berdiri di samping istrinya sembari memegang koper.
Elio dan Diego membungkukkan badannya hormat kepada Beatrice dan Baslano. Baslano menyerahkan koper miliknya dan koper milik istrinya kepada Elio, Elio dengan sigap mengambil kedua koper itu lalu memasukkannya ke dalam bagasi mobil.
"Mamah mau kemana?" tanya Bryan heran.
"Mamah dan Papah mau ikut kalian ke Los Angeles!" seru Beatrice tersenyum lebar.
Bryan mengernyitkan alisnya tidak suka, "Kenapa tiba-tiba mau ikut?"
"Biar hemat," ucap Beatrice. Bryan memutar bola matanya malas.
"Lebih baik kita lanjut berbicaranya di dalam mobil saja. Matahari sebentar lagi akan segera terbit," ucap Baslano datar. Mukanya datar, mirip sekali seperti Bryan saat menampilkan ekspresi datarnya. Memang buah jatuh tidak jauh dari pohonnya.
Mereka semua masuk ke dalam mobil, Trianna dan Bryan duduk di kursi belakang, Beatrice dan Baslano duduk di kursi tengah, dan Elio duduk di depan dengan Diego yang menyetir mobil.
Mobil berjalan keluar dari mansion menuju ke bandara. Beatrice sesekali melihat ke belakang untuk berbicara dengan Trianna, Trianna menanggapi Beatrice.
Bryan yang berada di samping Trianna tiba-tiba merasa kesal kepada mamahnya, sementara Baslano hanya diam menyimak apa yang istri dan calon menantunya itu bicarakan.
Tidak terasa ternyata mereka sudah sampai di bandara, mereka turun dari mobil. Elio dan Diego mengambil koper-koper milik mereka berempat. Trianna sempat memperhatikan wajah Diego, 'Seperti tidak asing. Pernah melihat tapi di mana ya?' batin Trianna.
Bryan menepuk pundak Trianna pelan, Trianna sontak menoleh ke arah Bryan. "Kenapa?" tanya Bryan.
"Tidak apa-apa," jawab Trianna tersenyum. Bryan menatap Trianna dengan ekspresi yang sulit di tebak.
Mereka berempat berjalan menuju pesawat pribadi yang terparkir di lapangan bandara. Pramugari dan pramugara sudah berdiri di depan tangga untuk menyambut kedatangan mereka. Elio dan Diego menyerahkan koper-koper itu kepada pramugara-pramugara yang ada di sana. Pramugara-pramugara itu dengan sigap mengambil koper-koper itu dan memasukkannya ke dalam bagasi pesawat.
"Kau tidak ikut Elio?" tanya Beatrice melihat ke arah Elio dan Diego.
Elio menggelengkan kepalanya, "Tidak nyonya, pekerjaan saya di sini masih cukup banyak." Beatrice menganggukkan kepalanya.
Mereka menaiki tangga dan masuk ke dalam pesawat, pintu pesawat di tutup oleh seorang pramugari. Mereka berempat duduk di kursi penumpang dan memakai sabuk pengaman karena sebentar lagi pesawat pribadi itu akan take off.
Setelah pesawat berhasil mengudara, Beatrice memulai kembali obrolannya dengan Trianna. Sekarang mereka terlihat seperti sepasang sahabat sefrekuensi yang sudah lama tidak bertemu. Bryan yang duduk di samping Trianna menghela nafasnya kasar.
Baslano yang mengerti dengan suasana hati putranya melepaskan sabuk pengamannya lalu berdiri menghampiri Bryan.
"Biarkan saja mereka mengobrol, lebih baik kita bermain catur, sudah lama sekali kita tidak bermain catur bersama." Baslano berjalan menuju sofa dan meja yang di atasnya terdapat sebuah papan catur.
Bryan menghela nafasnya pelan, kemudian ia melepas sabuk pengamannya lalu berjalan menyusul Baslano.
.
.
.To be content.
Hehehehehehehe, lagi pusying gengs, otak aku lagi padet-padetnya hehehe😭 maaf kalo gak nyambung ya gengs hihi.
Jangan lupa vote, komen, dan follow akun wp aku yaaaa. Terimakasihh.

KAMU SEDANG MEMBACA
IMAGINATION [END]
FantasyGanti judul. JUDUL AWAL : Aku Karakter Novel?! . . . Seseorang dari dunia nyata bertransmigrasi ke dunia novel mungkin sudah biasa. Tapi, bagaimana jika karakter yang berasal dari dunia novel tiba-tiba masuk ke dalam tubuh seseorang yang ada di duni...