01

2.1K 117 4
                                    

o0o

Matahari yang mulai menampakan dirinya secara perlahan-lahan dengan di iringi kicauan burung, berhasil membangunkan perempuan dewasa yang tengah tertidur di dalam apartemen nyaman miliknya.

"Eghhh, selamat pagi," perempuan dewasa kisaran berumur 24 tahun itu bangun dari tidurnya dan mengerjabkan matanya bingung.

"Aku ada di mana, perasaan ini bukan kamar aku deh," perempuan itu membiarkan matanya memindai ruangan yang ia tempati itu.

"Apa aku di culik?" matanya melebar memikirkan dugaannya.

Ia berdiri dari posisi duduknya dan berjalan mengelilingi ruangan itu, ia menegang kaku saat dirinya berdiri didepan lemari yang terdapat kaca besar menempel di permukaan aluminium.

"Apa itu aku, kemana wajahku yang imut ituuu, kenapa berubah menjadi seperti iniiii."

"Apa selama aku tidur ada seseorang yang membuat penampilanku berubah?"

"Atau-- aku bepindah ra--ga."

"Ngga, ngga mungkin," perempuan itu mencari sesuatu yang dapat membuktikan dugaannya dengan suasana hati yang sangat risau.

Ia berdiri di samping meja yang terdapat banyak  tumpukan buku tercecer di mana-mana.

"An--Andreacia Farzana?" kakinya mendadak lemas tak dapat menopang tubuhnya, ia terduduk di lantai keramik masih dengan tatapan mata tak percayanya. Menelungkupkan kepala di lipatan kakinya kemudian menangis kencang, ia tak menyangka bahwa kalimat yang ia ucapkan sebelum tidar sekarang terjadi nyata ia rasakan.

"Tanggal berapa ini, sudah sampe mana Andreacia  mengetahui Axellion," ia mendongakan kepalanya dan berdiri dari duduknya.

"Astaga di mana kalendernya," dia Fara, gadis yang semalam baru saja selesai membaca cerita tokoh novel yang sekarang ini ia singgahi raganya.

"Huhhh masih ada enam bulan dari sekarang sebelum alur itu di mulai," Fara, gadis yang menempati raga Amdreacia itu menghembuskan nafasnya lega.

"HUAAAA teruss---rumah peninggalan ibu, aku tinggalin gitu aja?"

"Mana lagi aku ngga sempet buat wasiat lagi, rumah ibu sama warga kira-kira di apain yaa?"

"Jangan jauh-jauh mikirin itu deh, mending mikirin tubuh aku di dunia asliku. Kira-kira gimana yaa?"

"Apa aku udah mati yaa," pemikiran tentang tubuhnya di dunia asli terus berlanjut.

Fara kembali terdiam, melamun memikirkan keadaan dirinya yang sangat mustahil jika di pikir melalui logika dan akal sehat.

Pemikiran tentang dirinya yang baru menginjak usia 18 tahun, menyasar di raga perempuan dewasa berumur 24 tahun. Apakah ia mampu memerankannya? Banyak sekali pertanyaan yang muncul di benaknya.

o0o

Andreacia Farzana. Cia, itulah panggilan yang tersemat untuknya. Perempuan dewasa yang hidup mandiri tanpa adanya keluarga yang menemani. Berhasil menempuh pendidikan tinggi hingga kini ia berhasil bekerja di perusahaan besar yang ia impikan tetapi, setelah ia berhasil memggapai cita-citanya itu jiwanya malahan pergi meningalkan raganya.

Faraline Pramesti. Fara, dialah yang kini menempati raga milik Andreacia. Gadis berusia 18 tahun, gadis periang yang tak banyak menahu tentang kerasnya dunia kerja, yang ia ketahui hanya duduk, menjaga toko bunga milik tetangga yang sudah ia anggap sebagai bibinya yang selalu bersuasana damai dan tentram.

Axellion's Obsession Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang