57 - Tamu.

157 3 0
                                    

Happy Reading.

Sebuah mobil berhenti di depan lobby perusahaan, Bryan turun dari mobilnya lalu berjalan masuk ke dalam perusahaan bersama Willy. Rey dan Clarissa berdiri di depan pintu menyambut Bryan datang sambil membungkukkan badan mereka, kemudian mereka berdua berjalan mengikuti Bryan.

"Mr," panggil Rey.

"Hm?" Bryan mengangkat salah satu alisnya.

"Hari ini Mr. kedatangan tamu," ucap Rey.

"Tamu?" tanya Bryan memastikan.

"Iya, Mr. Sekarang beliau sedang menunggu Mr. di ruang tunggu," jawab Rey.

"Siapa?"

"Mr. Lee, Mr."

Langkah Bryan terhenti, Rey dan Willy terlihat heran saat Bryan tiba-tiba saja berhenti. Bryan menatap Rey tajam membuat Rey menelan ludahnya kasar.

"Kenapa dia ada di sini?" tanya Bryan dingin.

"Mr. Lee sepertinya ingin berbicara tentang bisnis kerja sama dengan Mr. yang sudah berjalan tiga bulan ini," jawab Rey spontan.

Bryan menghembuskan napasnya kasar lalu kembali berjalan menuju lift dengan cepat. Rey, Clarissa, dan Willy mengikuti langkah Bryan menuju lift.

Mereka berempat menaiki lift, tidak lama setelah itu pintu lift terbuka, lalu mereka keluar dari lift. Bryan dan Willy melanjutkan langkah mereka menuju ruang tunggu, sementara Rey dan Clarissa pamit ingin kembali ke ruangan mereka yang tidak jauh dari ruang tunggu.

Ruang tunggu dan ruang sekretaris berada di lantai yang sama, yaitu lantai 40. Gedung perusahaan milik Bryan terdiri dari 42 lantai. Di lantai 41 merupakan ruang kerja milik Bryan, sementara di lantai 42 terdapat water pool dan tempat fitness. Di atas gedung itu juga terdapat landasan helikopter.

Bryan masuk ke dalam ruang tunggu di ikuti oleh Willy di belakangnya. Di dalam ruangan itu ada seorang pria yang sedang berdiri membelakangi Bryan, pria yang bernama Lee itu sedang memandangi luar gedung melalui kaca. Dinding ruangan itu hampir semuanya terbuat dari kaca tebal yang tembus pandang dari dalam.

"Kenapa kau ke sini?" tanya Bryan tajam.

Lee memutar tubuhnya dan melihat ke arah Bryan, "Hey, santai, kau baru saja datang dan langsung menodongku dengan pertanyaan aneh itu. Lebih baik kita duduk dulu," ucap Lee. Ia berjalan menuju sofa dan duduk di sana. Bryan menatap tajam ke arah Lee lalu ikut duduk di sofa.

"Apa kau tidak ingin menawari diriku minum atau makan dulu?" tanya Lee.

"Tidak," jawab Bryan datar.

Lee memutar bola matanya malas, "Cih, aku ini tamumu loh."

"Aku tidak peduli," ucap Bryan.

"Oh my gosh," gumam Lee sambil menghela napas panjang. Sepertinya hari ini akan menjadi hari yang panjang baginya.

"Jawab pertanyaanku, kenapa kau ke sini?" tanya Bryan, lagi.

"Kau ini kenapa sih? Emangnya aku tidak boleh mengunjungi temanku sendiri?"

Bryan menatap datar ke arah Lee, "Cepat jawab pertanyaanku!"

"Aku ke sini tentu saja ingin membahas bisnis denganmu, masa tidak boleh?" balas Lee yang sudah jengkel dengan sikap Bryan.

"Benarkah? Lalu kenapa kau tidak membuat perjanjian terlebih dulu?"

"Holy shit! Apa aku harus membuat perjanjian dengan dirimu dulu? Ribet sekali," keluh Lee menatap ke arah Bryan tidak percaya.

"Sudahlah, aku tau kau ke sini pasti mempunyai tujuan tertentu," ujar Bryan datar.

Lee sedikit terkejut mendengar penuturan dari Bryan, kemudian ia tersenyum miring.

"Let's make a deal," ucap Lee serius.

Bryan tersenyum tipis, dugaannya kepada Lee ternyata benar.

"What deal?" tanya Bryan.

"Sebentar, let me show you something. [Biar kutunjukkan sesuatu padamu]." Lee mengambil iPad miliknya yang terletak di atas meja kemudian memberikan iPad itu kepada Bryan.

Bryan menerima iPad itu kemudian melihat isi dari iPad itu. Mata Bryan menajam, tangannya terkepal erat menahan emosi. Ia menatap tajam ke arah Lee yang sedang tersenyum ke arahnya.

"Darimana kau mendapatkan ini?" tanya Bryan tajam.

Lee hanya mengangkat bahunya, "Bagaimana?"

Bryan berdiri dan langsung melemparkan iPad milik Lee ke sembarang arah. Lee yang melihat itu terkejut dan langsung berdiri.

"Hey! Itu iPad milikku!" teriak Lee tidak terima.

"Sampah! Aku tidak akan percaya hal itu!" bentak Bryan menatap Lee tajam.

"Kau tidak percaya?" tanya Lee kemudian ia merogoh saku kemejanya untuk mengambil sesuatu.

Lee mengambil sebuah alat pelacak yang terlihat sangat kecil dari dalam sakunya, kemudian ia melemparkan alat itu ke atas meja.

"Lihat itu. Aku mendapatkannya dari istrimu, lebih tepatnya aku yang mengambilnya dari telinga istrimu," ucap Lee menatap Bryan serius.

Bryan terdiam saat melihat alat pelacak itu.

"Bagaimana? Apa kau sudah percaya?" tanya Lee.

Bryan hanya diam tidak menjawab, matanya tajam setajam pisau yang siap menusuk siapapun di hadapannya. Kepalan tangannya semakin erat sampai-sampai urat dan otot tangannya tercetak dengan jelas.

"Let's make a deal."

.
.
.

To be content.

Hayooolooohh. Penasaran gak sih gengs sama isi dari ipadnya babang Lee? Aku juga penasarannn, tapi lebih penasaran sama kesepakatan mas Bryan sama babang Lee🤭

Part ini agak freak jadiiii maapiiin yaa gengss.

Jangan lupa vote, komen, dan follow akun akuuuuu. Terimakasihhh.

IMAGINATIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang