▪︎
▪︎
▪︎
"Andreacia," Axellion yang sudah siap dengan setelan kantornya, berdiri di sisi ranjang membangunkan Andreacia yang masih betah memejamkan matanya.
"Eghhh," Andreacia ngeusap pelan matanya yang baru sedikit terbuka.
setelah matanya terbuka dengan sempurna, ia hanya menatap wajah tampan Axellion yang juga diam memandanginya.
"Aku akan pergi ke kantor," Axellion menarik tangan Andreacia yang terulur ke hadapannya.
"Hmm," ujarnya masih dengan suaranya yang serak.
"Selama aku pergi ke kantor kamu jangan pergi ke manapun," ucap Axellion tegas.
"Hmm," Andreacia hanya berdehem dan kembali menarik selimutnya.
Cklekkk
Setelah mendengar suara pintu tertutup, Andreacia menyibak selimutnya cepat "Huahhhh, nikmat apa yang engkau beri kepada hambamu yang berdosa ini ya Tuhannnn."
"Kalo aja tau bakalan kayak gini, aku pilih bunuh diri dari dulu," ujarnya.
"Ehh, tapi ngga juga kayaknya, kalo aku bunuh diri nggak menjamin juga aku bisa masuk ke raga Andreacia."
"Tauu ahhh pusingggg," Andreacia memegang kepalanya dramatis.
Ia bergerak merubah posisinya menjadi duduk bersandar di kepala ranjang, melamun memikirkan kegiatan apa yang akan ia lakukaan selanjutnya. Biasanya di saat dirinya masih menjadi Fara, di pagi hari ia akan bangun pagi untuk memasak, mencuci baju, dan kemudian bekerja di toko bunga milik bibinya. Dan sekarang? apa di sini ia juga bisa melakukan semua hal itu??
Tentu pasti jawabannya tidak.
"Ahhh kalo gini terus sih aku lama-lama jamuran di rumah ini," Andreacia berdiri dari posisi duduknya dan memilih berjalan menuju kamar mandi.
Sampai di dalam kamar mandi, ia menung di depan kaca wastafel "Muka Kak Cia cantik bangett," ia meraba wajahnya sendiri menghadap ke arah kaca.
"Kak Cia cantik Axellion ganteng, wahh jadi pasangan serasi banget gaa siii," ucapnya melantur.
"Eh ini aku mandi, terus nanti pake baju siapaa, masa ambil di lemari Axellion sii."
"Ga ahh, ga sopan," Andreacia yang kebingungan memikirkan baju apa yang akan di pakainya setelah mandi, akhirnya memilih hanya mencuci muka dan menggosok gigi.
Andreacia keluar dari kamar besar Axellion dengan hati-hati, menempelkan sidik jarinya di gagang pintu dan terbukaa.
"Ohh ada orang, selamat pagii," ucapnya lirih menyapa dua lelaki berbadan besar di depan pintu kamar Axellion.
"Pagii, nyonya akan kemana?" tanya salah satu dari kedua orang itu.
"Aku?"
"Iyaa nyonya."
"Aku bukan nyonya kalian," Andreacia melambai-lambaikan tangan di hadapan medua orang di depannya itu, menolak panggilan dari kedua orang di hadapannya.
Dan kedua orang yang ada di hadapannya tetap berdiri tenang memperhatikan tingkah nyonya barunya itu. Andreacia yang menyadari di perhatikan oleh kedua orang di depannya, langsung terdiam menggaruk tengkuknya karena malu.
"Maaf."
"Bisa kalian antarkan aku ke dapur?" Andreacia berujar pelan, kedua orang di depannya itu pun saling pandang dan kemudian mengangguk bersama.
"Mari saya antar nyonya," ucap salah seorang berkepala botak dihadapannya itu.
Andreacia berjalan di sisi depan dengan sesekali melambatkan langkahnya untuk menyamakan posisinya dengan kedua orang di belakangnya, tapi seperti yang di lihat saat andreacia memelankan langkahnya, langkah kedua orang di belakangnya pun ikut memelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Axellion's Obsession
Fantasy▪︎ Raga perempuan dewasa yang di tempati oleh jiwa gadis polos yang baru saja memasuki masa dewasanya?? Bisakan ia menyesuaikan diri dengan lingkungan baru dan kehidupan barunya??? Di tambah lagi takdir raga perempuan dewasa itu yang harus memiliki...