—**—
Seminggu setelah kepergian Yuan, Yuri mendapatkan cuti sekitar satu minggu dan hari ini Yuri akan memulai sekolahnya kembali. Masa MPLS sudah selesai, Yuri menjadi sedikit gugup karena dia belum sempat berkenalan dengan banyak orang di kelasnya, mereka bahkan terlihat tidak perduli dengan Yuri yang masih dalam kondisi berkabung, mungkin karena memang belum saling mengenal.
Yuri yang belum mendapatkan tempat duduk sedikit melamun sambil memperhatikan kelas, mengira-ngira tempat mana yang sekiranya masih kosong. Tidak berselang lama seseorang datang menepuk pelan bahu Yuri membuatnya menoleh.
"Ratna?" gumam Yuri yang sedikit melupakan orang yang pernah ia ajak berkenalan itu.
"Kamu sudah sekolah? Aku turut berduka atas kepergian kakakmu, semoga saja dia berada ditempat yang baik," doa Ratna sambil mengelus pundak Yuri, seolah-olah memberikan kekuatan.
"Terima kasih."
"Oh, iya. Ayo duduk, pegel berdiri terus di sini. Kursi aku di sebelah sini." Ratna menunjuk kursi barisan keempat yang bersebelahan dengan jendela, terlihat nyaman karena berada di sudut kiri dan jendela yang menghadap ke arah lapangan. "Kamu bisa duduk di belakang, tadinya aku berencana akan duduk bersamamu tetapi karena kamu tidak masuk sekolah aku mengajak seseorang untuk duduk bersamaku," jelas Ratna sambil tersenyum, lebih tepatnya senyuman canggung karena merasa tidak enak kepada Yuri.
"Tidak apa, aku senang duduk sendirian. Terasa luas dan nyaman ...," jawab Yuri membuat Ratna tersenyum lega.
"Syukurlah. Eh, aku baru tahu orang ganteng itu kembaranmu? Sayang sekali dia memiliki umur yang pendek," decak Ratna membuat Yuri tersenyum masam.
Mereka memang anak kembar, Yuan lahir 5 menit lebih awal dari Yuri walaupun begitu keduanya bukan kembar identik, Yuan lebih mirip dengan ibunya sedangkan Yuri lebih mirip dengan bapak. Yuan memiliki mata sipit yang tajam, hidungnya yang mancung serta alisnya yang sedikit tebal membuatnya terlihat begitu tampan, berbeda dengan Yuri yang memiliki pipi tirus dengan hidung yang mungil dan mata yang lebih besar membuatnya terlihat sedikit lebih galak karena bentuk matanya yang besar.
"Dia memang pria yang tampan!" gumam Yuri sambil tersenyum, tidak bisa dipungkiri terkadang Yuri merasa iri kenapa ia tidak memiliki mata yang sipit seperti Yuan atau secantik versi Yuan.
"Ah, maaf aku tidak bermaksud membahasnya."
"Tidak apa," jawab Yuri cepat agar keadaan tidak terasa canggung.
"Ngomong-ngomong soal pria tampan, di sini ketua OSIS dan wakilnya juga pada ganteng, kamu tahu mereka enggak?" ucap Ratna dengan penuh antusias, sekali-kali ia membenarkan letak kacamatannya yang merosot.
"Tidak, siapa?" tanya Yuri yang mulai terbawa oleh pembicaraan Ratna yang banyak menceritakan tentang orang-orang populer di sekolah ini. Mereka berbicara sampai seseorang datang dan duduk di sebelah Ratna. Ratna akhirnya memperkenalkan Sita yang merupakan teman sebangkunya kepada Yuri, mereka pun saling berkenalan dan larut dalam obrolan sampai bel masuk berbunyi dan guru datang untuk mengajar.
---
Bel istirahat berbunyi dengan nyaring membuat beberapa pelajar tersenyum kegirangan. Orang-orang mulai pergi beriringan memasuki kantin untuk mengisi perutnya yang sudah keroncongan. Ratna, Sita dan Yuri mengisi meja yang kosong lalu memerhatikan sekeliling untuk mencari makanan yang enak dan mengenyangkan.
"Aku mau bakso, kalian?" tanya Ratna sambil melirik stan bakso yang sedikit antrianya.
"Kamu makan bakso mulu, nanti mukamu makin bulat, lho!" ejek Sita sambil tertawa. Hubungan Ratna dan Sita memang sangat dekat bisa terlihat dari cara mereka berkomunikasi, jadi ejekan seperti itu hanya dianggap angin lalu oleh Ratna karena ia tahu kalau Sita hanya bercanda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy
Teen FictionSebuah keluarga yang terlihat harmonis. Namun, di balik itu semua keluarga ini membuat banyak ketidak adilan bagi kedua anak kembarnya. Salah satunya sering diabaikan dan yang lainnya terlalu diperhatian, sehingga menciptakan ketidak seimbangan anta...