"Mah kayaknya aku mau ke pantai dulu deh" Ucap Abel si gadis cantik juga jutek.
"Mau ngapain ke pantai?"
"Loh? Aku bawa gitar loh mah" Abel memasang wajah datarnya.
"Yaudah sana. Jangan kesorean. Lagi pula kamu emang udah ngerjain PR?" Mamah menatap curiga ke anak semata wayangnya itu.
"Udaahhh...mamah ku sayaaangggg!!"
"Yaudah gih"
Gadis itu tersenyum, lalu mulai melangkahkan kakinya dengan menggemblok tas gitar beserta isinya.
"Ehh! Dek! Dek!" Panggil mamah dan Abel menoleh ke belakang. "Rumah sebelah kan udah ada yang nempatin, kayaknya kamu bakal dapet temen baru deh" celetuk mamah.
"Ah! Enakan temenan sama musik" ketus Abel menjawab. Mamah hanya mengangkat setengah bibirnya.
"Dadah!"
***
Terdengar seperti petikan lagu simfoni hitam dari arah pantai. Alunannya teramat halus hingga orang yang mendengarnya mungkin akan terhipnotis. Abel melihat di sekelilingnya namun tak nampak ada seorang pun yang membawa gitar.
Suara petikan tak kunjung berhenti sampai Abel sendiri mengikuti arah alunan. Terdapat pohon yang setengah rantingnya menutupi pagar perbatasan pantai. Dengan rasa penasaran gadis itu, ia berjalan di atas pagar semen melewati ranting-ranting kecil.
Seketika alunan terhenti saat Abel berhasil melewati ranting pohon disana. Ia melihat anak laki-laki seperti seusianya dengan gitar yang di genggam ke bawah. Mereka kini saling beradu pandang. Angin pantai membuat rambut mereka melayang-layang.
"Hai?" Sapa anak laki-laki itu.
"Ehh?" Kikuk Abel.
"Bawa gitar juga?" Tanya laki-laki itu. Dan Abel hanya mengangguk pelan.
Laki-laki itu menaruh gitarnya di belakang tembok yang cukup rendah.
"Aku arghi" ucapnya lalu menjulurkan tangannya seraya ingin bersalaman."Isabel" jawabnya sembari membalas uluran tangan arghi.
"Sini duduk!?"
"Iya" Abel kini duduk di samping arghi yang berjarak sekitar satu meter.
"Biasa kesini?" Tanya arghi dan Abel menoleh.
"Hmm? Iya!"
"Boleh liat gitarnya?" Pinta arghi namun Abel menatapnya curiga dengan alis yang terangkat sebelah.
"Aahh!...Maaf kalo lancang!" Tukas arghi lalu menggaruk kepalanya yang tak gatal itu sambil terkekeh juga.
"Tadi itu, lagu simfoni Hitam kan?"
"Kamu tau?"
"Justru aku yang tanya. Aku kira bocah seumuran kita gak ada yang tau" ujar Abel.
Kini Abel melepaskan tali gembloknya, dan membuka seletring dari tas gitar miliknya. Gitar besar yang sedikit berbeda dengan yang arghi punya.
Gitar dengan warna hitam glossy itu membuat mata arghi seketika berbinar. Baru kali ini ia melihat perempuan membawa gitar dengan warna seperti milik Abel.
Gerak gerik Abel terlihat seakan membetulkan beberapa nada senar yang sudah lama tak ia ubah sebelumnya. Beberapa pertanyaan terlontar dari arghi, namun Abel tak meresponnya. Ia masih terfokus ke senar di banding orang disampingnya itu.
"Sebentar ya. Oh iya, mau request lagu apa?" Tanya Abel.
Laki-laki itu terdiam menatap gadis di hadapannya. Ia menggelengkan kepalanya sedangkan Abel kini berfikir untuk membawakan lagu roman picisan.
Intro semakin lama terdengar jelas. Arghi menyadari tentang lagu yang di bawakan abel saat ini. Berhubung nada yang di bawakan adalah nada laki-laki, arghi tak nanggung untuk mengikuti alunan gitar dengan bernyanyi.
Abel menoleh ke arah teman sampingnya perlahan. Ia ingin memastikan apakah suara deep ini berasal dari arghi?
'Gimana bisa? Suara seberat ini candu?' lirih Abel dalam hati
KAMU SEDANG MEMBACA
ENCHATHED TO MEET YOU
Teen FictionAttention! Dilarang plagiat! 🚫 "Ghi? Sikap Lo berubah! Lo gak sama kayak dulu!" Maki dari seorang siswi SMA kelas satu yang bernama Isabel Laiqa Azaren. "Kenapa? Lagi pula gua bukan siapa-siapa lu? Apa hak lu?!?" Maki balik dari seorang Arghi Fabi...