Addict sin 21+

101K 383 6
                                    

“Ughhh pakhhh owhhhsss emhhh aahhhh terus pak ughhh hisap memek Nadifa pak owhhh ahhhh” Nadifa tidak bisa lagi menahan tubuhnya, ia telentang sempurna di meja Julian dengan kaki mengangkang dan tangan yang meremas rambut Julian dan menekan kepala Julian agar semakin intens memuaskan dirinya.

Julian menghisap dan menggigit kecil klitoris Nadifa, jari tengahnya keluar masuk vagina Nadifa membuat mahasiswi cantik itu semakin nikmat dan semakin cepat mendapatkan orgasmenya. Pinggul Nadifa bergerak berlawanan dengan gerakan jari Julian, mencari kenikmatan dari setiap aktivitas mereka. Tak lama kemudian Nadifa merapatkan pahanya dan semakin menekan kepala Julian, tanda ia akan sampai pada puncaknya.

“shhh ahhh owhhhshhh ahhh sshaaya ahhhh Kelhh uarhhh pakhhh akhhh owhhhshhh emmhhh” Desah Nadifa dengan terengah-engah.

Cairan orgasme Nadifa menyembur keluar membasahi mulut Julian. Dosen muda itu langsung menelan habis dan membersihkan sisa-sisa cairan orgasme Nadifa.

“I like your voice, your body, and your taste” Julian memberi kecupan ringan pada vagina Nadifa.

Nadifa diam saja sebab nafasnya masih terengah-engah akibat orgasmenya, Julian duduk bersandar pada kursinya.

“Lima menit lagi, ada mahasiswa yang mau bimbingan sama saya, tapi saya sangat ingin dipuaskan oleh mulutmu Nadifa, kamu tau kan apa yang harus kamu lakukan?” Julian menurunkan kembali rok Nadifa, ia sengaja membiarkan Nadifa tanpa celana dalam.

Nadifa mengangguk dan turun dari atas meja, ia membuka resleting celana Julian, kemudian berjongkok di kolong meja, sehingga siapa pun tidak tau bahwa Nadifa tengah memuaskan dosen tampan itu.

Seperti yang dikatakan Julian, setelah lima menit berlalu suara ketukan pintu terdengar, Nadifa berhenti mengusap penis Julian dan kembali merapikan celana Julian. Setelah rapi Julian bangkit dari kursinya dan membukakan pintu untuk mahasiswa yang akan bimbingan dengannya.

Nadifa masih berjongkok di bawah meja berusaha untuk tidak mengeluarkan sedikit pun suara, Julian kembali duduk di kursinya. Ia merapatkan tubuhnya pada meja agar mahasiswa di depannya tidak melihat kegiatan panas nadifa di bawah sana.

“hemmmh” Hampir saja Julian mendesah saat Nadifa menjilat ujung kepala penisnya dan tangan Nadifa memijit buah kemaluannya.

“Hmmh secara garis besar skripsi kamu sudah bagus, namun perlu diperbaiki pada cara ngutipan, data untuk dianalisis kurang bervariasi, bisa kamu tambahkan data lagi? Terus untuk ejaan juga harus kamu perhatikan lagi, ada banyak sekali saya temukan kesalahan penulisan ejaan, untuk analisisnya tambahkan pendapat ahli yang mendukung gagasan yang kamu sampaikan agar pendapat kamu lebih akurat” Julian menjelaskan dimana letak kesalahan pada skripsi mahasiswa bimbingannya itu dengan profesional meski kepalanya terasa pening akibat hangat lidah Nadifa yang membelai penis, lembut mulut Nadifa membuatnya ingin segera mengakhiri sesi bimbingan dengan secepatnya.

Sepuluh menit berlalu akhirnya mahasiswa tersebut selesai bertanya dan keluar dari ruangannya. Begitu mahasiswa itu menutup pintu Julian menahan kepala Nadifa, ia berdiri dan memaju mundurkan pinggulnya, menggempur mulut Nadifa dengan penisnya, mengobrak-abrik mulut Nadifa agar segera mencapai klimaksnya, Nadifa merasakan penis Julian yang semakin membesar dan menusuk hingga kerongkongannya membuatnya hampir tersedak.
“Shhhh ughhh enak banget mulut kamu Nadifa, ahhhhh shhhhh ughhhh akhhhhh” Julian mencengkram rambut Nadifa dan menahan kepala Nadifa sebelum menghentakkan penisnya dalam-dalam di mulut Nadifa dan menyemburkan spermanya, membuat Nadifa tersedak dan terpaksa menelan semua sperma yang disemburkan Julian.

Julian mengeluarkan penisnya dari mulut Nadifa, ia mengocoknya untuk mengeluarkan sisa spermanya ke mulut Nadifa, mahasiswinya itu membuka mulut dan menjulurkan lidahnya patuh siap menampung sperma Julian. Sperma Julian muncrat ke wajah dan mulut Nadifa.

Nadifa menjilat sisa sperma di sekitar bibirnya, Julian mengelus rambut Nadifa lembut, kemudian mengambil tisu di atas meja dan membersihkan sisa sperma di wajah Nadifa.

“Baju yang kemarin kamu mau sudah saya belikan, nanti sore bakal diantar orang store-nya ke kostan kamu” Ucap Julian sambil membenarkan celananya.
“makasii pak, bapak emang paling pengertian” Nadifa memeluk Julian dan mencium bibir Julian singkat. Kemudian ia merapikan pakaian dan dandannya agar tidak ketahuan melakukan yang iya-iya di ruangan dosennya itu.

“Celana dalam kamu saya ambil buat koleksi saya di rumah” Julian menghirup aroma celana dalam Nadifa, kemudian memasukkan ke dalam tas.

“Ih jangan dong pak, nanti memek saya dingin kena angin pas nyetir motor” Protes Nadifa.

“Gapapa, bayangin aja saya yang tiup-tiup memek kamu” Julian mencium pipi Nadifa.

“Humm pak, saya lupa bawa cash, bapak ada seratus gak, bensin saya abis soalnya” Nadifa bergelayut manja di leher Julian, merapatkan tubuhnya pada tubuh Julian.

“kiss me” Ucap Julian. Nadifa langsung mencium bibir Julian, melumatnya lembut, Julian membalas kuluman bibir mereka.

“Andai istri saya Sejago dan penurut seperti kamu” Julian melepas tautan bibir mereka.

“Kalau istri bapak penurut, bapak gak bakal ngerasain nikmatnya tubuh saya kan?” Nadifa mengedip genit pada Nadifa.

“Ya kamu benar” Julian mengangguk mengiyakan, ia mengeluarkan lima lembar duit seratus ribu dari dompetnya dan memberikannya pada Nadifa, namun bukan ke tangan gadis itu melainkan langsung meletakkan di saku baju Nadifa yang bertepatan di dada montok Nadifa. Julian sengaja menepuk-nepuk saku baju Nadifa.

“Bapak boleh remas kok” Nadifa meletakkan tangan Julian di dadanya.

“kamu pintar sekali menggoda saya” Julian meremas payudara Nadifa dari balik bajunya. Merasakan betapa padat dan berisinya payudara gadis di depannya itu.

“Besok pagi saya jemput ya, kita joging bareng, tapi sebelum joging saya mau nyusu dulu sama kamu” Julian meremas payudara Nadifa dengan sedikit kuat sebelum melepaskan tangannya.

“Saya permisi dulu ya pak, terima kasih atas bimbingannya pak” Nadifa berlalu pergi, ia sengaja mengucapkan terima kasih di sebelum menutup pintu ruangan Julian agar dosen lain tidak curiga kenapa dia selama itu di ruangan Julian.

Nadifa berjalan dengan sedikit tidak nyaman karena tidak mengenakan celana dalam, ia tersenyum kecil dan kembali mengingat awal pertama mereka melakukan hubungan simbiosis mutualisme seperti tadi.

Bersambung.....

Seperti biasa, ini lengkapnya udah Mimin post di karyakarsa ya🥰🥰

U & I (oneshoot 21)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang