unexpected 21+

93.2K 611 9
                                    

Sebuah mobil brio memasuki pekarangan sebuah rumah, dari dalam mobil itu keluar seorang perempuan cantik yang kira-kira berusia 27 tahun. Namanya Laura, perempuan dengan tinggi 155 cm itu membuka bagasi mobilnya. Ia mengeluarkan barang-barang bawaannya. Ya Laura baru saja pindah ke rumah itu. Tampak ia susah payah membawa masuk barang-barangnya itu.

Seorang lelaki, tetangga sebelah rumahnya yang sedang membaca koran di teras rumahnya tampak tertarik melihat perempuan itu. Sebuah dorongan mengantarkan kakinya melangkah memasuki pekarangan rumah Laura lewat pagar samping rumahnya.

"Kamu tampak kesulitan membawa kardus-kardus ini, boleh saya bantu" ucap lelaki itu.

"ehh" Laura tampak kaget karena tiba-tiba ada seorang laki-laki berdiri di sebelahnya.

"kenalin saya Devan, kita akan menjadi tetangga" lelaki misterius bernama Devan itu mengulurkan tangan berkenalan dengan Laura.

Laura menjabat tangan Devan ragu "Laura" ucapnya.

“Sini saya bantu” Ucap Devan kembali menawarkan diri mengangkat barang-barang Laura yang tampak berat.

“ehh gausah gapapa aku bisa kok” Tolak Laura, tidak enak menerima bantuan dari Devan orang yang baru dikenalnya itu.

“Gapapa, sini” Devan mengangkat sebuah kardus. Laura mengangkat kardus lainnya dan berjalan memasuki rumah diikuti oleh Devan.

“Ini taro di mana Ra?” Tanya Devan.

“di kamar itu mas” ucap Laura menunjuk sebuah kamar di lantai bawah rumahnya yang terbuka. Tampak kardus-kardus berserakan di mana-mana karena belum ia rapikan.

Devan kembali ke mobil Laura dan mengangkat kardus yang tersisa dan memasukkannya ke dalam rumah. Devan membuka dua kancing kemejanya karena gerah. Laura tak sengaja melirik dada bidang Devan yang tersekspose, ia menggelengkan kepalanya mengenyahkan pikiran kotornya.

“Duduk dulu mas, Laura bikinin minum” Laura menyuruh Devan untuk duduk dan ia pergi membuatkan minuman untuk Devan.

Dari dapur, Laura melihat Devan melipat lengan kemejanya, memamerkan otot lengan Devan yang berurat, tampak kekar dan kokoh. Laura mengipas lehernya, tubuhnya terasa panas dan gerah, ia membuka dua kancing kemeja birunya.
Ia kembali fokus membuat jus jeruk, setelah jadi ia menghidangkannya pada Devan.

“Minum mas” Laura menunduk meletakkan jus jeruk itu di atas meja.

Belahan payudara Laura tampak menggoda indra penglihatan Devan, mengintip malu-malu dari balik kemeja Laura. “Maaf ya mas, AC di rumah Laura belum di pasang jadi panas banget” Ucap Laura kembali mengipas lehernya kegerahan.

“iya gapapa, gak terlalu panas kok” Jawab Devan.

“Um kira-kira mas Devan tau gak tukang pasang AC di komplek ini, Laura susah tidur kalau gak pake AC” tanya Laura.

“Kebetulan saya bisa masangin AC, kalau mau biar saya bantu” Devan kembali menawarkan bantuan pada Laura. Ia ingin sedikit berlama-lama di rumah perempuan itu, sejak melihat Laura ada  semacam dorongan dan ketertarikan pada Laura.

“Beneran? mas Devan bisa masang AC?” tanya Laura, karena penampilan Devan tidak seperti tukang AC.

"Serius Laura, mana Ac-nya biar mas pasang sekarang” ucap Devan yakin.

“Pasang AC dikamar Laura dulu mas, biar nanti malam bisa tidur nyenyak” Ucap Laura. Ia berdiri dan menunjukkan kamarnya pada Devan.

"Ada tangga kan?” Tanya Devan.

“Ada mas, bentar Laura ambil di gudang” Ucap Laura.

Devan mengikuti Laura ke gudang dan mengambil tangga. Setelah itu membawanya ke kamar Laura. Sebenarnya kemarin tukang AC sudah memasang alat yang di letakkan di bagian luar ruangan sebagai penyaring udara, namun AC bagian dalam belum di pasang karena tukang AC yang bekerja di rumah Laura kecelakaan motor saat pulang dari rumah Laura.

Devan mulai memasang AC di kamar Laura, tidak tahan dengan panas suhu ruangan itu, Devan membuka bajunya. Laura meneguk ludahnya melihat bidangnya dada Devan, dan liatnya pahatan otot perut Devan. Laura ingin menyentuh otot-otot perut itu, mengabsen satu persatu dan turun ke selangkangan Devan. Mata Laura tertuju pada selangkangan Devan, ia memukul kepalanya menyingkirkan pikiran kotornya itu.

“kenapa Laura” Tanya Devan saat melihat Laura memukul kepalanya.

“Gerah, Laura mau ganti baju dulu ya mas, gerah banget, pusing” Ucap Laura. Ia membuka kopernya dan mencari pakaiannya. Ia mengambil tanktop dan hotpants kemudian masuk ke kamar mandi untuk berganti pakaian.

“Mas, Laura ke bawah dulu ya mau masak, kalau mas Devan butuh bantuan Laura, panggil aja” ucap Laura saat keluar dari kamar mandi.

“Iya Laura, ah kebetulan, tolong ambilkan obeng itu” Ucap Devan. Laura mengambilkan obeng yang dimaksud dan mengulurkannya pada Devan.

Devan meneguk ludahnya payah saat melihat payudara sintal Laura, tampak padat dan kenyal. Posisi Devan yang berada di atas tangga membuatnya dapat melihat dengan jelas payudara Laura, ditambah Laura yang hanya mengenakan tanktop tanpa bra di dalamnya. Entah perempuan muda itu sengaja mengenakan tanktop untuk menggoda Devan atau tidak, tak ada yang tau. Yang jelas Devan dapat melihat puting Laura yang menjiplak di balik tanktop hitam Laura.

“Makasi” Ucap Devan canggung.

“Iya mas, Laura masak dulu” Laura berjalan meninggalkan kamarnya.

Pantat Laura yang melenggak lenggok ketika ia berjalan menggoda indra penglihatan Devan. Ingin rasanya ia menampar keras pantat Laura dan membuat Laura terpekik sambil mendesah di bawahnya. Devan menghela nafas kecil, ia menggelengkan kepalanya mengenyahkan pikiran kotor itu dan kembali memasang AC di  kamar Laura.

Tiga puluh menit berlalu Laura kembali ke kamarnya setelah selesai memasak dan memastikan apakah Devan sudah selesai memasang AC. Saat sampai di pintu kamarnya Laura melihat Devan tengah minum jus jeruk yang ia buat tadi, jakun Devan yang bergerak naik turun saat menelan minuman membuat Laura ikut merasakan haus.

“Udah selesai mas?” tanya Laura.

“Udah, ruangannya udah mulai sejuk kan” Ucap Devan ketika selesai minum.

“wah iya, Um berapa mas upah pemasangannya?” Tanya Laura, ia mengambil dompet.

“gak usah, saya bantuin kamu ikhlas kok” Jawab Devan. “ehh gak bisa gitu dong mas, kan mas Devan masang AC-nya pake tenaga, bukan pake sihir” Ucap Laura.

“Saya ikhlas kok bantuin kamu, santai aja Laura” Devan meletakkan gelas minumannya di atas meja. Ia berjalan mendekati Laura, mengikis jarak di antara mereka “Tapi kalau kamu mau tetap bayar tenaga dan keringat saya, bayar dengan tenaga dan keringat kamu juga” Tangan Devan menangkup payudara Laura dari balik tanktop Laura dan meremasnya.

“Saya tau dari tadi kamu berusaha buat godain saya kan?” Tangan Devan satunya menampar pantat Laura.
Laura tersenyum genit, tangannya membelai dada bidang Devan, membelai otot perut Devan yang terasa keras dan lembab oleh keringat.

“Gadis nakal” Devan menggeram menahan diri untuk tidak langsung mengungkung Laura di bawah tubuhnya. Ia ingin melihat sejauh mana Laura akan menggodanya.

Tangan Laura bergerak membelai perut bagian bawah hingga ke selangkangan Devan, menekan tonjolan penis Devan yang sudah terasa keras itu. Laura menatap wajah Devan, Laura bukan perempuan polos yang tidak tau apa yang sedang ia lakukan. Seperti yang dikatakan Devan, sejak tadi ia memang menggoda Devan. Sisi binalnya muncul sejak ia berjabat tangan dengan Devan. Ia ingin merasakan betapa panas dan kerasnya tubuh Devan di atasnya.

Bersambung...

Yuhuuuu Mimin comeback dengan cerita baruuuuuuu, setelah lama gak nulis muehehehhe, draft cerita Mimin udah banyak tauuu, satu persatu bakal Mimin up, dan seperti biasa pdf lengkapnya sudah ada di karyakarsa ya 😘😘😘

Jangan lupa mampir ke karya karyakarsa wupyu 😘

U & I (oneshoot 21)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang