e m p a t

663 88 14
                                    

Assalamualaikum renicaaa...

Semangat menjalankan hari-hari nyaaa

Tandai TYPOOOO.

****

"Astagfirullah, AIMAN BANGUN KAMU." Teriak ayah Haidar dengan mata yang sudah memerah menahan amarah.

"Astagfirullah, ada apa, mas?" tanya bunda Husna saat mendengar teriakan ayah Haidar.

"Kamu lihat anak laki-laki kamu, seperti itu kelakuan dia? tidur dengan perempuan, satu kamar lagi. Apakah pantas, Muhammad Qabil Aiman Al-Husain?" murka ayah Haidar kepada Aiman.

Kini Aiman sudah bangun dari tidurnya, mata merah, rambut berantakan serta wajah yang terlihat takut kepada sang ayah. Aiman bangun langsung mengambil kerudung Amira yang berada di nakas dan memakaikannya. Amira ikut terbangun saat mendengar teriakkan ayah Haidar.

Saat melihat perempuan yang tidur dengan Aiman, ayah Haidar berkata, "Kamu Amira? teman Humai-kan, kenapa kamu bisa tidur dengan Aiman?"

"i-iya om," jawab Amira dengan suara yang bergetar.

"Aiman ..., jelaskan nak. Bunda tunggu diruang keluarga setelah salat subuh, bersiap lah semoga penjelasan mu tidak mengecewakan kami," ujar bunda Husna sembari menarik tangan ayah Haidar.

"Na'am bunda, nanti Abil kebawah," balas Aiman yang takut dengan kedua orang tuanya saat mereka memanggil Aiman dengan nama Aiman, biasanya Aiman akan dipanggil dengan nama Abil.

Ceklek!

Pintu kamar Aiman sudah di tutup ayah Haidar. Saat melihat Amira, Aiman terkejut karena Amira sudah kembali menangis. Amira menangis sejak menjawab pertanyaan ayah Haidar. Melihat Amira, Aiman langsung memeluk tubuh kecil Amira. Mereka tidak mengeluarkan sepatah kata satu pun, mereka saling diam dan tidak ada niatan ingin membuka suara. Saat tangis Amira sudah mereda, Aiman melepaskan pelukannya. Setelah melepaskan pelukannya Aiman menghapus air mata yang tersisa di pipi Amira.

"Sudah ya, sekarang kita salat subuh. Setelah salat subuh, kita harus menjelaskan kepada ayah dan bunda. Bukan kita, tapi saya, ayo sayang?"

"Ustadz, jangan seperti itu,"

"Sudah, nanti sekalian saya jelaskan,"

"Amira takut, ustadz,"

"Tidak apa-apa Amira, nanti saya yang jelaskan ke mereka. Kamu cukup disamping saya saja,"

"Tidak akan dipukul kan?"

"Tidak Amira,"

"Ustadz lindungi Amira ya,"

"Iya Amira, ayo cepat sudah di tunggu,"

"Ayo ustadz,"

Disisi lain, ayah Haidar menangis melihat tingkah laku Aiman.

"Mas, sudah. Kita belum mendengar penjelasan Aiman,"

"Mas kecewa, sayang,"

"Mas, Husna juga kecewa tapi kita harus mendengar penjelasan Aiman dulu. Sekarang kita salat subuh ya mas, nanti kita ajak mereka berbicara,"

"Terimakasih sayang,"

"Untuk apa, mas?"

"Untuk semuanya, mas malu menangis didepan kamu seperti ini,"

"Malu tapi tetap menangis, sudah mas sekarang kita salat,"

"Na'am sayang,"

20 menit waktu mereka untuk salah subuh. Kini di ruang keluarga Aiman, Amira, ayah Haidar, dan bunda Husna sudah berkumpul. Mereka masih menutup mulutnya, mereka hanya saling menunduk. Tidak lama, Aiman membuka suara.

Pesona, Gus AimanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang