l i m a

453 66 12
                                    

Assalamualaikum renicaaa...

Semangat menjalankan hari-hari nyaaa

Tandai TYPOOOO.

****

Melihat Aiman dan ayah Haidar yang berpelukan, bunda Husna menghampiri Amira. Saat bunda Husna berjalan mendekati Amira, Amira merasa takut.

"Sayang, sini bunda peluk. Jangan takut sama bunda ya," ujar bunda Husna saat berada di depan Amira.

"Tante ...," sahut Amira dengan tangis yang kembali pecah di pelukan bunda Husna.

"Jangan takut sayang, bunda tidak akan menyakiti mu, yang ada bunda akan menyayangi mu,"

"Tante serius?"

"Bunda sayang, bukan tante,"

"Bu-bunda?"

"Iya sayang,"

"Jangan sakiti Amira, bunda,"

"Tidak akan sayang, bunda sayang kamu, Amira Putri Salma,"

"Istri Abil itu bunda, sudah jangan dipeluk terus," ujar Aiman saat sudah duduk di sebelah ayah Haidar.

"Iya Abil, iya,"

"Bunda, Abil minta tolong,"

"Kenapa abang Abil?"

"Periksa tubuh Amira,"

"Tubuh?"

"Iya bunda, takut ada luka dalam. Luka luarnya sudah Abil berikan salep, tapi Abil tidak tahu selain lengan dan wajah apa lagi yang luka,"

"Kenapa tidak kamu saja? katanya Amira istri kamu,"

"Bunda,"

"Hahaha! nanti bunda bantu periksa ya, atau sekalian periksa di rumah sakit?"

"Tidak perlu bunda," balas Amira yang dari tadi hanya diam mendengarkan percakapan bunda Husna dan Aiman.

"Amira, periksa di rumah sakit ya. Tenang saja disana tidak ada orang jahat," pinta ayah Haidar dengan lembut.

"Tapi om," jawab Amira yang dipotong oleh ayah Haidar.

"Ayah bukan om,"

"Tapi tidak perlu ayah, Amira baik-baik saja,"

"Amira, nurutlah sayang,"

"AYAH! jangan sayang-sayang sama Amira, Amira istri Abil," ujar Aiman saat mendengar Ayah Haidar memanggil Amira dengan sebutan sayang.

"Abil, jangan sayang-sayang sama Husna, Husna istri ayah,"

"Husna, Bunda Abil,"

"Amira, menantu ayah,"

"Sudah, kalian kalau ketemu selalu bertengkar," sahut bunda Husna saat mendengar keributan mereka yang tidak saling mau mengalah.

"Ayo Amira, bunda bantu melihat lukamu," ajak bunda Husna kepada Amira.

"Baiklah bunda,"

"Kalian jangan ribut lagi. Lebih baik kalian mengabari Yusuf dan Humai," ujar bunda Husna.

"Oke bunda," balas Aiman dengan senyuman yang tidak pernah terlihat 1 tahun ini.

"Pertahankan senyum itu, Abil," sahut bunda Husna saat melihat senyum Aiman.

"Selama ada Amira disisi Abil, insyaAllah senyum ini tidak hilang, bunda,"

"Yayaya,"

Setelah berucap seperti itu, bunda Husna menarik tangan Amira masuk kedalam kamar yang berada di dekat ruang tamu. Didalam rumah Aiman banyak sekali kamar, dilantai dasar terdapat 3 kamar tamu, dilantai dua terdapat 3 kamar dengan 1 kamar utama, dilantai 3 terdapat satu perpustakaan lengkap dengan taman bermain. Selain kamar dan perpustakaan, dirumah Aiman terdapat dapur yang sangat luas dari dapur-dapur biasanya. Rumah sebesar ini tidak mungkin Aiman membersihkannya sendirian, setiap pagi dan sore selalu ada asisten rumah tangga yang datang.

Pesona, Gus AimanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang